Anda di halaman 1dari 17

Anatomi lensa

Letak Lensa

Lensa termasuk dalam segmen anterior mata dan terletak di bagian tengah bola mata dibatasi
bagian depan oleh iris dan bagian belakang oleh vitreus. Lensa dipertahankan posisinya oleh
zonula Zinnii., yang terdiri dari serat-serat halus kuat yang melekat pada korpus siliaris.

Struktur Lensa

Lensa mata bersifat transparan dan berbentuk bikonveks, memiliki fungsi mempertahankan
kejernihan, membiaskan cahay dan berakomodasi. Lensa mata dapat mempertahankan
kejernihan karena tersusun dari surface ectoderm yang mempunyai susunan sel yang teratur
sehingga bersifat transparan. Lensa mata mampu membiaskan cahaya karena memiliki indeks
bias sekitar 1,4 di tengah dan 1,36 di bagian tepinya, berbeda dengan indeks bias humor akuos
dan korpus vitreous yang mengelilinya. Mata memiliki kekuatan refraksi keseluruhan sebesar 60
dioptri (D), dalam kondisi tanpa akomodasi lensa memiliki kontribusi sekitar 15-20 D sedangkan
udara dan permukaan kornea memiliki kekuatan refraksi 43 D. kemampuan akomodasi atau
berubah bentuk dikarenakan adanya otot siliaris. Kemampuan akomodasi ini akan menurun
dengan bertambahnya usia yaitu 8 D pada usia 40 tahun dan 1-2 D pada usia 60 tahun.

Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks dan nucleus. Kapsul lensa berupa membrane basal
yang transparan dan elastic, terdiri dari kolagen tipe IV, dibentuk oleh sel-sel epitel. Ketebalan
kapsul bervariasi, paling tebal dk daerah tepi lensa dan paling tipis di daerah sentral kutub
posterior. Kapsul lensa akan mengalami perubahan ketebalan sepanjang hidup.

Epitel lensa terletak dibawah/belakang kapsul lensa anterior berupa satu lapisan sel. Lapisan se
ini memiliki aktivitas metabolism. Perubahan morfologi yang paling dramatis terjadi ketika sel-
sel epitel memanjang membentuk sel-sel serat lensa. Perubahan ini dikaitkan dengan peningkatan
luar biasa dari massa protein selular pada membrane setiap sel serat lensa. Pada saat yang sama,
sel-sel kehilangan organel, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom sehingga metabolism
tergantung pada glikolisis untuk produksi energi.

nukleus adalah bagian tengah yang mengandung serat tertua. Ini terdiri dari zona yang berbeda,
Dalam slitlamp celah ini disebut sebagai zona diskontinuitas. sedangkan bagian tengahnya
nukleus. Cortex adalah bagian periferal yang terdiri dari serat lensa termuda. perbedaan antara
korteks dan nukleus digunakan dalam menentukan tipe katarak (katarak nuclear, katarak
kortikal).

Zonula dan vitreous (ktrk fakoemulsi)

Pada kapsul melekat zonula lensa (zonules of zinn atau suspensory ligament of the lens). Zonula
akan memegang agar lensa berada pada tempatnya, sedangkan ujung zonula lainnya melekat
pada bagian yang tidak berpigmen dari epitel processus ciliaris.

Pada keadaan tida berakomodasi, badan siliaris memegang zonula sedemikian rupa sehingga
zonula dalam keadaan tegang dan menyebabkan kapsul lensa tertarikdan bentuknya kurang
cembung (konveks). Saat berakomodasi, kontraksi otot badan siliaris akan menyebabkan
processus ciliaris terdorong lebih jauh kea rah sentral, hal ini membuat zonula mengendur.
Dengan tida adanya tarikan dari zonula, bentuk lensa menjadi lebih cembung, sehingga kekuatan
refraksinya juga bertambah saat berakomodasi.

Perlekatan zonula pada kapsul adalah 1.5 – 2.5 mm kearah anterior. Pada bagian anterior ini
terdapat sekitar 80-120 serabut zonula (zonule fibers). Di ekuator lensa juga terdapat perlekatan
dari zonula sebanyak 40 – 60 serabut zonula, sedangkan kea rah posterior perlekatan zonula ini
antara 1.00 – 1.50 mm dari daerah ekuator lensa dengan jumlah serabut zonula antara 100
sampai 170 buah.
2. Definisi Katarak

Katarak adalah merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Lensa Kristal yang terbentuk dari struktur
yang transparan, struktur tersebut terganggu oleh karena proses degeneratif yang menyebabkan
kekeruhan pada lensa.(kurana)

Epidemiologi

Menurut WHO katarak adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh
dunia. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan katarak adalah penyebab kebutaan yang dapat
dipulihkan (reversible blindness) pada lebih dari 17 juta penduduk dunia (47,8%) dari 37 juta
penderita kebutaan di seluruh dunia, dan diperkirakan akan mencapai 40 juta penderita pada
tahun 2020.(IKM)

Etiologi

Etiologi yang tepat masih belum diketahui. Beberapa faktor yang telah dikaitkan dengan jenis
katarak tertentu dijelaskan di bawah ini: (kurana)

1. Herediter
Katarak yang ditentukan secara genetik disebabkan oleh anomali dalam pola kromosom
tiap individu. Sekitar sepertiga dari semua katarak kongenital adalah karena herediter.
Cara pewarisan biasanya dominan. Katarak familial umum meliputi: katarak
pulverulenta, katarak zonular, katarak koroner, dan katarak lunak total (dapat juga terjadi
karena rubella).
2. Faktor maternal
a) Malnutrisi selama kehamilan telah dikaitkan dengan katarak zonular non-familial
b) Infeksi maternal seperti rubella berhubungan dengan katarak pada 50 persen
kasus. infeksi maternal lain yang terkait dengan katarak kongenital termasuk
toksoplasmosis dan penyakit sitomegalovirus.
c) Konsumsi obat-obatan. Katarak kongenital juga telah dilaporkan pada anak-anak
dari ibu yang telah menggunakan obat tertentu selama kehamilan (mis.,
Thalidomide, kortikosteroid).
d) Paparan radiasi ibu selama kehamilan dapat menyebabkan katarak kongenital.
3. Faktor janin atau infantil
a) Oksigenasi (anoksia) yang kurang karena perdarahan plasenta.
b) Gangguan metabolisme janin atau bayi seperti galaktosemia, defisiensi
galaktokinase dan hipoglikemia
c) Katarak yang terkait dengan anomali kongenital lainnya misalnya, seperti yang
terlihat pada sindrom Lowe, miotonia dystrophica, dan icthyosis bawaan.
d) Trauma kelahiran.
e) Malnutrisi pada awal masa bayi juga dapat menyebabkan perkembangan katarak.
4. Idiopatik, Sekitar 50 persen kasus bersifat sporadis dan etiologi tidak diketahui.

Patofisiologi

Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa


katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel
di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel epitel-epitel yang
menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak antara
lain, kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.8

Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,8

Seiring dengan bertambahnya usia, lensa mata akan mengalami pertambahan berat dan
ketebalannya dan mengalami penurunan daya akomodasi. Setiap pembentukan lapisan baru dari
serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami kompresi dan pengerasan
(nuclear sclerosis). Modifikasi kimia dan pembelahan proteolitik crystallins (lensa protein)
mengakibatkan pembentukan kumpulan protein dengan berat molekul yang tinggi. Kumpulan
protein ini dapat menjadi cukup banyak untuk menyebabkan fluktuasi mendadak indeks bias
lokal lensa, sehingga muncul hamburan cahaya dan mengurangi transparansi dari lensa.
Modifikasi kimia dari protein nukleus lensa juga dapat meningkatkan pigmentasi, sehingga lensa
tampak berwarna kuning atau kecoklatan dengan bertambahnya usia. Perubahan lain yang
berkaitan dengan pertambahan usia termasuk di dalamnya adalah penurunan konsentrasi
glutation dan kalium dan peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium dalam sitoplasma sel
lensa. Patogenesis yang multifaktorial dan tidak sepenuhnya dipahami9.

Adanya kelainan sistemik yang tersering menyebabkan katarak adalah diabetes melitus.
Dasar patogenesis yang melandasi penurunan visus pada katarak dengan diabetes adalah teori
akumulasi sorbitol yang terbentuk dari aktivasi alur polyol pada keadaan hiperglikemia yang
mana akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik air ke dalam lensa sehingga terjadi hidrasi
lensa yang merupakan dasar patofisiologi terbentuknya katarak. Dan yang kedua teori glikosilasi
protein, dimana adanya AGE akan mengganggu struktur sitoskeletal yang dengan sendirinya
akan berakibat pada turunnya kejernihan lensa9.

Adanya trauma akan mengganggu struktur lensa mata baik secara makroskopis maupun
mikroskopis. Hal ini diduga menyebabkan adanya perubahan struktur lensa dan gangguan
keseimbangan metabolisme lensa sehingga katarak dapat terbentuk9.

Adanya glaukoma dan uveitis menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit yang


menyebabkan kekeruhan lensa.9

Gejala klinis

Gejala-gejala yang berhubungan dengan kelainan lensa pada umumnya berupa gangguan
penglihatan Gejala presbiopia disebabkan oleh berkurangnya kemampuan akomodasi pada
penuaan dan berakibat pada berkurangnya kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat.
Hilangnya transparansi lensa menimbulkan penglihatan kabur tanpa nyeri, baik penglihatan
dekat maupun jauh8. Katarak menyebabkan gangguan pembiasan lensa akibat perubahan bentuk,
struktur dan indeks bias lensa. Segala jenis katarak pada umumnya akan mengeluh silau akan
tetapi terbanyak pada katarak sub kapsular posterior9. Lensa yang bertambah kuning atau
kecoklatan akan menyebabkan gangguan diskriminasi warna, terutama pada spektrum cahaya
biru9. Apabila lensa mengalami dislokasi parsial (subluksasi) akibat kelainan kongenital,
perkembangan atau didapat, penglihatan kabur bisa terjadi karena perubahan pada refraksi.
Dislokasi lensa total dari sumbu penglihatan akan menimbulkan kondisi refraksi afakia :
penglihatan menjadi sangat kabur akibat daya refraksi mata berkurang lebih dari sepertiganya;
sebagian besar daya refraksi tetap dihasilkan oleh kelengkungan kornea8.
Lensa paling baik diperiksa dalam keadaan pupil yang berdilatasi. Gambaran lensa yang
diperbesar dapat terlihat dengan menggunakan slitlamp atau dengan oftalmoskop direk dengan
pengaturan plus tinggi (+10)8.

Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan etiologi: (kurana)

a. Katarak anak-anak
b. Katarak yang didapat
1) Katarak senilis
2) Katarak Traumatik
3) Katarak komplikata
4) Katarak metabolic
5) Katarak Electrik
6) Katarak Radiasi
7) Katarak toxic
8) Katarak terkait dengan penyakit kulit
9) Katarak terkait dengan penyakit

Katarak pada anak

Katarak anak dibagi menjadi dua kelompok: katarak kongenital (infantilis) yang terdapat sejak
lahir atau segera sesudahnya, dan katarak didapat yang timbul belakangan dan biasanya
berkaitan dengan sebab-sebab spesifik.

1. Katarak kongenital (infantilis)


Terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal lensa. pada katarak
kongenital opacity terbatas pada nukleus embrionik. Kekeruhan lensa kongenital sering
terjadi dan sering tidak bermakna secara visual. Kekeruhan parsial atau kekeruhan diluar
sumbu penglihatan atau tidak cukup padat untuk mengganggu transmisi cahaya tidak
memerlukan terapi selain observasi untuk menilai progresivitasnya. Katarak kongenital
sentral yang padat memerlukan tindakan bedah. Katarak kongenital yang menyebabkan
gangguan penglihatan yang bermakna harus dideteksi dini. Katarak putih yang padat dan
besar bisa tampak seperti leukokoria yang dapat dilihat orang tuanya. Katarak infantalis
unilateral yang padat, terletak ditengah dan garis tengahnya lebih besar dari 2 mm akan
menimbulkan ambliopia deprivasi permanen bila tidak diterapi dalam 2 bulan pertama
kehidupan sehingga memerlukan tindakan bedah sesegera mungkin. Katarak bilateral
simterik (kanan-kiri sama padatnya) mungkin memerlukan penatalaksanaan yang tidak
terlalu segera. Namun bisa terjadi ambliopia deprivasi bilateral bila penanganan terus
ditunda tanpa kejelasan. Apabila dilakukan pembedahan jarak waktu antara pembedahan
mata yang satu dengan yang lainnya haruslah sedekat mungkin8.
2. Katarak didapat
Katarak didapat terjadi mulai dari bayi hingga remaja. Oleh karena itu, kekeruhan
tersebut dapat melibatkan inti infantil atau dewasa, bagian yang lebih dalam dari korteks
atau kapsul. Katarak didapat biasanya mempengaruhi zona tertentu yang sedang dibentuk
ketika proses ini terganggu. Serat-serat yang diletakkan sebelumnya dan selanjutnya
sering terbentuk secara normal dan tetap bening.(kurana).
Katarak didapat tidak terlalu memerlukan penanganan segera (untuk mencegah
ambliopia), seperti pada katarak infantilis karena usia anak sudah lebih tua dan sistem
penglihatannya sudah lebih matang. Penilaian bedah didasarkan atas lokasi, ukuran dan
kepadatan katarak, tetapi hasil suatu periode pengamatan dan uji ketajaman penglihatan
subjektif dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan.8

Katarak senilis (katarak terkait usia)

Proses kondensasi normal dalam nukleus lensa menyebebabkan terjadinya sklerosis


nuklear setelah usia pertengahan. Gejala yang paling dini mungkin berupa membaiknya
penglihatan dekat tanpa kacamata (penglihatan kedua). Ini merupakan akibat
meningkatnya kekuatan fokus lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke
miopia. Gejala-gejala lain dapat berupa diskriminasi warna yang buruk atau diplopia
monokular. Sebagian besar katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik.
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan pada hidrasi berat
serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial di sekeliling daerah
ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi
penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu
penglihatan8
Katarak subkapsular posterior terdapat pada korteks dekat kapsul posterior bagian
sentral. Di awal perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan gangguan
pengihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala-gejala yang umum
antara lain “glare” dan penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan yang terang.
Kekeruhan lensa disini dapat timbul karena trauma, penggunaan kortikosteroid (topikal
atau sistemik), peradangan atau pajanan radiasi pengion8

Katarak supranuklear kekeruhan pada korteks yang lebih dalam (hanya pada
nukleus bagian luar), melibatkan nukleus dari lensa kristalina

Katarak polaris kekeruhan pada kapsul dan superfisial dari kortex pada bagian
polar : katarak polaris anterior, katarak polaris posterior

Katarak terkait usia biasanya berjalan lambat selama bertahun-tahun dan pasien
kemungkinan meninggal sebelum dibutuhkan tindakan operasi. Jika terdapat indikasi
operasi, ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90%
kasus; sisanya mungkin telah disertai dengan kerusakan retina atau mengalami
komplikasi pasca bedah yang serius sehingga mencegah perbaikan visus secara signifikan
misalnya ablasio retina, perdarahan intraokular atau infeksi. Lensa intraokular membuat
penyesuaian pascaoperasi katarak menjadi lebih mudah dibandingkan sewaktu hanya
tersedia kacamata katarak yang tebal ataupun lensa kontak afakia8.

Tingkat maturitas katarak:

1) Insipiens : Kekeruhan lensa tahap awal dengan visus yang relatif masih baik

2) Imatur: memiliki sebagian protein transparan. Lensa mulai terjadi dapat terlihat
oleh bantuan senter, terlihat iris shadow, visus > 1/60.

3) Matur: bentuk katarak yang seluruh proteinnya telah mengalami kekeruhan. dapat
terlihat dengan bantuan senter, tidak terlihat iris shadow, visus 1/300 atau light
perception positif
4) Hipermatur: protein-protein dibagian korteks lensa telah mencair, cairan ini bisa
keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang mengerut dengan apsul
keriput

5) Morgagni: katarak hipermatur yang nucleus lensanya mengambang dengan bebas di


dalam kantung kapsulnya

Sebagian besar katarak tidak terlihat pada pengamatan sepintas sampai lensanya
menjadi cukup keruh untuk menyebabkan gangguan penglihatan dan berat. Degan
semakin keruhnya lensa, fundus okuli akan semakin sulit untuk dilihat, sampai akhirnya
reflex fundus menjadi hilang sama sekali. Pada stadium ini, katarak biasanya telah
matur, dan pupil menjadi putih. (vogan)

Katarak traumatic

Trauma, paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma
tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab paling
sering, penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, kontusio, pajanan terlebih
terhadap panas (glassblowers cataract). Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aquos dan kadang-
kadang vitreus masuk kedalam struktur lensa8.

Katarak komplikata

Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraokular yang


memepengaruhi fisiologi lensa (misalnya uveitis rekuren yang parah). katarak biasanya
berawal di daerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis
kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan ablasio retina.

Katarak metabolik

Katarak bilateral dapat terjadi karena berbagai gangguan sistemik berikut ini:
diabtes mellitus, hipokalsemia (oleh sebab apapun), distrofi miotonik, dermatitis atopic,
galaktosemia, dan sindroma lowe, Werner, serta down.
Katarak terinduksi-obat

Kekeruhan subkapsular posterior berhubungan dengan penggunaan steroid topikal dan


sistemik. Hubungan yang tepat antara dosis dan durasi terapi kortikosteroid dengan
perkembangan katarak masih belum jelas. Namun, secara umum, penggunaan steroid dalam
dosis tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan pembentukan katarak. Anak-anak lebih
rentan daripada orang dewasa. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa semua pasien dengan
penyakit yang memerlukan terapi kortikosteroid berkepanjangan harus diperiksa secara teratur
pada slit-lamp oleh seorang dokter spesialis mata.(kurana)

Katarak yang diinduksi miotik Jenis katarak granular subkapsular anterior dapat dikaitkan
dengan penggunaan jangka panjang miotik, khususnya inhibitor cholinesterase yang bekerja
lama seperti echothiophate, demecarium bromide, disopropyl fluorophosphate (DFP).

Obat lain yang terkait dengan katarak toksik adalah amiodarone, chlorpromazine,
busulphan, gold, dan allopurinol.

Katarak radiasi

Paparan terhadap hampir semua jenis energi radiasi diketahui menghasilkan katarak dengan
menyebabkan kerusakan pada epitel lensa. Jenis-jenis berikut diketahui:
1. Infra-red: katarak Paparan infra merah yang berkepanjangan (lebih dari beberapa tahun) dapat
menyebabkan kekeruhan subkapsular posterior diskoid dan eksfoliasi kapsul anterior yang
sebenarnya.

2. Katarak iradiasi: Paparan sinar-X, sinar-or atau neutron dapat dikaitkan dengan katarak
iradiasi. Biasanya ada periode laten mulai dari 6 bulan hingga beberapa tahun antara paparan dan
perkembangan katarak.

Katarak elektrik

Hal ini diketahui terjadi setelah lewatnya arus listrik yang kuat melalui tubuh. Katarak
biasanya dimulai sebagai kekeruhan subkapsular belang yang matang dengan cepat. Sumber arus
dapat berupa kabel listrik hidup atau kilat.
Penatalaksanaan

Pengobatan katarak pada dasarnya pembedah. Namun, tindakan non-bedah tertentu dapat
membantu, dalam keadaan khusus, sampai operasi diambil.

Tindakan non-bedah

1. Pengobatan penyebab katarak.


Pada katarak yang didapat, pencarian menyeluruh harus dilakukan untuk mengetahui
penyebab katarak. Pengobatan penyakit penyebab, seringkali, dapat menghentikan
perkembangan dan kadang-kadang pada tahap awal dapat menyebabkan regresi
perubahan katarak dan dengan demikian menunda perawatan bedah. Beberapa contoh
umum termasuk:
a) Kontrol yang memadai terhadap diabetes mellitus.
b) Penghapusan obat katarakogenik seperti kortikosteroid, fenotiazen dan miotik
yang kuat, dapat menunda atau mencegah katarakaktogenesis.
c) Penghapusan iradiasi (sinar inframerah atau sinar-X) juga dapat menunda atau
mencegah pembentukan katarak.
d) Perawatan dini dan memadai untuk penyakit mata seperti uveitis dapat mencegah
terjadinya katarak yang rumit.
2. Meningkatkan penglihatan pada katarak yang baru atau belum matang
a) Refraksi: Sering berubah dengan kecepatan tinggi, harus diperbaiki pada interval
yang sering.
b) Pengaturan penerangan. Pasien dengan kekeruhan tepi (area pupil masih bebas),
dapat diinstruksikan untuk menggunakan pencahayaan yang cemerlang.
Sebaliknya, di hadapan kekeruhan sentral, cahaya kusam ditempatkan di samping
dan sedikit di belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.
c) Penggunaan kacamata gelap pada pasien dengan kekeruhan sentral sangat bernilai
dan nyaman saat dipakai di luar ruangan.
d) Mydriatics. Para pasien dengan katarak aksial kecil, sering mendapat manfaat dari
dilatasi pupil. Ini memungkinkan lensa paraxial yang jelas untuk berpartisipasi
dalam transmisi cahaya, pembentukan gambar dan fokus. Mydriatics seperti 5%
fenilefrin atau 1% tropikamid; 1 tetes b.i.d. di mata yang terkena dapat
memperjelas penglihatan

Tindakan pembedahan

Indikasi
1. Peningkatan visus
Sejauh ini adalah indikasi yang paling umum. Operasi harus disarankan untuk perbaikan
visual bervariasi dari orang ke orang tergantung pada kebutuhan masing-masing.
2. Indikasi medis
Kadang-kadang pasien mungkin merasa nyaman dari sudut pandang (karena penglihatan
yang bermanfaat dari mata lain atau sebaliknya) tetapi mungkin disarankan operasi
katarak karena alasan medis seperti Glaukoma yang diinduksi oleh Lensa,
endophthalmitis Phacoanaphylactic dan penyakit retina seperti retinopati diabetik atau
retina detachment
3. Indikasi kosmetik
Kadang-kadang pasien dengan katarak dewasa mungkin bersikeras untuk ekstraksi
katarak (bahkan tanpa harapan mendapatkan penglihatan yang bermanfaat), untuk
mendapatkan pupil hitam.

Obat-obatan dan persiapan sebelum operasi

1. Antibiotik topikal seperti tobramycin atau gentamicin atau ciprofloxacin selama 3 hari
sebelum operasi disarankan sebagai profilaksis terhadap endophthalmitis.

2. Persiapan mata untuk dioperasikan. Bulu mata kelopak mata atas harus dipaotong pada
malam hari.

3. Persetujuan yang terinformasikan dan terinci harus diperoleh.

4. Untuk menurunkan TIO, acetazolamide 500 mg stat 2 jam sebelum operasi dan gliserol
60 ml dicampur dengan jumlah air atau jus lemon yang sama, 1 jam sebelum operasi,
atau manitol intravena 1 gm/kgBB setengah jam sebelum
5. Untuk mempertahankan pupil yang melebar (terutama pada ekstraksi katarak
ekstrasapsular) obat tetes mata antiprostaglandin seperti indometasin atau flurbiprofen
harus ditanamkan tiga kali sehari sebelum operasi dan setengah jam selama dua jam
segera sebelum operasi. Pelebaran pupil yang cukup dapat dicapai dengan menanamkan
tropicamide 1% dan eyedrop fenilefrin 5% atau 10% setiap sepuluh menit, satu jam
sebelum operasi.

Metode operasi yang umum dipilih, terdiri dari:

1. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE).

Penanaman lensa intraokular merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada
limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada
kapsul anterior dan nukleus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular
ditempatkan pada kantung kapsular yang sudah kosong, disangga oleh kapsul posterior yang
utuh. Pada ekstraksi katarak ekstrakapsular, bentuk ekspresi nukleus, nukleus lensa
dikeluarkan dalam keadaan utuh tetapi prosedur ini memerlukan insisi yang relatif besar.8

Indikasi, teknik ECCE adalah operasi pilihan untuk hampir semua jenis katarak dewasa
serta katarak masa kanak-kanak kecuali dikontraindikasikan.

Kontraindikasi. Satu-satunya kontraindikasi absolut untuk ECCE adalah lensa yang jelas-
jelas subluksasi atau dislokasi.

2. Phacoemulsification.

Fakoemulsifikasi adalah tekhnik ekstraksi katarak ekstrakapsular yang paling sering


digunakan. Tekhnik ini menggunakan vibrator ultrasonik genggam untuk mengahancurkan
nukleus yang keras sehingga substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu
insisi berukuran 3 mm. Ukuran inisi tersebut cukup untuk memasukkan lensa intraokular
yang dapat dilipat (foldable intraocular lens). keuntungan yang didapat dari tindakan bedah
insisi kecil, menghindari penjahitan, perbaikan luka yang lebih cepat dengan derajat distorsi
kornea yang lebih rendah dan mengurangi peradangan intraokular pascaoperasi8.
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap
dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan
sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature,
mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan
dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.6

4. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)

Suatu tindakan mengangkat seluruh lensa berikut kapsulnya, jarang dilakukan pada saat
ini. Insiden terjadinya ablasio retina pascaoperasi jauh lebih tinggi dengan tindakan ini
dibandingkan dengan pascabedah ekstrakapsular namun bedah intrakapsular tetap
merupakan suatu prosedur yang berguna, khususnya bila tidak tersedia fasilitas untuk
melakukan bedah ekstrakapsular. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan
atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,
glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.3,6,8

Indikasi. ICCE telah digunakan secara luas selama sekitar 50 tahun di dunia. Sekarang
(selama 25 tahun terakhir) telah hampir seluruhnya digantikan oleh teknik ekstrakapsular
yang direncanakan. Saat ini satu-satunya indikasi ICCE adalah lensa yang disubluksasi dan
dislokasi secara nyata.

PERAWATAN PASCAOPERASI
Jika digunakan tekhnik insisi kecil, masa penyembuhan pascaoperasi biasanya
lebih pendek. Pasien umumnya boleh pulang pada hari operasi, tetapi tidak dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda
berat selaam sekitar 1 bulan. Matanya dapat dibalut pada hari operasi. Perlindungan pada
malam hari dengan pelindung logam sering kali disarankan selama beberapa hari
pascaoperasi. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi
kebanyakan pasien dapat melihat cukup baik melalui lensa intraokular sambil menunggu
kacamata permanen biasanya disediakan 4-8 minggu setelah operasi.8
KOMPLIKASI

Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif


awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra
ocular lens, IOL).(KURANA)

1. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi
gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif,
ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik
selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
2. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi
ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
f) Komplikasi terkait dengan capsulorhexis anterior
g) Dehiscence zonular dapat terjadi pada semua teknik ECCE
h) Nukleus jatuh ke dalam rongga vitreous
3. Komplikasi postoperatif awal
a) Hifema, Pengumpulan darah di ruang anterior dapat terjadi dari pembuluh
konjungtiva atau skleral akibat trauma okular minor atau lainnya.
b) Prolaps iris
c) Bacterial endophthalmitis
d) Striate keratopathy

4. Komplikasi postoperatif lanjut


Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,
Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder
merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi4,6.

5. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL


Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-
hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, subluksasi lensa, luksasi lensa, dan
sindrom lensa toksik (toxic lens syndrome)4,6. Afakia yakni keadaan dimana tidak
didapatkan lensa pada tempatnya. Afakia terjadi pada keadaan dislokasi lensa yang berat
(subluksasi atau luksasi lensa ke posterior) dan pada pascaoperasi katarak baik ekstraksi
katarak intrakapsular maupun ekstraksi katarak ekstrakapsular. Pada gambaran klinis
biasanya didaptkan visus menurun, iridodonesis yakni iris tampak mudah bergoyang
apabila mata digerakkan disebabkan karena hilangnya lensa sebagai penyangga iris,
tampak penonjolan vitreus didepan pupil (vitreus bulging)9.

PROGNOSIS
Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan
untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk
pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau
retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis
untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang
proresif lambat.4
Khurana AK, Diseases of The Lens. Comprehensive Ophthalmology Fourth
Edition. India : Newage International Publishers.2007 : 405.

Anda mungkin juga menyukai