Anda di halaman 1dari 12

I.

DIAGNOSIS KERJA
Pseudofakia OD Post Operasi Katarak dan Katarak Senilis Imature OS

TINJAUAN PUSTAKA

Pseudofakia adalaha suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah
operasi katarak . Lensa ini akan memberikan penglihatan yang lebih baik.
Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana
untuk seumur hidup. Lensa ini tisak akan menggangu dan tidak perlu
perawatan khusus dan tidak akan di tolak oleh tubuh. Gejala pada
1
pseduofakia :

 Penglihatan kabur
 Visus jauh dengan optotype snellen
 Dapat merupakan myopia atau hipermetropia tergantung ukuran lensa
yang ditanam (IOL )
 Terdapat bekas insisi atau jahitan

Letak di lensa di dalam bola mata dapat bermacam-macam1

 Pada bilik mata depan, yang ditempatkan di depan iris dengan kaki
penyokokngnya bersandar pada sudut bilik mata
 Pada daerah pupil, dimana bagian ini meliuti lenda pada pupil dengan
fiksasi pupil
 Pada bilik maa belakang, yang terletak pada kedudukan lensa normal di
belakamg iris. Lensa di keluarkan dengan ekstraksi lensa kapsular.
 Pada kapsul lensa
Gambar 1. Pseudofakia (sumber: npradesia.blogspot.com

Definisi Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun
akibat keduanya. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi
dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan
proses degenatif. 2

Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas


juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan
dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh
juta. Penelitian-penelitian mengidentifikasi adanya katarak pada
sekitar 10% orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai
dengan sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan
sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sama
halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya
penglihatan.2

Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab katarak samapai saat ini masih tidak diketahui secara pasti.
Tetapi penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti Penyakit lokal pada mata misal
uveitis, glaukoma, cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda,
panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga
menimbulkan gejala seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi
dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital
terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab
lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan
metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.3

Katarak umumnya merupakan peyakit pada usia lanjut, akan tetapi


katarak dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal
menahun misalnya seperti glaukoma, uveitis, retinitis pigmentosa. Katarak
juga dapat disebabkan bahan toksis khusus atau mungkin obat-obatan seperti
kortikosteroid, ergot dan antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau
metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetus mellitus,
galaktosemia.3

Klasifikasi

Katarak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan (1)


morfologi, (2) maturitas atau yang dikenal dengan stadium katarak, dan
berdasarkan (3) onsetnya.

Berdasarkan morfologinya, katarak dibagi menjadi:4

- Katarak Kapsular
- Katarak Subkapsular Posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral. Gejala-gejala yang umum, antara lain
“glare” dan penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan yang
terang. Kekeruhan lensa disini dapat timbul akibat trauma, penggunaan
kortikosteroid, peradangan, atau pajanan radiasi pengion.
- Katarak Kortikal, merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan
hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola
radial di sekeliling daerah ekuator.
- Katarak Supranuklear
- Katarak Nuklear, proses kondensasi normal dalam nukleus lensa
menyebabkan terjadinya sklerosis nuklear setelah usia pertengahan.
- Katarak Polar.
Berdasarkan maturitasnya, katarak dibagi menjadi: 4

- Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut,


kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.

Gambar 2. Katarak isipien (sumber: sumber: sweetspearls.com)


- Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah
lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma.
- Katarak imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Gambar 3. Katarak imatur (sumber: sumber: sweetspearls.com)

- Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh


lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka
cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang
normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Gambar 4. Katarak matur (sumber: sumber: sweetspearls.com)


- Katarak hipermatur. Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering.
- Katarak morgagni . Bila proses katarak berlanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks
lensa karena lebih berat.
Gambar 5. Katarak morgagni (sumber: sumber: xianide.blogspot.com)

2,4
Berdasarkan onsetnya katarak dapat dikalsifikasikan berdasarkan usia :

- Katarak kongenital: katarak yang sudah terlihat dibawah usia 1 tahun


- Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
- Katarak senilis : katarak setelah usia 50 tahun

Katarak Senilis

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti. Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan
secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak
senilis menjadi salah satu penyebab kebutaan di dunia saat ini. Penyebab
katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti,diduga
multifaktorial, diantaranya antara lain.5

a) Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh


genetik
b) Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat
kuat mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.
c) Faktor imunologik
d) Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan
nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya
matahari.
e) Gangguan metabolisme umum (DM, Galaktosemia).
Patofisiologi katarak dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi
protein lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan
meningkat sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya
lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan
dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu
terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi
kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil
dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif
index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan
pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh.
Perubaha lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan
konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium
dan calcium.5
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya
transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif
sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi
dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan
meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan
transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa
akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut
air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa
menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan
seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada
proses pembentukan katarak.5

Katarak senile umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu (a) stadium


insipien, (b) stadium imatur, (c) stadium matur, dan (d) stadium
hipermatur.2,5

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis1


Insipien Immatur Matur Hipermatur
Ringan Sebagian Seluruh Masif
Kekeruhan
Besar lensa Normal Lebih Besar Normal Kecil
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
( Air masuk) (Air + massa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Penyulit - Glukoma - Uveitis,glauco
ma
Visus (+) < << <<<
- (++) - (+/-)
Bayangan Iris

 Tatalaksana

6
Ada dua teknik pembedahan katarak, menurut Vaughan yaitu:
1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya dengan menyisakan vitreus dan membrana Hyaloidea. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
6
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula
posterior yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan
zonula zein. Teknik ini selain menyediakan lokasi untuk menempatkan
intra ocular lens (IOL), juga dapat dilakukan pencegahan prolaps
vitreus dan sebagai pembatas antara segmen anteror dan posterior.
Sebagai hasilnya, teknik ECCE dapat menurunkan kemungkinan timbulnya
komplikasi seperti vitreusloss, edema kornea. 6
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran
ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif
pada katarak senilis padat. 6
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Pada teknik ini, insisi dilakukan di sclera dan dibuat sekitar 6 mm.
Insisi dibuat 3 tahap seperti terowongan (tunnel incision).
Keuntungannya adalah konstruksi irisan pada sclera kedap air
sehingga membuat sistem katup dan isi bola mata tidak mudah prolaps
keluar. Dan karena insisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan
6
lebih ke posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah.

Pengangkatan lensa pada operasi katarak menimbulkan afakia, yang


menyebabkan hipermetropia tinggi, astigmatisma, hilangnya daya akomodasi
dan berkurangnya persepsi warna. Karena itu diperlukan rehabilitasi visual
pasca operasi, dengan menggunakan beberapa alat bantu, yaitu :6
1. IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia
saat ini aman, tidak mahal fdan memiliki kualitas optik yang baik.
Implantasi IOL dapat dilakukan setelah pengangkatan lensa pada saat
operasi. Meskipun memiliki banyak keuntungan, IOL tidak dapat
mengatasi masalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi pasca
operasi, dan pasien tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat
dekat atau membaca. 6
2. Kacamata
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatan
sebesar +10D . Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi
fisik dan optik. Dan masalahnya akan semakin berat bila mata yang
afakia unilateral (mata yang lain normal). 6
3. Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi
masalah afakia unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk
pasien berusia lanjut kurang efektif. 6

Gambaran
Pseudophakia berarti "lensa palsu". Ini adalah istilah yang digunakan
setelah Anda memasang lensa buatan di mata Anda untuk menggantikan lensa
alami Anda sendiri. Ini dilakukan selama operasi katarak. Lensa yang
ditanamkan disebut lensa intraokular (IOL) atau pseudophakic IOL.

Mengapa beberapa orang membutuhkan IOL


pseudophakic?
Anda akan membutuhkan IOL pseudofak jika katarak Anda diangkat. Katarak
adalah kekeruhan pada lensa - bagian yang jelas dari mata Anda.
Lensa membantu memfokuskan cahaya ke retina Anda. Ini adalah lapisan
jaringan peka cahaya di bagian belakang mata Anda.
Seiring bertambahnya usia, protein di lensa Anda mulai menggumpal dan
membentuk katarak yang mengaburkan penglihatan Anda. Semakin katarak
tumbuh, penglihatan Anda akan semakin kabur.
Katarak menjadi sangat umum seiring bertambahnya usia. Pada usia 80,
kebanyakan orang akan mengalami katarak. Mengganti lensa yang mendung dapat
mengembalikan penglihatan yang jernih.

Apa saja tanda dan gejala Anda mungkin


memerlukan IOL pseudofakik?
Tanda-tanda Anda mengidap katarak meliputi:
 penglihatan keruh atau kabur
 warna pudar

 kesulitan melihat di malam hari

 kepekaan terhadap silau dari sinar matahari, lampu, atau lampu depan

 penglihatan ganda di satu mata

 sering perlu mengganti kacamata atau resep lensa kontak

 kebutuhan akan cahaya yang lebih terang saat Anda membaca atau melakukan
aktivitas close-up lainnya

Bagaimana ini didiagnosis?


Dokter mata Anda dapat menentukan apakah Anda memerlukan IOL dengan
melakukan pemeriksaan mata. Anda mungkin menjalani satu atau lebih tes
penglihatan berikut:
 Tes ketajaman visual: Tes ini memeriksa penglihatan Anda dengan meminta
Anda membaca huruf pada grafik mata dengan satu mata tertutup pada satu
waktu.
 Pemeriksaan slit-lamp: Dokter Anda menggunakan perangkat berlampu khusus
untuk mencari masalah dengan iris, lensa, dan struktur lain di mata Anda.

 Pemeriksaan retina: Dokter Anda pertama-tama akan memberi Anda obat tetes


untuk melebarkan (memperlebar) pupil Anda. Hal ini mempermudah pemeriksaan
retina Anda. Kemudian dokter Anda akan menggunakan alat khusus untuk
memeriksa retina dan lensa Anda untuk mencari tanda-tanda katarak atau
penyakit lainnya.

Bagaimana prospeknya?
Operasi katarak dengan IOL pseudophakic dapat meningkatkan penglihatan pada
sekitar 90 persen orang yang menjalani prosedur ini.
Kebanyakan IOL yang ditanamkan bersifat monofokal. Mereka hanya bisa fokus
pada satu jarak - dekat atau jauh. Namun, lensa multifokal juga tersedia
untuk beberapa individu.
Setelah operasi, kemungkinan besar Anda perlu memakai kacamata untuk
membaca atau mengemudi, bergantung pada jenis IOL yang Anda dapatkan.

Daftar Pustaka

1. Olver J, Cassidy L. Basic optics and refraction. In : Olver J, Cassidy


L. Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science; 2005.p. 22-
3.
2. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Penerbit FKUI; 2010.h.
200-10.
3. Resnikoff S, Pascolimi D, Moriatti P. Global magnitude of visual
impatment cause by uncorrected refractive eror in 2004. Volume 86.
Number 1. USA: Bulletin of World Health Organization; 2008.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th
ed. China: Elsevier : 2011. (e-book)
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi 14. Widya medika:
Jakarta; 2000.h. 211-14.
6. Lang GK. Lens. In: Ophthalmology-A Pocket Textbook Atlas. 2nd edition.
New york: Appl Aprinta Druck; 2007.p. 172-85.

Anda mungkin juga menyukai