Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


AKTIFITAS AKIBAT PATOLOGIS SISTEM PERSYARAFAN DAN INDERA:
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KATARAK”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 8
Mutiara Lomboan
Jesika Giroth
Gratia Tuturoong
Yohana Putri
Liberto Koleangan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA TOMOHON


PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMI 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan matakuliah

keperawatan Medikal Bedah II, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu

komponen tugas pada mata kuliah keperawatan Medikal Bedah II, di Program Studi

Diploma-III Keperawatan STIKES Bethesda Tomohon.

Makalah ini memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan aktifitas akibat kebutuhan patologis sistem persyarafan dan

indera dengan masalah katarak. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan

dalam penyusuanan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami

di masa yang akan datang.

Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi

pembacanyadan bisa menjadi referensi bagi yang membutuhkan terima kasih.

Tomohon 11 Mei 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2

1.3 Manfaat ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

2.1 Landasan Teori ................................................................................................... 3

2.2 Asuhan Keperawatan .......................................................................................... 6

A. Pengkajian .................................................................................................... 6

B. Diagnosis ...................................................................................................... 8

C. Intervensi ..................................................................................................... 9

D. Implementasi ................................................................................................ 12

E. Evaluasi ........................................................................................................ 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 13

3.2 Saran .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mata merupakan bagian panca indera yang sangat penting di banding indera
lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata
sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya, banyak
faktor yang menyebabkan gangguan pada mata sehingga menimbulkan kebutaan. Buta
adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu apapun yang ada dihadapanya. Tetapi menurut
ilmu kedokteran bidang mata dan organisasi kesehatan dunia (WHO), bila seseorang hanya
dapat melihat atau menghitung jari dengan jarak kurang dari 3meter (<3/60) maka ia sudah
di katakan buta.
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dapat di lalui cahaya ke retina sehingga menyebabkan
keburaman atau penglihatan yang kabur. Saat kekeruhan terjadi, maka terjadi pula
kerusakan penglihatan. Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur
yang tidak dapat di cegah. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan
dapat di sebabkan oleh berbagai hal, seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunaan obat,
tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun keceppatan perkembangan pada masing- masing mata jarang sama.
Gangguan penglihatan yang di rasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara
instan, melainkan terjadi berangsur – angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu
secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari suatu mata ke
mata yang lain. Namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila di perlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada > 90% kasus. Sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infensi yang menghambat pemulihan daya
pandang.

1
Penyakit ini dapat di cegah dengan banyak mengonsumsi buah- buahan yang
banyak mengandung vitamin C, vitamin B2, vitamin A dan vitamin E selain itu, untuk
mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari. Penatalaksanaan medis untuk pasien
katarak adalah pembedahan (EKEK dan EKIK), pembedahan di lakukan apapila tajam
penglihatan sudah menurun sedemikian ruppa sehingga menganggu pekerjaan sehari –
hari, apabila katarak menimbulkan penyakit seperti glaukoma dan uveitis.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa Dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan katarak

1.3 Manfaat
Sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa tentang pentingnya menjaga
kesehatan mata, dan hal- hal apa saja yang perlu di ketahui dan di perhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


A. Definisi Katarak
Katarak terjadi karena adanya degradasi kualitas optik lensa kristal yang
mempengaruhi penglihatan. Sebagian besar katarak berkaitan dengan penuaan dan hal itu
dapat terjadi di satu atau kedua mata (American Academy of Opthamologi 2021).
B. Klasifikasi
Berdasarkan usia katarak dibedakan menjadi:
a. Katarak kongenital Pada katarak konginetal terjadi kekeruhan lensa mata yang
timbul sejak pembentukan lensa. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan dengan ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis,
hipoparatiroidisme, galaktosemia.
b. Katarak senil terjadi setelah usia 1 tahun
c. Katarak juvenil terjadi setelah usia 50 tahun
Sedangkan berdasarkan penyebabnya katarak dibedakan menjadi:
a. Katarak traumatik, katarak ini terjadi akibat adanya trauma baik benda tajam
maupun tumpul.
b. Katarak toksika terjadi akibat adanya pajanan oleh zat kimia tertentu.
c. Katarak komplikata terjadi akibat adanya kelainan sistemik, seperti DM, kelainan
local seperti uveitis, glukoma, myopia atau karena proses degenerative
C. Patofisiologi
Pada kejadian katarak terjadi agregasi protein pada lensa mata yang menyebabkan
penurunan transparasi perubahan warna menjadi kuning atau kecoklatan, adanya vesikel
antara lensa, dan pembesaran sel epitel Perubahan lain yang juga muncul adalah perubahan
fisiologi kanal ion.
Absorpsi cahaya, dan penurunan aktivitas anti- oksidan dalam lensa juga dapat
mengakibatkan katarak. Peningkatan kadar glukosa dalam humor aqueous dapat
menyebabkan glikasi protein lensa. dimana proses tersebut akan menghasilkan radikal
superoksida.

3
D. Pathway

E. Etiologi
Menurut Sommers (2019) Katarak memiliki beberapa penyebab bisa jadi berkaitan
dengan usia, genetik, akibat trauma atau terkena zat beracun. Katarak yang paling umum
adalah disebabkan karena faktor usia, dimana terjadi gangguan penglihatan yang bertahap
dan progresif yang disebabkan oleh genetic lingkungan, gizi dan factor iskemik. Katarak
yang terjadi karena traumatis bisa terjadi karena adanya proses trauma yang mengenai
lensa mata. biasanya ini berkaitan dengan pekerjaan dan olahraga. Katarak bisa juga terjadi
karena adanya gangguan metabolisme seperti penyakit DM, kerusakan akibat radiasi
(sinar-x atau sinar matahari), atau karena peradangan atau penyakit mata sepereti,
glaukoma, retinitis, uveitis recurrent. Katarak toksik bisa terjadi karena adanya obat atau
zat kimia beracun yang mengenai mata. sedangkan katarak kongenital bisa disebabkan
karena adanya infeksi pada ibu pada saat kehamilan, misalnya campak, hepatitis.
F. Tanda Dan Gejala
Menurut American Academy of Ophtalmology, 2021 manifestasi klinik yang biasanya
terjadi pada penderita katarak yaitu:
a. Menurunnya ketajaman penglihatan tanpa disertai tanda radang pada mata.
Penurunan ketajaman penglihatan tergantung dari letak dan stadium kekeruhan
lensa
b. Diplopia/penglihatan ganda
c. Penglihatan kabur atau berkabut

4
d. Sensitif terhadap cahaya
e. Sering berganti kacamata
f. Melihat halo disekitar lampu
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien katarak adalah, pemeriksaan
splitlamp, Funduscop, itenometer.
H. Diagnosis
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada pasien katarak. Diagnosis
ditegakkan melalui riwayat Kesehatan, tes fungsi penglihatan dan kerajaman penglihatan,
dan pemeriksaaan langung dengan opthatimoskop.
I. Penatalaksanaan
American Academy of Opthalmology (2021) mengklasifikasikan penatalaksanaan
menjadi 2, yaitu:
a. Penatalaksanaan non bedah
Sampai saat ini tidak, diketahui ada manajemen yang efektif untuk katarak
selain pembedahan Perawat dan dokter harus menjelaskan kepada keluarga bahwa
penatalaksanaan yang paling tepat adalah melalui pembedahan Penatalaksanaan
non bedah dengan pengggunaan kaca mata hanya sementara dilakukan sambil
menunggu waktu pembedahan.
b. Penatalaksanaan bedah
Metode utama operasi katarak di sebagian besar dunia adalah dengan sayatan
kecil. Indikasi utama untuk operasi katarak adalah penurunan fungsi penglihatan
yang diprediksi dengan operasi akan mengembalikan fungsi penglihatan menjadi
lebih baik sedangkan kontra indikasi nya adalah pada pasien-pasien yang diketahui
tidak akan ada perbaikan setelah dilakukan operasi, pasien yang tidak aman
menjalani operasi baik dari segi medis maupun kondisi penglihatan, serta tidak
adanya persetujuan dari keluarga (American Academy Of Opthalmology, 2021).
J. Komplikasi
Kelainan penglihatan akibat pembedahan dapat mencakup infeksi perdarahan,
gangguan retina, penghambatan pupil, pelekatan, glaukoma akut, edema makula, dan
kerusakan retina. Setelah ekstraksi katarak, kapsul posterior dapat menjadi opacified. ini

5
Kondisi, yang disebut membran sekunder atau setel-katarak, terjadi ketika sel-sel
subcapsular lensa epithelial meregenerasi fibers, yang menghalangi pandangan. Katarak
fter- katarak ditangani oleh yttriumaluminum-gamet (dan juga aluminium) pengobatan
laser untuk jaringan yang terinfeksi.

2.2 Asuhan keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas / data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gamabran kondisi lingkungan dan keluarga, dan
keterangan lain mengenai identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
b. Mata merasa sakit, gatal dan merah.
c. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
d. Perubahan daya lihat warna
e. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
f. Lampu dan matahari sangat menganggu.
g. Penglihatan ganda
h. Baik melihat dekat, pada pasien rabun dekat (hipermetropia)
3. Riwayat penyakit dulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti:
a. DM
b. Hipertensi
c. Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainya memicu resiko
katarak.
d. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
e. Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpapar radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin.

6
f. Kaji riwayat alergi
4. Kaji riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stres.
5. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
honi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
6. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/ tidak
jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap. penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap.
Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkungan cahaya /pelangi di sekitar sinar,
perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia
(glukoma akut). Gejala tersebut di tandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau matakeras dan kornea
berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata)
7. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/ atau mata berair. Nyeri tiba – tiba / berat
menatap atau tekanan pada sekita mata, dan sakit kepala.
8. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian – bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat
lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp dan
oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45
derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar
pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar
berarti kataraknya imatur, sedang bayanganya kecil dan dekat dengan pupil terjadi
pada katarak matur.

7
9. Pemeriksaan diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optic.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur okuler, mencatat atrofi lempeng
optic, pepiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
c. Pemeriksaan darah lengkap laju sedimentasi (LED): menunjukan anemi sistemik /
infeksi
d. EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid: di lakukan untuk memastikan
antrosklerosis.

B. Diagnosis
1. Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan gangguan penglihatan, dibuktikan
dengan: kemampuan penglihatan berkurang. distorsi sensori, melihat ke satu arah.
2. Resiko jatuh dibuktikan dengan gangguan penglihatan
3. Ansietas berhubungan dengan kehawatiran mengalami kegagalan fungsi penglihatan,
dibuktikan dengan: merasa khawatir, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak
tegang, sulit tidur, merasa tidak berdaya, muka tampak pucat.

8
C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Gangguan presepsi Setelah di lakukan tindakan Manajemen presepsi sensori
sensoris b.d gangguan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi:
penglihatan, di buktikan maka presepsi sensoris 1. Periksa status sensorik
dengan: kemampuan membaik, dengan kriteria hasil:
penglihatan berkurang, a. Distori sensoris menrun Terapeutik:
distori sensoris, b. Menarik diri menurun 1. Diskusikan tingkat
melihatke satu arah c. Melamun menurun toleransi terhdap beban
d. Kosentrasi membaik sensoris, misalnya
e. Orientasi membaik pencahayaan yang terlalu
terang.
2. Batasi stimulus lingkungan
misalnya cahaya.
3. Jadwalkan aktifitas harian
dan waktu istirahat
4. Kombinasikan prosedur
tindakan dalam satu
waktu

Edukasi:
1. Anjurkan cara meminimalisasi
stimulus misalnya mengatur
pencahayaan ruangan

9
Resiko jatuh di Seteah di lakukan tindakan Manajemen keselamatan
buktikan dengsan keperawatan selama 4 x 24 jam, limgkungan
gangguan penglihatan tingkat jatuh menurun dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Identifikasi kebutuhan
a. Jatuh dari tempattidur keselamatan
menurun 2. Monitor perubahan status
b. Jatuh saat berdiri keselamatan lingkungan
menurun
c. Jatuh saat duduk Terapeutik:
menurun 1. Modifikasi lingkungan untuk
d. Jatuh saat berjalan meminimalkan bahaya dan
menurun resiko
2. sediakan alat bantu keamanan
lingkungan

Pencegahan Jatuh
Observasi:
1. identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan resiko
jatuh
2. monitor kemampuan
berpindah
Terapeutik:
1. orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
2. gunakan alat bsntu berjalan

10
Ansietas b.d Setelah di lakukan tindakan Reduksi Ansietas
kehawatiran keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi:
mengalami kegagalan maka tingkat ansietas menurun, 1. Monitor tanda- tanda ansietas
fungsi penglihatan, di dengan kriteria hasil: Terapeutik:
buktikan dengan: a. Verbalisasi khawatir 1. Ciptakan suasana yang
merasa khawatir, sulit akibat kondisi yang di menumbuhkan kepercayan
berkosentrasi, tampak hadapi menurun 2. Temani pasien untuk
gelisah, tampak b. Perilaku gelisah menurun mengurangi kecemassan
tegang, sulit tidur, c. Kosentrasi membaik 3. Pahami situasi yang membuat
merasa tidakberdaya, d. Pola tidur membaik ansietas
muka tampak pucat. 4. Degarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan

Edukasi:
1. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengibatan, dan prognosis
2. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama- sama dengan pasien
3. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan presepsi
4. Latih teknik relaksasi

11
D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain adalah:
mempertahan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menentukan perubahan sistem
tubuh memantapkan hubungan klien dengan lingkungan dan implementasi pesan dokter.
Perawat tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang mendasar tentang sains, teori
keperawatan praktek perawatan, dan parameter hukum tentang intervensi perawatan tetapi
juga harus memiliki keterampilan psikologis untuk menerapkan prosedur dengan aman
(Wayne, 2022)

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan Langkah akhir dari proses perawatan. Tahap ini sangat penting
untuk melihat pengaruhnya terhadap kondisi pasien setelah semua tindakan intervensi
keperawatan dilakukan. perawat mempelajari apa yang sudah tercapai dan yang belum
dengan mengevaluasi apa yang dilakukan sebelumnya Hasil evaluasi dapat dijelaskan
dalam tiga kondis iyaitu kondisi pasien membaik, kondisi pasien menjadi stabil dan kondisi
pasien memburuk (Wayne2022)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mati. Katarak disebabkan oleh
faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat- obatan, radiasi dan bisa juga secara
kongenitalis, yaitu di temukan pada bayi ketika lahir.
Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur atau
buram, bayanngan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap, matajuga
akan kesulitan melihat ketika malam hari dan terasa sensitif bila terkena cahaya.
Untuk mengobati katarak dapat dengan terapi pencegahan seperti mengurangi terpaparnya
mata terhadap sinar ultraviolet, menggunakan pelindung mata dari hal yang berpotensi
menyebabkan kerusakan mata, mengobati penyakit- penyakit sistemik yang menjadi faktor
resiko mempercepat terjadinya katarak. Tindakan operasi dapat di lakukan jika kekeruhan
lensa menyebabkan penurunan tajam penglihatan sedemikian rupa sehingga menganggu
pekerjaan sehari – hari. Operasi katarak dapat di pertimbangkan untk di lakukan jika katarak
terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainya, seperti uveitis.

3.2 Saran
Meskipun katarak banyak di temukan pada pasien usia lanjut dan dapat di sembuhkan
dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda menjadi langkah yang sangat
penting untuk di lakukan, seperti menghindari paparan asap rokok, melindungi mata dari sinar
UV, melakukan pemeriksaan mata secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat seperti
vitamin A, Vitamin E, beta karoten dan membatasi makanan yang banyak mengandung gula.
Jika telah mengalami penyakit diabetes melitus, yang harus di perhatikan adalah diet, olahraga,
memonitor gula darah, tekanan darah, kolestrol dan memakai obat – obatan diabet secara
teratur, selain itu juga memeriksakan matanya secara rutin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Yanti cahyati, S.kep, Ners.., M.Kep,, dkk. tahun 2023 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
DIII Keperawatan, Edisi II. Jakarta: Mahakarya Citra Utama.

Mugi Hartoyo, MN., dkk.Tahun 2022 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah S1 Keperawatan
Edisi II. Jakarta: Mahakarya Citra Utama.
Sjamsu Budiono.dkk Tahun 2013 Buku Ajar ilmu kesehatan mata Surabaya: Airlangga
University Press (AUP)
Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, M.Kep., Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga pada pasien
post operasi katarak. Sumbar :Pustaka galeri Mandiri.

14

Anda mungkin juga menyukai