TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrahakies, bahasa Inggris Cataract, dan bahasa
latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak dapat terjadi
akibat hidrasi, denaturasi protein atau keduanya.
Katarak juvenile adalah katarak yang lembek terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile
merupakan kelanjutan dari katarak kongenital. Katarak juvenile biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainnya seperti katarak
metabolic, otot, katarak traumatic, katarak komplikata, kelainan kongenital lain, dan
katarak radiasi.
2.
Epidemiologi
Pada anak-anak, katarak menyebabkan kecacatan lebih visual daripada bentuk lain dari
kebutaan yang dapat diobati. Katarak kongenital dan infantile secara umum terjadi dalam
1 dalam setiap 2000 kelahiran hidup, yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan
normal lensa. Prevalensi pada negara berkembang sekitar 2-4 tiap 10.000 kelahiran hidup.
Adapaun frekuensi kejadianya sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Katarak kongenital bertanggung jawab pada 10% kejadian kehilangan penglihatan pada
anak-anak.
Pengelolaan katarak dimasa kecil seringkali sulit, membutuhkan banyak kunjungan
selama bertahun tahun. Keberhasilan membutuhkan usaha tim khusus yang sering
melibatkan orang tua, dokter anak, dokter bedah, anestesi, teknisi, orthoptists, spesialis
rehabilitasi low vision, dan pekerja kesehatan masyarakat.
3.
Etiologi
Katarak juvenile bisanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic dan
penyakit lainnya. Katarak juvenile dapat juga disebabkan oleh beberapa jenis obat seperti
eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot, antikolinesterase topikal, kelainan sistemik atau
metabolic yang dapat menimbulkan katarak juvenile adalah diabetes mellitus,
galaktosemi, dan distrofi miotonik.
Sebagian besar katarak timbul akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan
seperti merokok, radiasi UV serta nutrisi yang buruk. Katarak biasanya berkembang tanpa
penyebab yang nyata, bagaimana pun katarak bisa juga timbul akibat trauma pada mata,
paparan yang lama terhadap obat seperti kortikosteroid menyebabkan katarak.
Tabel 1. Penyebab katarak kongenital dan katarak juvenil
4.
Klasifikasi
Katarak pada anak-anak dapat diklasifikasikan menggunakan sejumlah metode termasuk
usia onset, etiologi dan morfologi.
a) Usia Onset
Bawaan/infantile
Kekeruhan lensa pada saat lahir menunjukan onset bawaan, diagnosis dan opasiti
anak.
Tumor intraokular
Hal ini sangat jarang untuk katarak berkembang sebagai konsekuensi dari
tumor intraocular.
Ablasio retina kronis
Katarak ini berhubungan dengan sindrom Stickler. Jika lensa benar-benar
untuk asma tidak menyebabkan katarak. Khas dari steroid sistemik adalah
-
Piramidal
Biasanya lebih besar dari katarak polar dan lebih mungkin untuk maju ke
signifikasi visual.
Anterior lenticonus
Ini mengacu pada kapsul anterior pusat menipis, dengan atau tanpa kekeruhan
kortikal anterior. Lenticonus anterior dikatakan karakteristik sindrom Alport.
Cortical Lamellar
Fetal Nuklear
Kekeruhan berada di tengah dan sebagian besar lensa. Dapat menjadi sangat
padat. Umunya berukuran 2-3,5 mm dan dapat dikaitkan dengan microphthalmia.
Posterior Polar
Katarak pada posterior polar sering dikaitkan pada kelianan genentik dengan
mutasi pada PITX3.
Subkapsular posterior
Dapat berupa kelainan kongenital, namu lebih sering diperoleh sebagai akibat dari
cidera atau penggunaan steroid. Kekeruhan yang kortikal dan tidak melibatkan
kapsul.
Pembuluh darah janin persisten (PFV) (varietas parah masih disebut sebagai
persistent vitreous primer hiperplastik)
Kekeruhan lensa pada pasien dengan PFV umumnya kapsul dan dapat dikaitkan
dengan penyusutan, penebalan, dan vaskularisasi kapsul.
5. Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, ditandai
dengan adanya perubahan serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan
6
silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan pneglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa yang dapat menyebabkan koagulasi.
Sehingga
terjadinya
pengkabutan
pandangan/kekeruhan
lensa
sehingga
dapat
menghambat jalannya cahaya ke retina. Hal ini diakibatkan karena protein pada lensa
menjadi water insoluble dan membentuk partikel yang lebih besar. Dimana diketahui
dalam struktur lensa terdapat dua jenis protein yaitu protein yang larut dalam lemak
(soluble) dan tidak larut dalam lemak (insoluble) dan pada keadaan normal protein yang
larut dalam lemak lebih tinggi kadarnya dari pada yang larut dalam lemak.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi karena disertai
adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Bermacam mekanisme
memberikan kontribusi pada hilangnya kejernihan lensa. Epitelium lensa dipercaya
mengalami perubahan seiring dengan pertambahan usia, secara khusus melalui penurunan
densitas epitelial dan differensiasi abberan dari sel-sel serat lensa. Sekali pun epitel dari
lensa katarak mengalami kematian apoptotik yang rendah di mana menyebabkan
penurunan secara nyata pada densitas sel, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial
dapat menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan akhirnya
mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia
lensa, penurunan ratio air dan mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah
dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan
penurunan transport air, nutrien dan antioksidan.
Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa pada pertambahan usia terjadi yang
mengarahkan pada perkembangan katarak senilis. Berbagai macam studi menunjukkan
peningkatan produk oksidasi (contohnya glutation teroksidasi) dan penurunan vitamin
antioksidan serta enzim superoksida dismutase yang menggaris-bawahi peranan yang
penting dari proses oksidatif pada kataraktogenesis.
Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan berat molekul
rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air, fase tak larut air dan
matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi
yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya dan
menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada
perkembangan katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin.
7
6. Gambaran Klinis
Suatu opasitas pada lensa mata menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri,
menyebabkan rasa silau, dapat mengubah kelainan refraksi. Pada bayi katarak dapat
mengakibatkan amblyopia (kegagalan penglihatan normal) karena pembentukan
bayangan pada retina buruk. Gejala pertama katarak adalah pandangan kabur. Silau dan
halo dan penurunan tajam penglihatan, bayangan ganda dapat juga aawl dari katarak.
Selain itu kadang dapat ditemukan gejala awal seperti silau dan diplopia monocular yang
tidak dapat dikoreksi. Diplopia monocular ini umumnya terjadi akibat perubahan indeks
refraksi antara lapisan nukelar dengan korteks lensa sehingga membentuk daerah refraski
multiple.
Walaupun katarak jarang memberikan gejala nyeri, namun lensa katarak memiliki ciri
berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi dan kerusakan kontinuitas
normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai stadium
perkembangan katarak. Katarak imatur (insipien) hanya sedikit opak. Katarak matur yang
keruh total (tahap menengah lanjut) mengalami sedikit edema. Apabila kandungan air
maksimum dan kapsul lensa teregang, katarak disebut mengalami intumesensi
(membengkak). Pada katarak hipermatur (sangat lanjut), air telah keluar dari lensa dan
meninggalkan lensa yang sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi, dengan kapsul
berkeriput.
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap/berkabut seperti melihat
melalui kaca yang berembun, tajam penglihatan yang menurun secara progresif,
penglihatan ganda, menjadi lebih peka terhadap sinar atau cahaya. Kekeruhan lensa akan
tampak dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat yang mengakibatkan lensa tidak
transparan sehingga pupil akan bewarna putih atau abu-abu. Selanjutnya apabila katarak
telah semakin buruk pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada
mata menjadi negatif (-).
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes visus
Bergantung dari lokasi dan stadium maturasi katarak, visus dapat berkisar dari 6/9
sampai hanya dapat melihat persepsi cahaya saja.
2. Pemeriksaan penyinaran miring / Oblique illumination examination
Pemeriksaan ini untuk melihat warna lensa di sekitar pupil yang dapat bervariasi pada
berbagai macam katarak.
8
Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil
berarti lensa belum kerih seluruhnya (belum sampai ke depan) ; ini terjadi
pada katarak imatur, keadaan ini disebut shadow test (+).
Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terdapat pupil berarti lensa
sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak
matur, keadaan ini disebut shadow test (-).
Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak
jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan
ini disebut pseudopositif.
Pada katarak sebagian akan terlihat bayangan hitam di depan bayangan merah
pada area yang katarak
Pada katarak matur, cahaya kemerahan tidak terlihat pada lensa. sli
Deskripsi
Soft
Soft- medium
Medium-hard
Hard
Warna nukleus
Putih atau kuning kehijau-hijauan
Kekuning-kuningan
Kuning sawo matang
Kecoklat-coklatan
9
Grade V
Ultrahard (rock-hard)
Kehitam-hitaman
8. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan yang dilakukan jika penderita tidak dapat
melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatannya sehari-hari.
Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti
kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa
pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan
Adapun indikasi operasi:
a. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan dari tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
operasi katarak bisa dilakukan.
b. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika
prognosis kembalinya penglihatan kurang baik :
1. Katarak hipermatur
2. Glaucoma sekunder
3. Uveitis sekunder
4. Dislokasi/subluksasi lensa
5. Benda asing intra-lentikuler
6. Retinopati diabetic
7. Ablasio retina
c. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,
namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pasien
muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak
hitam meskipun penglihatan tidak akan kembali.
9. Teknik Operasi Katarak
Operasi katarak pediatric harsu dilakukan oleh ahli bedah mata. Bila mungkin, anak-anak
harus dirujuk ke pusat-pusat regional dimana sejumlah besar operasi katarak pediatric
dilakukan. Setelah periode pasca operasi, dalam banyak kasus anak-anak ini kemudian di
follow up jangka panjang oleh dokter setempat.
Unilateral
Usia optimal untuk melakukan operasi katarak pada anak dengan katarak kongenital
unilateral umunya pada usia 6 minggu. Setelah usia 6 minggu, ada penurunan linear
dalam hasil visual yang berhubungan dengan usia pada operasi katarak.
Bilateral
10
Katarak kongenital bilateral harus ditatalaksana pada usia 8 minggu untuk mencapai hasil
visual terbaik. Operasi katarak untuk usia 10 minggu atau lebih meningkatkan
kemungkinan hasil visual 20/100 atau lebih buruk.
Indikasi untuk Operasi
1. Menentukan kebutuhan untuk operasi pada anak-anak preverbal
2. Visual acuity chart threshold for surgery
3. Disfungsi visual ditimbang terhadap kerugian pasca operasi terhadap akomodasi
Jenis Operasi
a. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa besama kapsul. Dapat dilakukan
pada zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus. Pada katarak
ekstraksi intrascapular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer. Akan tetapi pada tehnik ini tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai segmen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan
ini yaitu astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan, sekarang jarang
dilakukan.
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula
traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan syndrome,
katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
11
Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
b. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tesebut, kemudian lensa intraocular
diletakkan pada kapsul posterior. Termasuk dalam golongan ini ekstraksi linear,
aspirasi dan ligasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glaucoma, mata dengan predisposisi untuk
tejadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablas retina, mata
dengan sitoid macula edema, pasca beda ablasi, untuk mencegah penyulit pada
saat melakuka pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule tidak
intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita usia di bawah
40 tahun.
Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak dapat
dilakukan
12
Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak memerlukan
alat yang canggih.
Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi pada
proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE
ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal.
13
Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih
singkat
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat
terjadi
Phacoemulsification
Phacoemulsifikasi adalah teknik yang paling mutakhir. Pembedahan dengan
menggunakan vibrator ultrasonic untuk menghancurkan nucleus yang kemudian
diaspirasi melalui insisi 2,5-3 mm, dan kemudian dimasukkan lensa intraocular
yang dapat dilipat. Hanya diperlukan irisan yang sangat kecil saja. Dengan
menggunakan getaran ultrasonic yang dapat menghancurkan nukleus lensa.
14
Sebelum itu dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum
ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus menghancurkan dan menghisap
massa lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga
kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka
sayatan dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi pasca
bedah sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendirinya tanpa
memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat melakukan aktivitas
normal dengan segera. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.
Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade IV
dan V
Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung pada
mesin dan dapat dilakukan di mana saja
Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi
Antibiotik
Setelah operasi katarak pada anak, moksifloksasi atau tobramycin palinig banyak
digunakan sebagai tetes mata antibiotic. Obat tetes mata ini diberikan sebanyak
empat kali sehari selama seminggu. Tidak perlu untuk meresepkan antibiotic
sistemik.
Steroid
Tetes mata prednisolonn adalah andalan pengobatan untuk mengendalikan
peradangan yang parah pasca operasi. Dalam beberapa kasus peradangan pasca
operasi yang parah, obat tetes mata steroid dapat diberikan sesering setiap jamnya
atau dengan rentang dosis rutin 4-8 kali perhari. Beberapa ahli bedah
menganjurkan memakai steroid topikal tertutup dengan dosis 1mg/kg/hari selama
(virektomi)
Prolapse iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode
pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan
Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang
terjadi. Pasien datang dengan :
1. Mata merah yang terasa nyeri
2. Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah
pembedahan
3. Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion)
Astigmatisme pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea
untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum pengukuran
Hyphema
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel , hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea
perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
17
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
Endoftalmitis bacterial yang biasanya timbul 3-4 hari setelah operasi dengan
gejala: sakit, penurunan vidud, edema pada kelopak, chemosis pada
konjungtiva, injeksi sirkumsiliari, hipopion, dan hilangnya refleks pupil
Ablasio retina
Cystoid macular Edema, yaitu akumulasi cairan dengan bentuk kista di lapisan
henle pada macula. Pada pemeriksaan fundus, terlihat honeycomb appearance.
Secondary cataract, yaitu katarak yang terjadi setelah operasi EKEK karena
o Sisa-sisa dari kekeruhan lensa yang berada di antara anterior dan
posterior kapsul yang dikelilingi oleh jaringan fibrin atau darah.
o Tipe proliferative karena adanya sel-sel epitel anterior yang tertinggal
yang dapat tumbuh ke arah kapsul posterior dan dapat menyebabkan
kekeruhan.
12. Prognosis
Deteksi dini katarak pada anak akan memungkinkan pengobatan yang lebih tepat waktu
di kemudian hari.
18
BAB I
PAPARAN KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Suku Bangsa
Agama
Alamat
No. RM
Tanggal Pemeriksaan
: An. Y
: 6 tahun
: Laki laki
: TK
: Sunda
: Islam
: Sukarame Cingan
: 560802
: 19 Juli 2016
19
II.
Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien dan Ayah pasien.
Keluhan Utama : mata buram melihat jauh dikedua mata
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata buram jika melihat jauh dikedua mata sejak 6
bulan terakhir. Buram dirasakan seperti ada kabut yang menutupi kedua mata
terutama mata kiri. Orang tua pasien mengaku jika pasien sering merasa silau jika
terkena cahaya lampu. Orang tua pasien mengatakan jika anaknya sering
menyipitkan mata jika melihat jauh. Keluhan mata merah, gatal dan perih
disangkal oleh pasien. Orang tua pasien mengatakan jika pasien suka menulis
huruf berukuran besar dan tidak dapat menulis huruf berukuran kecil. Orang tua
pasien mengaku pasien sering memainkan tablet PC dengan jarak 20 cm dari
mata, selama lebih dari 12 jam setiap harinya serta terkadang pasien memainkan
dalam posisi berbaring. Jika berkendaraan, pasien memilih untuk duduk didepan
pengemudi, sehingga mata terkena angin secara langsung. Orang tua pasien
mengaku pasien sulit mengonsumsi buah buahan dan sayur sayuran seperti
wortel sejak kecil. Dalam perkembangannya, menurut orang tua pasien, pasien
jarang mengeluh sakit, dan dapat membaca dan menulis diumurnya sekarang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma pada mata disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Ayah Pasien (Tn. W/45 th)
Ayah pasien berprofesi sebagai pedagang, mengaku saat berumur 5 tahun
pernah mengalami kejadian tidak dapat melihat secara tiba tiba, namun
setelah mendapat pengobatan perlahan pandangan Tn. W kembali. Pada umur
12 tahun Tn. W pernah di operasi katarak pada salah satu matanya. Setelah itu
3 tahun kemudian, Tn. W kembali di operasi katarak pada mata lainnya.
Setelah dioperasi Tn. W menggunakan kacamata dengan lensa S+9.00 dikedua
-
III.
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanta Vital
: Baik
: Komposmentis
: Tek. Darah tidak dilakukan
Nadi
84x/mnt
20
RR
Suhu
20x/mnt
36C
STATUS OPHTALMOLOGIS
OCULI DEXTRA
4/60
6/20
Tidak ada
KETERANGAN
Visus
Koreksi Pin hole
KEDUDUKAN BOLA MATA
Deviasi
Gerakan Bola Mata
OCULI SINISTRA
4/60
6/20
Tidak ada
Tidak ada
Nistagmus
Tidak ada
SUPRASILIA
Hitam, distribusi normal
Warna
Hitam, distribusi normal
simetris
Simetris
Simetris
PALPEBRA
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Normal, tidak membengkak
Punctum lakrimal
Normal, tidak membengkak
KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR
Tidak ada
Hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Benjolan
Tidak ada
KONJUNGTIVA TARSALIS INFERIOR
Tidak ada
Hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Benjolan
Tidak ada
KONJUNGTIVA BULBI
Tidak ada
Injeksi
Tidak ada
21
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Jernih
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Jernih
Hitam kecoklatan
Tidak ada
Sentral
Bulat
3 mm
+
+
Keruh
Sentral
Positif
Keruh
Perdarahan subkonjungtiva
Benjolan
Sekret
SKLERA
Warna
Ikterik
Injeksi episklera
KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Edema
Ulkus
BILIK MATA DEPAN
Kedalaman
Kejernihan
IRIS
Warna
Sinekia
PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks Cahaya Langsung
Refleks Cahaya Tidak Lansung
LENSA
Kejernihan
Letak
Tes Shadow
FUNDUSKOPI
Refleks Fundus
SLIT LAMP
Lensa
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Jernih
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Sedang
Jernih
Hitam kecoklatan
Tidak ada
Sentral
Bulat
3 mm
+
+
Keruh
Sentral
Positif
Keruh
IV.
Pemeriksaan Penunjang
- Biometri
V.
Resume
Setelah pemeriksaan didapatkan mata buram ODS sejak 6 bulan terakhir.
Dirasakan seperti melihat kabut ODS terutama OS. Fotofobia (+). Riwayat ayah
mengalami katarak pada usia muda (+). Dari pemeriksaan ophtalmologist
didapatkan VOD 4/60 dengan PH 6/20 dan VOS 6/60 dengan PH 6/20. Pada
pemeriksaan segment anterior didapatkan nystagmus (-) lensa ODS keruh dengan
Shadow Test (+) di kedua mata. Pemeriksaan segment posterior didapatkan
Refleks Fundus (-) di kedua mata.
VI.
Diagnosis Banding
- Katarak Juvenil ODS
- Katarak Kongenital ODS
22
VII.
Diagnosis Kerja
Katarak Juvenil ODS
VIII. Penatalaksnaan
Edukasi :
- Memberitahukan orang tua pasien mengenai penyakit yang dialami oleh
-
pasien
Menjelaskan tatalaksana yang akan dilakukan, yakni operasi.
Menjelaskan prognosis, komplikasi dari tindakan yang akan dilakukan.
Merujuk kebagian Ilmu Kesehatan Anak untuk persiapan operasi.
Merujuk pasien ke Rumah Sakit yang terdapat ahli bedah mata pediatrik.
Meminta persetujuan orang tua untuk merujuk pasien.
IX.
Prognosis
a. Quo ad Vitam
b. Quo ad Sanationam
c. Quo ad Functionam
OD
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
OS
ad bonam
dubia ad bonam
dubia ad bonam
23
BAB III
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
25