Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

SENSORI PERSEPSI (KATARAK) DI RSUD Dr. M HAULUSSY AMBON

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

1. TROICE E PETTA (12114201210198 )


2. VINI SINGKERY (12114201210205)
3. SANDRA RUMAHSOAL (12114201210239)
4. VILANI WAAS (12114201210204)
5. VARLIS PATTIRADJAWANE (12114201210199)
6. SYALOM M HUKOM (12114201210193)
7. VIKTOR RUHULESSIN (12114201210203)
8. YUNNY KAIHENA (12114201210224)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat “ Tuhan Yang Maha Esa ” yang telah
memberikan kasih dan karunianya sehingga makalah ini sudah boleh terselesaikan dengan
baik, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua

Makalah ini kami susun dengan judul “Asuhan Keperasawatan Stroke”dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Dewasa Sistem Musculoskeletal, Integumen,
Persepsi Sensori dan Persyarafan” program studi keperawatan.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan mendapat bantuan dari berbagai
sumber, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada bebagai sumber yg telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan, kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/ gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa.
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata Pengantar ……………..……………..………….…..……………..……………… ii

Daftar Isi ……………..……………..……………...……………..…………….……….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ……………..……….……..……………..….…………..………. 1


B. Rumusan Masalah ……………..……………..………..……..……………..….. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Defini Katarak ……………...……….……...……………..……………..………. 2


B. Etiologi ……………..…….………..………….…..….…………...…...……….…. 2
C. Manifestasi Klinis ……………..……………..……….….…..……………..……. 2
D. Klasifikasi ……………..……………..……….……..………….…..…………….. 3
E. Patofisiologi ……………..……………..……………..………….…..…………… 3
F. Pathway ……………..……………..……………..……………..…………….….. 5
G. Komplikasi ……………..……………..……………..……………..…………….. 6
H. Penatalaksanaan Medis ……………..……………..……………..…………….. 6
I. Pemeriksaan Penunjang ……………..……………..……………..…………….. 6

BAB III ASKEP

A. Asuhan Keperawatan ……………..……………..……………..……………….. 8

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ……………..……………..……………..……………..…………… 22
B. Saran ……………..……………..……………..……………..…………….…….. 22

Daftar Pustaka ……………..……………..……………..……………..…………….….. 23


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan
penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan
di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita
kebutaan akibat katarak. Di Indonesia revalensi katarak tertinggi di Sulawesi
Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Prevalensi katarak
terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%). Tiga
alasan utama penderita katarak belum dioperasi adalah karena ketidaktahuan
(51,6%), ketidakmampuan (11,6%), dan ketidak beranian (8,1%).(Litbang
Kemkes, 2013)
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan
tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak.
Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabctes mellitus, genetik dan myopia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Katarak ?
2. Bagaimana Etiologi dari Katarak ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Katarak?
4. Apa saja Klasifikasi Katarak?
5. Bagaimana Patofisiologi & Pathway Katarak?
6. Bagaimana Komplikasi Katarak?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Katarak?
8. Bagaimana Pemeriksaan Diagnosis Katarak?
9. Bagaimana Askep pasien Katarak?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Katarak
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
. ( Dini.Qurrata. A ,2020)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun dan Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa ( Sidarta Ilyas, 2014 ).

B. Etiologi
Katarak memiliki beberapa penyebab, bisa jadi berkaitan dengan usia, genetik,
akibat trauma atau terkena zat beracun. Katarak yang paling umum adalah disebabkan
karena faktor usia, dimana terjadi gangguan penglihatan yang bertahap dan progresif
yang disebabkan oleh genetic, lingkungan, gizi dan factor iskemik. Katarak yang
terjadi karena traumatis bisa terjadi karena adanya proses trauma yang mengenai lensa
mata, biasanya ini berkaitan dengan pekerjaan dan olahraga . Katarak bisa juga terjadi
karena adanya gangguan metabolism seperti penyakit DM, kerusakan akibat radiasi
(sinar-X atau sinar matahari), atau karena peradangan atau penyakit mata sepereti,
glaukoma, retinitis, uveitis recurrent. Katarak toksik bisa terjadi karena adanya obat
atau zat kimia beracun yang mengenai mata, sedangkan katarak kongenital bisa
disebabkan karena adanya infeksi pada ibu pada saat kehamilan, misalnya campak,
hepatitis. (Sommers, 2019)
C. Manifestasi klinis
Menurut American Academy of Ophthalmology (2021) Manifestasi klinik
yang biasanya terjadi pada penderita katarak yaitu:
 Menurunnya ketajaman penglihatan tanpa disertai tanda radang pada mata.
Penurunan ketajaman penglihatan tergantung dari letak dan stadium kekeruhan
lensa
 Diplopia/penglihatan ganda
 Penglihatan kabur atau berkabut
 Sensitif terhadap cahaya
 Sering berganti kacamata
 Melihat halo disekitar lampu

D. Klasifikasi
Menurut Yanti. C,dkk (2022) berdasarkan usia katarak dibedakan menjadi:
 Katarak kongenital
Pada katarak konginetal terjadi kekeruhan lensa mata yang timbul sejak
pembentukan lensa. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan
dengan ibu yang menderita Rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis,
Hipoparatiroidisme, galaktosemia.
 Katarak senil, terjadi setelah usia 1 tahun
 Katarak juvenil, terjadi setelah usia 50 tahun

Sedangkan berdasarkan penyebabnya katarak dibedakan menjadi:

 Katarak traumatik, katarak ini terjadi akibat adanya trauma baik benda tajam
maupun tumpul.
 Katarak toksika, terjadi akibat adanya pajanan oleh zat kimia tertentu.
 Katarak komplikata, terjadi akibat adanya kelainan sistemik, seperti DM,
kelainan local seperti uveitis, glukoma, myopia atau karena proses
degenerative.
E. Patofisiologi

Pada kejadian katarak terjadi agregasi protein pada lensa mata yang
menyebabkan penurunan transparasi, perubahan warna menjadi kuning atau
kecoklatan, adanya vesikel antara lensa, dan pembesaran sel epitel. Perubahan lain
yang juga muncul adalah perubahan fisiologi kanal ion, absorpsi cahaya, dan
penurunan aktivitas anti- oksidan dalam lensa juga dapat mengakibatkan katarak.
Peningkatan kadar glukosa dalam humor aqueous dapat menyebabkan glikasi protein
lensa, dimana proses tersebut akan menghasilkan radikal uperoksida.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi
lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama. (Yanti. C,dkk)
Pathway

Infeksi Virus

Kompresi Sentral (serat )

Densitas

Keruh

Katarak Pembedahan Luka Post OP

Pandangan Kurang Terpapar Gelisah, sulit tidur,


Tidak Jelas Informasi merintih

Gangguan Cemas, Gelisah Gangguan


Persepsi Sensori Rasa Nyaman

Ansietas
F. Komplikasi
Kelainan penglihatan akibat pembedahan dapat mencakup infeksi, perdarahan,
gangguan retina, penghambatan pupil, pelekatan, glaukoma akut, edema makula, dan
kerusakan retina. Setelah ekstraksi katarak, kapsul posterior dapat menjadi opacified.
Ini Kondisi, yang disebut membran sekunder atau setel-katarak, terjadi ketika sel-sel
subcapsular lensa epithelial meregenerasi fibers, yang menghalangi pandangan.
Katarak fter- Katarak ditangani oleh yttriumaluminum-garnet (dan juga aluminium)
pengobatan laser untuk jaringan yang terinfeksi. (Yanti. C,dkk 2022)

G. Penatalaksanaan Medis
Satu-satunya cara untuk menghilangkan katarak adalah dengan operasi
(Perdami, 2017). Operasi katarak adalah operasi untuk menghilangkan lensa yang
berawan (American Academy of Ophthalmology, 2013). Operasi katarak merupakan
sebuah prosedur mengeluarkan lensa mata kemudian menggantinya dengan lensa
buatan.
Adapun Indikasi Operasi Katarak sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor Hk.01.07 (2018) tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Katarak pada Dewasa, antara lain:
a. Meningkatkan tajam penglihatan pasien yang sifatnya subjektif bervariasi
tergantung seberapa besar katarak telah mengganggu aktivitas sehari-hari.
b. Alasan medis, yaitu adanya penyakit okular lain yang mengancam
penglihatan sehingga memerlukan penanganan segera seperti glaukoma
fakomorfik, glaukoma fakolitik dan ablasio retina, serta untuk
meningkatkan visualisasi retina dalam rangka evaluasi dan terapi pada
penyakit-penyakit di retina.
c. Alasan kosmetik, pada pasien yang tetap menginginkan operasi walaupun
telah mengetahui kecilnya peluang untuk memperoleh visus yang lebih
baik, hanya saja pasien tersebut tidak ingin bola matanya terlihat putih.
H. Pemeriksaan Penunjang
Kelainan katarak dapat disertai keadaan patologis lain baik pada mata maupun
pada masalah sistemik sehingga pemeriksaan mata menggunakan slit lamp
biomikroskopi harus dilakukan dengan cermat untuk menilai ada tidaknya patologi
pada segmen anterior dan segmen posterior yang dapat meningkatkan risiko
komplikasi dan memperkirakan prognosis pasca tindakan operasi. Pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan dalam persiapan operasi katarak, yaitu:
a) Pemeriksaan darah rutin yang terdiri dari hemoglobin, leukosit,
trombosit dan gula darah sewaktu dilakukan pada pasien yang akan
dilakukan operasi katarak. Konsultasi ke bidang spesialisasi lain
diperlukan jika terdapat masalah sistemik yang akan berisiko saat
dilakukan operasi seperti hipertensi dan gangguan paru serta jantung.
Kondisi diabetes melitus yang tidak terkontrol juga memerlukan
konsultasi dengan ahli penyakit dalam, karena hal ini akan
mempengaruhi penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi.
b) Pemeriksaan USG (ultrasonografi) okular dilakukan jika dicurigai
terdapat patologi pada retina atau vitreus terkait temuan anamnesis
dan kondisi sistemik pasien namun tidak dapat dilakukan
pemeriksaan funduskopi karena kekeruhan media refraksi. Jika
terdapat katarak total monokular juga sebaiknya dilakukan
pemeriksaan USG karena dugaan katarak terjadi akibat komplikasi
masalah lain di segmen posterior atau akibat trauma.
c) Pemeriksaan makula (Optical Coherence Tomography/OCT)
dilakukan jika derajat kekeruhan katarak didapatkan ringan namun
penurunan tajam penglihatan lebih buruk dari yang seharusnya, dan
evaluasi patologi pada makula tidak jelas akibat kekeruhan lensa.
(Grade A, Level Ib) namun pada beberapa kasus katarak dengan
kekeruhan media yang berat, pemeriksaan OCT tidak dapat
dilakukan.
d) Pemeriksaan spekular mikroskopi untuk menghitung kerapatan sel
endotel kornea. Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai adanya
patologi pada endotel kornea dan pada kasus dengan penyulit. Setiap
tindakan operasi intraokular, termasuk katarak akan menyebabkan
berkurangnya sel endotel sehat pasca operasi, sedangkan jumlah serta
kualitas sel endotel sangat penting untuk menjaga kejernihan kornea.
Operasi katarak dengan penyulit akan memerlukan manipulasi lebih
banyak dari katarak sederhana sehingga risiko penurunan sel endotel
pasca operasi akan lebih tinggi.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Ny. J usia 64 tahun datang ke RS pada tanggal 16 oktober 2023 untuk melakukan tindakan
operasi pada matanya. Saat pengkajian, pasien mengatakan pandangannya kabur, terlihat
samar-samar, silau dan kemerah-kemerahan. Pasien juga mengatakan merasa cemas
menghadapi tindakan operasi yang akan datang. Pasien tampak hanya melihat satu arah dan
bingung serta gelisah. TD:130/80 mmHg, N: 89x/mnt, P: 20x/mnt, S: 36,8O C.
A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama : Ny.J
Umur : 64 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : Latuhalat

No.RM : 00.42.89.04

Tgl Masuk RS : 16 Oktober 2023

Tgl pengkajian : 16 Oktober 2023

Diagnosa Medis : Katarak

2. Riwayat Kesehatan

a) Pre Operatif
1) Keluhan Utama : penglihatan kabur

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan pandangan kabur, samar-samar, silau dan kemerah-
kemerahan. Pasien juga mengatakan merasa cemas menghadapi
tindakan operasi yang akan datang.

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat Dirawat di Rumah Pasien pernah dirawat dirumah sakit


Sakit dengan keluhan yang sama 3 bulan
yang lalu.
Riwayat Alergi -
Riwayat Operasi -
Riwayat Kecelakaan -
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan
pasien.

b) Post operatif

a. Keluhan saat di RR/PACU : Tidak ada


b. Airway : Tidak ada masalah
c. Breathing : SPO2 99%
d. Sirkulasi :Tidak terpasangIVFD
e. Observasi Recovery Room :Pasien mengeluh tidak nyaman, suli tidur.
Pasien tampak gelisah dan tegang dengan bekas
operasi pada matanya.

f. Keadaan Umum : Baik


g. Tanda-tanda vital
• TD : 130/80 mmHg
• Nadi : 89 x/m
• Suhu : 36,20C
• Pernafasan : 20 x/m
• Saturasi O2 : 99 %
h. Kesadaran : composmentis
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan Leher
Inspeksi
Bentuk kepala : Normochepal, distribusi rambut merata, warna rambut hitam
keabu-abuan, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,
Hidung: tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada sianosis. Mulut : bersih,
tidak ada gigi berlubang. Telinga: Tidak ada secret. Kulit : tidak ada jejas
warna sama dengan warna kulit lain.

Palpasi
Tidak ada nyeri pada hidung dan mulut , tidak ada nyeri tekan pada telinga,
tidak ada distensi vena jugularis dan tidak ada pembesaran tiroid, suhu sama
dengan kulit lainnya.

b) Mata
Inspeksi
Bulu mata : Lentik ke atas. Konjungtiva: Ananemis Kedudukan bola mata:
Simetris kanan kiri. Bola mata: normal tidak keluar (eksotalmus)/kedalam
(endoftalmus). Lakrimasi mata: Tidak normal (Mata berair). Reflek pupil:
Normal. Pupil mengalami dilatasi, ukuran pupil mata kanan 6 mm, mata kiri: 8
mm. Pupil kanan dan kiri anisokor dengan kelainan reflek cahaya dibuktikan
dengan ukuran pupil mata kiri lebih lebar 2 mm. Lapang pandang: normal (Lp
pasien = Lp perawat). Kornea dan Lensa mata: berwarna keruh, keputihan.
Pemeriksaan tajam penglihatan dengan hitung jari: Visus dasar OD/OS:
CFFC. Tonometri : OD: 20 OS 21 (09/02/2020)

Palpasi
Tidak ada nyeri pada mata, mata terasa gatal. Sensibilitas kornea: ada reflek
berkedip.
c) Thorax ( Jantung Dan Paru )
Inspeksi
Dada : Bentuk Normochest, simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak
ada lesi, tidak ada jejas, tidak ada pembengkakan, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada ictus cordis.

Palpasi
Paru : Taktil fremitus ; getaran pada kedua lapang paru sama.
Jantung : Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi
Paru : Sonor pada kedua lapang paru, Jantung:
Batas jantung kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra
Batas jantung kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Batas jantung kiri bawah : ICS IV Mid Sinistra
Batas jantung kanan atas : ICS IV Parasternalis Dextra

Auskultasi
Paru : Vesikuler pada kedua lapang paru Jantung : Bj I – Bj II terdengar
regular , tidak ada Bj III d) .

d) Abdomen
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada distensi abdomen
Auskultasi: Bising usus 20x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen
Perkusi : Perkusi timpani

e) Ekstremitas ( atas dan bawah)


Tidak ada lesi pada ekstremitas atas dan bawah , tidak ada pembengkakan ,
tidak ada nyeri, kekuatan otot:
f) Gentalia dan rectum
Inspeksi: Tidak ada hemoroid, tidak ada pembengkakan dan masa abnormal.
Palpasi: Tidak ada nyeri.

4. Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN KET


HEMATOLOGI
Leukosit 12,490 /ul 5- 10
Eritrosit 4,9 /ul 3,09-
Hemaglobin 14,4 g/dl 5,05
Hematokrit 44 % 12-16
MCV 89 fl 37-48
MCH 29 80-92
Pg
MCHC 33 27- 31
g/dl
Trombosit 296,000 32- 36
/ul 150-450
KIMIA KLINIK
Ureum 29
Mg/dl 15- 40
Kreatinin 0,9
Mg/dl 0,6- 40
GDS 275 g/dl < 200
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS : - Pasien menagatakan pandangannya Gangguan Gangguan Persepsi
kabur. Penglihatan Sensori
- Terlihat samar-samar, silau dan
kemerah-kemerahan.

DO : Pasien tampak hanya melihat satu


arah.

2. DS : Pasien mengatakan merasa cemas Kurang Terpapar Ansietas


menghadapi tindakan operasi yang Informasi
akan datang.

DO : - Pasien tampak bingung.


- Pasien tampak gelisah.
3. DS : Pasien mengeluh tidak nyaman dan Pembedahan Gangguan Rasa Nyaman
sulit tidur.
DO : Pasien tampak gelisah, tegang dan
merintih.

DIAGNOSA PRIORITAS

1. Gangguan Persepsi Sensori b.d gangguan penglihatan d.d pandangan kabur, terlihat
samar-samar, silau dan kemerah-merahan.
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien merasa cemas, tampak bingung dan
gelisah.
3. Gangguan Rasa Nyaman b.d pembedahan d.d pasien mengeluh tidak nyaman dan sulit
tidur.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tgl Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Rabu ( D.0085) Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Minimalisasi Rangsangan (I.08241)
19/10/2023 Persepsi sensori 1x24 jam, maka Fungsi Sensori membaik
dengan kriteria hasil : Obsevasi
- Ketajaman penglihatan meningkat. 1. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
kenyamanan.
Terapeutik
2. Batasi stimulus lingkungan.
3. Jadwalkan aktivitass harianbdan waktu istirahat.

Edukasi
4. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus.

Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
stimulus.
20/10/2023 ( D.0080)Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Reduksi Ansietas (I.09314)
1x24 jam, maka Tingkat Ansietas menurun
Observasi
dengan kriteria hasil :
1. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
- Verbalisasi kebingungan menurun.
nonverbal).
- Perilaku gelisah menurun.

Terapeutik
2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan.
3. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
4. Pahami situasi yang membuat ansietas.
5. Gunakan pendekatan tenang dan menyakinkan.

Edukasi
6. Jelaskan prosedur dan sensasi yang mungkin akan
dialami.
7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
8. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
9. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan.
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu.
( D.0074) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Terapi Relaksasi (I.09326)
22/10/2023 Gangguan rasa nyaman 1x24 jam, maka kesejahteraan fisik menurun,
dengan kriteria hasil: Observasi
- Kesejahteraan psikologis menurun 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
- Dukumgan sosial dari keluarga menurun digunakan.
2. Identifikasi ketegangan otot, frekuensi nadi dan
suhu sebelum dan sesudah latihan.
3. Monitor respon terhadap terapi relaksasi.

Terapeutik
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu yang
nyaman.
5. Gunakan suara lembut dengan irama lambat dan
berirama.

Edukasi
6. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia.
7. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih.
8. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman.
9. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi.
10. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon


Rabu ( D.0085) Gangguan inimalisasi Rangsangan (I.08241)
18/10/2023 Persepsi sensori
1. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan. 1. Pasien mengatakan
penglihatannya tidak jelas.
2. Batasi stimulus lingkungan. (cahaya) 2. Pasien merasa nyaman.
3. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat.
4. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus. 3. Pasien dapat meminimalisasi
5. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi stimulus. simulus yang mengganggu
matanya.
Kamis ( D.0080)Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
19/10/2023
1. memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal). 1. Pasien mengatakan sudah bisa
2. memciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan mengerti tanda-tanda ansietas
kepercayaan. 2. Pasien mengatakan sudah bisa
3. menemani pasien untuk mengurangi kecemasan. mengerti terapeutik
4. memahami situasi yang membuat ansietas. 3. Pasien mengatakan sudah bisa
5. mengunakan pendekatan tenang dan menyakinkan. meguragi kecemasan
6. menjelaskan prosedur dan sensasi yang mungkin akan dialami. 4. Pasien mengatakan sudah bisa
7. menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien. tenang
8. menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi 5. Pasien mengatakan sudah bisa
9. melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan. mengerti tentang pemberian obat
10. mengkolaborasi pemberian obat ansietas.
jumat , ( D.0074) Terapi Relaksasi (I.09326)
20/10/2023 Gangguan rasa nyaman
1. mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif 1. Pasien mengatakan sudah bisa
digunakan. mengerti teknik relaksasi
2. megidentifikasi ketegangan otot, frekuensi nadi dan suhu 2. Pasien mengatakan sudah bisa
sebelum dan sesudah latihan. mengerti frekuensi,nadi,suhu
3. memonitor respon terhadap terapi relaksasi. sebelum dan sesudah latihan
4. menciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan 3. Pasien mengatakan sudah bisan
dengan pencahayaan dan suhu yang nyaman. respon dengan baik
5. menggunakan suara lembut dengan irama lambat dan berirama. 4. Pasien sudah menggunakan
6. menjelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang suara lembut dengan irama yg
tersedia. lancar
7. menjelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih.
8. menganjurkan mengambil posisi yang nyaman.
9. menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi.
10. mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi.
EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Evaluasi


Rabu,18/10/2023 ( D.0085) Gangguan S. Pasien menagatakan pandangannya belum jelas
Persepsi sensori O. pasien mengatakan belum bisa tenang karna
pandangan belum jelas

A. masalah belum teratasi


P. intervensi di lajutkan

Kamis, ( D.0080)Ansietas S. Pasien mengatakan sudah merasa baik dan


20/10/2023 tidak takut lagi untuk mengahadapi tindakan
operasi yang kan dilakukan.

O. Pasien tampak lebih tenang.


A. masalah teratasi .
P. intervensi dihentikan.
Jumat, ( D.0074) S. : Pasien mengatakan sudah rasa nayaman pada
21/10/2023 Gangguan rasa nyaman saat tidur.
O. Pasien tampak tenang dan sudah bisa melihat
A. masalah teratasi
P. intervensi di hentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa atau
denaturasi protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif. Katarak ini
sering mengenai pada orang-orang usia produktif dan juga pada orang yang sudah
lanjut usia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap hal-hal
yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti terkena pajanan sinar radiasi
secara langsung dan berkala, trauma, penyakit sistemik, adanya zat pathogen yang
menginvasi dan juga kurangnya pengetahuan terhadap bagaimana cara mencegahnya.

B. Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang katarak dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau
health education mengenai katarak kepada para lansia yang utama.

2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya katarak dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). (I).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Yanti C .dkk (2022) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah DIII Keperawatan Jilid III.
Jakarta Selatan: Mahakarya Citra Utama. Tersedia dari E-book

Anda mungkin juga menyukai