Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mereka yang berusia 40 tahun keatas, kemungkinan bisa mengidap penyakit
Glaukoma. Namun demikian, tidak dipungkiri bisa juga menyerang semua umur dan tanpa
batasan jenis kelamin. Penyakit ini timbul pada orang-orang yang mempunyai bakat
glaukoma atau diakibatkan penyakit mata lain. Glaukoma disebabkan oleh peningkatan
tekanan cairan di dalam mata. Glaukoma akut terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini harus
segera diatasi untuk menyelamatkan penglihatan. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan
ke-2 di dunia, diperkirakan 70 juta orang di dunia menderita glaukoma. Dengan
memeriksakan mata lebih dini, maka kebutaan akibat glaukoma dapat dicegah.
Selain glukoma makalah ini juga akan membahas penyakit katarak. Katarak adalah proses
kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa mata. Penyebab katarak
adalah karena faktor usia, kecelakaan, terganggunya metabolisme tubuh akibat penyakit
berkepanjangan, bawaan lahir atau bahkan keracunan. Gejala yang dirasakan oleh penderita
katarak adalah penglihatan yang berkabut, silau, bila dilihat dengan bantuan cahaya pada
pupil akan terlihat keruh. Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48%
kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, kelayakan bedah katarak di
beberapa negara belum memadahi sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan.
Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang terkait dengan
katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk operasi dan
hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian katarak dan glaukoma?
b. Apa saja jenis jenis katarak dan glaukoma?
c. Bagaimana patofisiologi katarak dan glaukoma?
d. Bagaimana pathway katarak dan glaukoma?
e. Bagaimana penatalaksanaan katarak dan glaukoma?
f. Bagaimana proses keperawatan katarak dan glaukoma?

1
g. Bagaimana contoh kasus katarak dan glaukoma?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian katarak dan glaucoma?
b. Mengetahui apa saja jenis jenis katarak dan glaucoma?
c. Mengetahui patofisiologi katarak dan glaucoma?
d. Mengetahui pathway katarak dan glaucoma?
e. Mengetahui penatalaksanaan katarak dan glaucoma?
f. Mengetahui proses keperawatan katarak dan glaucoma?
g. Mengetahui contoh kasus katarak dan glaucoma?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Katarak


2.1.1 Pengertian Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Springhouse Co). Derajad disabilitas yang ditimbulkan
oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman. Intervensi diindikasikan
jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat menerima perubahan dan merugikan
atau memengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak biasanya memengaruhi
kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara independen. Perkecualian,
katarak traumatic biasanya unilateral dan katarak kongenital biasanya stasioner.
Tindakan operasi mengembalikan pandangan pada kurang lebih 95% klien
(Springhouse Co). Tanpa pembedahan, katarak yang terjadi dapat menyebabkan
kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis menurut perkembangan
(katarak kongenital) dan menurut proses degenerative (katarak primer dan katarak
komplikata).

2.1.2 Jenis-jenis Katarak


a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella,
diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia. Ada pula yang
menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia,
koloboma, keratoconus, ektopia lentis, megalokornea, heterokronia iris. Kekeruhan
dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris
anterior, posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis
dan katarak kongenita membranasea.
b. Komplikasi Katarak
Pada hordeolum yang besar dapat disertai selulitis dari palpebral atau orbita
sehingga keadaan umumnya lebih teganggu.
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang/alergi.
2. Glaucoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan.
c. Katarak Primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu juvenilis (umur <20 tahun),
katarak presenilis (umur sampai 50 tahun) dan katarak senilis (umur >50 tahun).
Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium :
a. Stadium; Insipien
3
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum terganggu, dengan
koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer
berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.
b. Stadium Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama terdapat di bagian
posterior dan bagian belakang nucleus lensa. Shadow test positif. Saat ini
mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung
sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini disebut
intumesensi. Cembungnya lensa kan mendorong iris ke depan, menyebabkan
sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbullkan komplikasi
glaucoma.
c. Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal
kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang
masuk pupil dipantulkan kembali. Shadow test negatif. Di pupil tampak lensa
seperti mutiara.
d. Stadium Hipermatur (Katarak Morgani)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa turun
karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah
lingkaran di bagian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu
kecoklatan. Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih
permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang
dibawahnya terdapat nucleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
e. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain.
Penyebab katarak jenis ini adalah :
 Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio retina yang
sudah lama, uveitis, myopia maligna.
 Penyakit sistemik, diabetes mellitus, hipoparatiroid, sindrom down, dermatitis
atopic.
 Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam mata, terpajan panas
yang berlebih, sinar-X, radioaktif, terpajan sinar matahari, toksin kimia.
Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak, demikian pula dengan
peminum berat. Kadang-kadang katarak terjadi lagi setelah operasi jika kapsul lensa
ditinggalkan utuh selama operasi katarak (deWit, 1998).

2.1.3 Patofisiologi
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan
kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium
dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tiak dapat larut. Pada proses penuaan,
lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan
4
densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang
lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju
sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnyatransparansi
lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral.Selain itu, berbagai penyebab katarak
di atas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme
ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa
yangpada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di
berbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui
kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan
semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan
yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dank lien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna.

2.1.4 Pathway

Gangguan Kebutuhan
Aktivitas

5
2.1.5 Penatalaksanaan
a. Indikasi Operasi Katarak
 Pada bayi (<1 tahun), jika fundus tidak terlihat.
 Pada umur lanjut :
- Indikasi klinis : Jika timbul komplikasi glaucoma atau uveitis, meskipun visus
masih baik untuk bekerja. Operasi dilakukan setelah keadaan tenang.
- Indikasi visual : katarak matur dengan visus 1/300 atau 1/~ dengan catatan LP
baik segala arah. Operasi untuk perbaikan visus.
- Indikasi social : pekerjaan

b. Intervensi Bedah
Jenis pembedahan untuk katarak mencakup extracapsular cataract extractive
(ECCE) dan intracapsular cataract extractive (ICCE).
Extracapsular Cataract Extractive (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah
prolapse vitreus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan
sokongan untuk implantasi lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena
memungkinkan dimasukannya lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa.
Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus lebih lanjut. Visus biasanya pulih
dalam 3 bulan setelah pembedahan. Teknik yang sering digunakan dalam ECCE
adalah fakoemulsifikasi, jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui
pengisapan (suction).
Intracapsular Cataract Extractive (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur
adalah kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko
tinggi mengalami retinal detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk
penanaman lensa intraokuler, salah satu teknik ICCE adalah menggunakan
cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat.
c. Perawatan Praoperasi
 Perawatan Praoperasi Rutin
 Fungsi retina harus baik yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar.
 Tidak boleh ada infeksi pada mata/jaringan sekitar.
 Tidak boleh ada glaucoma. Pada keadaan glaucoma, pembuluh darah retina
telah menyesuaikan diri dengan TIO yang tinggi. Jika dilakukan operasi,
pada waktu kornea dipotong, TIO menurun, pembuluh darah pecah dan
menimbulkan perdarahan hebat. Juga dapat menyebabkan prolapse dari isi
bulbus okuli seperti iris, badan kaca dan lensa.
 Periksa visus.

6
Keadaan umum harus baik : tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes mellitus
(kadar gula darah <150 mg/dl), tidak ada batuk menahun dan penyakit
jantung seperti dekompensasi kordis.
 2-3 hari sebelum operasi, mata diberi salep.
 1 hari sebelum operasi, mata ditetesi homatropin 3x1 tetes.
 Sore hari bulu mata dicukur, yakinkan klien bahwa bulu mata akan tumbuh
lagi. Kerjakan transchanal spoeling (uji Anel). Uji Anel negatif merupakan
kontraindikasi mutlak untukperasi intraokuler karena kuman dapat masuk ke
dalam mata.
 Beri salep antibiotic, jika perlu luminal tablet.
 Anjurkan mandi dan keramas sebelum operasi.
 Kirim ke kamar operasi dengan pakaian operasi.
 Premedikasi di kamar operasi.
 Injeksi luminal dan mata ditetesi pantokain tiap menit selama 5 menit.
 Beri kesempatan Klien yang Cemas untuk Menceritakan Kehilangan
Pandangan
 Review Prosedur Anestesi Lokal danRetrobulbar yang Biasanya Sering
Digunakan
 Berikan Premedikasi Sesuai Program
 Asetazolamid/metazolamid untuk menurunkan TIO.
 Obat-obat simpatomimetik, misalnya fenilefrin untuk vasokontriksi dan
midriasis.
 Parasimpatolitik untuk menyebabkan paralisis dan menyebabkan otot siliaris
tidak dapat menggerakkan lensa.

d. Perawatan Pascaoperasi
Pascaoperasi boleh minum saja, 2 jam pascaoperasi makan makanan lunak.
Pertahankan posisi semi-Fowler atau sesuai advis. Enam jam pascaoperasi kepala
baru boleh bergerak dan tidur miring ke arah mata yang tidak dioperasi.
Laporkan adanya drainase pada balutan kepada dokter bedah/ dokter mata. Lakukan
kompres dingin jika mata gatal. Kurangi/batasi klien untuk batuk, membungkuk,
bersin, mengangkat benda berat lebih dari 7,5 kg dan tidur/ berbaring pada sisi
operatif (karena akan meningkatkan TIO). Rekomendasikan kacamata pada siang
hari dan pelindung mata pada malam hari.
Antibiotik seperti gentamisin sesuai program, yang diberikan segera setelah
pembedahan subkonjungtiva, demikian juga salep antibiotik dan steroid; keduanya
digunakan untuk beberapa hari setelah operasi. Berikan analgesik sesuai program.
Lakukan observasi dan melaporkan komplikasi pembedahan yaitu;
 Peningkatan TIO, ditandai nyeri parah, mual dan muntah.
 Infeksi
7
 Perdarahan ruang mata anterior ditandai dengan perubahan pandangan
 Terbentuknya membran sekunder atau katarak sekunder, ditandai dengan lensa
belakan menjadi keruh.
 Retinal detachment, ditandai dengan tampaknya titik hitam, peningkatan jumlah
floaters atau sinar kilat dan hilangnya sebagian/ seluruh lapang pandang.

Pilihan rehabilitasi bergantung pada keparahan masalah, umur klien dan jenis
pembedahan. Pilihan rehabilitasi meliputi sebagai berikut.
Kacamata (aphakic spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tak mempunyai lensa yang disebut afakia
dengan tanda COA dalam, iris tremulans, pupil hitam. Keadaan ini harus dikoreksi
dengan lensa sferis (+) 10D supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus diberikan
3 bulan pascoperasi, sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksi masih berubah-ubah
karena keadaan luka belum tenang dan astigmatismanya tidak tetap. Lemsa
mngubah bayangan sebanyak 25-33% dan menyebabkan distorsi sehingga garis
vertikal seperti pintu tampak melengkung, menyebabkan pandangan perifer hilang,
kedua mata tidak berfungsi bersama, sehingga terjadi diplopia jika hanya satu mata
yang dioperasi, dan merupakan pilihan yang tidak mahal.
Lensa kontak
Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lenih besar dari ukuran
normal, sehingga kedua mata berfungsi bersama. Lapang pandang tidak
berubah/konstriksi. Kerugiannya adalah dapat terjadi lakrimasi, perlu keterampilan
untuk memasang dan melepas, potensial infeksi dan abrasi kornea, implantasi lensa
intraokuler, distorsi bayangan minimal 1-3%, segera kembali ke binnokular vision.
Kerugiannya risiko tinggi komplikasi, kemungkinan penilakan lensa dan biaya
mahal.
2.2 Asuhan Keperawatan Teori Katarak
2.2.1 Pengkajian
a. Anamnesis
 Umur, katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia lanjut.
 Riwayat trauma, trauma tembus ataupun tidak tembus dapat merusak kapsul
lensa.
 Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan dengan
bahan kimia atau terpapar radioaktif?sinar-X.
 Riwayat penyakit/masalah kesehatan yang ada: beberapa jenis katarak
komplikata terjadi akibatpenyakit mata yang lain dan penyakit sistemik.
 Riwayat penggunaan obat-obatan.
b. Pemeriksaan fisik
 Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
 Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
8
 Klien juga melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat
berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan
untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang
menyilaukan serts penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga
memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan
atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.
 Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat
melihat baik pada acahaya suram daripada terang, karena katarak yang terjadi
di tengah dan pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat memlalui daerah di
sekitar kekeruhan.
 Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan
memfokuskan bayangan pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut
second sight, yang memungkinkan klien membaca tanpa lensa.
 Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata, yang
menyebabkan peningkatan. Tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata.
 Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
 Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak
lanjut terdapat area putih keabu-abuan di belakang pupil.

Pada pengkajian ini akan didapatkan kecemasan dan ketakutan kehilangan


pandangan.

2.2.2 Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

 Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan


pada lensa mata.
Tujuan, klien akan:
 Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan
visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.

Intervensi keperawatan:
 Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar. Rasional:
menentukan seberapa bagus visus klien.
 Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh
klien. Rasional: memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan
bagaimana hal tersebut memengaruhi keperawatan.
 Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara:
- Orientasikan klien pada lingkungan,. Rasional: memfasilitasi kebebasan
bergerak dengan aman.

9
- Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangan klien (seperti
call light, TV control, teko, tisu). Rasional: mengembangkan tindakan
independen dan meninkatkan keamanan.
- Berikan pencahayaan yang paling sesuai bagi klien. Rasional: meningkatkan
penglihatan klien. Lokasi katarak akan memengaruhi apakah cahaya gelap
atau terang yang lebih baik.
- Cegah glare (sinar yang menyilaukan). Rasional: mencegah distres. Katarak
akan memecah sinar lampu yang akan menyebabkan distres.
- Letakka barang-barang pada tempat yang konsisten. Rasional: menguatkan
atau mendorong penggunaan memori sebagai pengganti penglihatan.
- Gunakan materi dengan tulisan besar dan kontras (misal tulisan hitam pada
kertas putih). Rasional: memfasilitasi membaca
- Cegah penggunaan warna biru, hijau, dan ungu pada materi cetakan/tulisan.
Rasional: menguningnya lensa akan memantulakan warna-warna tersebut
dan menyebabkan tulisan tersebut hilang atau menjadi bayangan abu-abu.
- Gunakan sistem “jarum jam” untuk mengorientasikan klien tentang lokasi
makanan pada plate. Rasional: membantu klien makan
 Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien. Rasional:meningkatkan
stimulasi.
 Beritahu klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio, TV dan percakapan).
Rasional: meningkatkan stimuasi. Saat pandangan menjadi terbatas, beberapa
klien mengganti dengan stimulasi yang lain seperti Radio dan Tv untuk
membaca.
 Berikan sumber rangsangan sesuai permintaan. Rasional: meningkatkan
stimulasi.
 Rujuk klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku percakakapan
dll. Rasioanal: meningkatkan stimulasi
 Kolaborasi: pembedahan

 Risiko cedera yang berhubungan dngan komplikasi pascaoperasi seperti


perdarahan, dan peningkatan tekananan intraokuler.
Tujuan:
 Tidak terjadi perdarahan intraokuler dan tidak ada peningkatan tekanan
intraokuler.

Intervensi keperawatan:

10
 Ajarkan tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada dokter dengan
segera, meliputi meningkatnya nyeri mata, keluarnya diskar purulen, penurunan
visus, demam, meningkatnya nyeri dahi.
 Instruksika klien untuk tidak mengejan saat defekasi , dorong untuk
menggunakan susu magnesium atau pencahar untuk mencegah hal ini sesuai
kebutuhan.
 Cuci tangan secara tepat sebelum meneteskan obat mata atau mengganti
balutan; beritahu klien dan kearga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh
daerah mata.
 Demonstrasikan cara menggunakan pelindung (shield) untuk tidur.
 Instruksikan klien untuk mencegah pergerakan cepat atau mendadak dan
membungkuk
 Instruksikan untuk segera minum obat jika mual dan muntah
 Ingatkan klien untuk tidak berbaring pada sisi yang sakit
 Dorong klien untuk mencari bantuan untuk ambuasi saat pandangan kabur

 Risiko cedera berhubungan dengan penurunan visus, umur atau berada pada
lingkungan yang tidak dikenal
Tujuan:
 Klien tidak mengalami cedera atau gangguan visual akibat jatuh
- Klien mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan risiko cedera
(jatuh)
- Klien mampu mengidentifikasi dan menyingkirkan benda-benda berbahaya
dari lingkungan
- Klien melaporkan tidak menglami cedera (jatuh)
- Klien mampu mencegah aktivitas yang meningkatkan risiko cedera
- Klien mampu menggunakn peralatan untuk mencegah cedera

Intervensi keperawatan:
 Beritahu klien bahwa penutupan mata dengan bebat dan/ atau shield
menyebabkan pandangan monokuler, yang akan mengubah kedalaman persepsi
dan mempersempit lapang pandang. Rasional: meningkatkan kepatuhanklien.
Klien akan lebih mungkin melakukan intervensi jika rasional diberikan.
 Kurangi risiko bahaya dari lingkungan klien. Rasional: mencegah cedera.
- Kunci roda brankar atau tempat tidur
- Berikan pencahayaan yang adekuat
- Turun dari tempat tidur dari sisi mata yang tidak sakit dan tempat tidur
berada dalam posisi rendah
11
- Pasang pengaman tempat tidur
- Singkirkan benda-benda yang mudah jatuh (seperti tempat sampah, tisu,
kursi tanpa sandaran) atau benda berbahaya dari area yang dilewati klien
untuk ambulasi
- Letakkan alat-alat seperti bel pemanggil, tisu, telepon atau pengontrol di
tempat yang mudah dijangkau klien pada sisi yang tidak terpengaruh
- Dorong klien untuk menggunakan pegangan kamar mandi jika mungkin
- Bersihkan lantai dari objek kecil seperti peniti, pensil, jarum
 Beritahu klien untuk mengubah posisi secara perlahan. Rasional: mencegah
pusing
 Beritahu klien agar tidak meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi. Rasional:
mencegah jatuh akibat perubahan kedalaman persepso. Benda/objek mungkin
tidak terletak di tempat seperti yang dilihat klien. Meraih yang berlebihan akan
mengubah pusat gravitasi yang akan menyebabkan klien jatuh.
 Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif (tongkat, walker) untuk
ambulasi sesuai kebutuhan. Rasional: memberikan sumber stabilitas
 Beritahu klien untuk naik dan turun 1 kali dalam satu waktu. Rasioanl:
meningkatkan rasa keseimbangan
 Tekankan pentingnya menggunakan pelindung mata saat melakukan aktivitas
beresiko tinggi seperti ambulasi pada malam hari dan saat berada di tengah
anak-anak atau binatang peliharaan. Rasional: mencegah cedera

 Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan visual,


ketidakmampuan akibat pascaoperasi.
Tujuan:
 Keluarga memberikan bantuan dalam penatalaksanaan pengobatan dan
perawatan mata pascaoperasi

Intervensi keperawatan:
 Jelaskan rutinitas pre- dan pascaoperasi pada klien. Libatkan keluarga dalam
semua penjelasan yang berhubungan dengan perawatan pascaoperasi; berikan
kartu dosis obat untuk di rumah dan jadwal pengobatan pascaoperasi
 Beritahu klien dan keluarga tentang obat-obat mata yang digunakan di rumah
dan cara penggunaannya, cara membalut dan memasang shield mata secara
tepat, cara mengganti balutan tanpa menekan mata; pentingnya cuci tangan dan
tidak menggosok mata serta pentingnya tindak lanjut dengan dokter.

12
 Hambatan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan umur,
terbatasnya pandangan, atau pembatasan aktivitas akibat pembedahan.
Tujuan, klien akan:
 Kembali ke rumah dan bisa merawat diri dengan aman dalam lingkungan yang
telah disiapkan
 Mengembangkan rencana perawatan diri dalam perubahan hidup yang
diinginkan

Intervensi keperawatan:
 Diskusikan tempat yang diinginkan klien untuk pemulihan pascaoperasi.
Raional: meningkatkan pemulihan. Klien yang palinng tahu di tempat mereka
bisa memulihkan keadaannya.
 Diskusikan kemampuan klien sekarang untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri dan aktivitas sehari-hari klien. Rasional: menentukan kebutuhan bantuan,
karena sebagian didasarkan pada tingkat fungsi klien sekarang.
 Evaluasi bagaimana kemampuan fungsi klien sekarang akan terpengaruh oleh
pembatasan aktivitas dan kebutuhan perawatan pascaoperasi. Rasional:
menentukan kesadaran klien terhadap pembatasan. Kien mungkin tidak
menyadari perlunya perawatan dan bagaimana aktivitas normal perlu diubah.
 Bantu klien menentukan sisi realistik untuk pemulihan pascaoperasi. Rasional:
memfasilitasi penerimaan terhadap rencana. Klien seharusnya terlibat dalam
pembuatan keputusan.
 Ajarkan klien aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Rasional:
meningkatkan kepatuhan klien. klien harus memiliki pengetahuan sebelum
mereka dapat mengimplementasikan tindakan perawatan di rumah.
- Perawatan diri
- Pemasangan shield
- Penetesan obat mata
- Aktivitas yang diperbolehkan
- Aktivitas yang dibatasi
- Medikasi
- Pemantauan komplikasi
 Bantu klien untuk menentukan aktivitas apa yang akan memerlukan bantuan.
Rasional: menentukan kebutuhan bantuan. Klien mempunyai pengetahuan
terbaik tentang bantuan apa yang yang diperlukan.
- Perawatan diri
- Menyiapkan makan
- Penetesan obat mata
- Berbelanja
13
 Evaluasi sumber-sumber bantuan (teman/keluarga, perawat komunitas
(perawat, terlatih, bantuan perawat di rumah). Rasional: menentukan
keterjangkauan bantuan. Klien mungkin memerlukan bantuan yang bervariasi
mulai dari belanja (karena mereka tidak bisa berkendaraan) hingga bantuan
dalam menggunakan tetes mata. Beberapa klien memerlukan bantuan dari
orang yang tidak terlatih untuk pekerjaan rumah tangga dan belanja. Perawat
terlatih biasanya mengajari keluarga klien tentang cara menggunakan obat
mata.
 Tinjau keamaanan rumah klien (lokasi telepon, rencana emergency, adanya
karpet). Rasional: menjamin bahwa klien mempunyai rencana untuk kondisi
emergency. Jatuh pada populasi klien ini sering terjadi. Usahakan meja telepon
dapat diraih dari lantai. Mendiskusikan rencana emergency akan membantu
klien untuk keluar dari kondisi yang penuh tekanan.
 Adaptasikan lingkungan rumah untuk memfasiitasi kapatuhan terhadap
pembatasan aktivitas. Rasional: meningkatkan kepatuhan. Ketidakpatuhan
terhadapp pembatasan aktivitas dapat ,eningkatkan TIO dan mengancam tajam
penglihatan klien.
- Letakkan benda-benda yang diperlukan pada sudut tinggi
- Menyiapkan makanan
- Menyingkirkan benda-benda kecil dari lantai

Diagnosis Tambahan

 Takut yang berhuungan dengan kehilangan pandangan komplet, jadwal


pembedahan, atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan.
 Isolasi sosial yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan, takut,
cedera, penurunan kemampuan mengendalikan komunitas atau takut malu.
 Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan terbatasnya informasi atau
kesalahan interpretasi informasi yang sudah didapat sebelumnya.

2.2.3 Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan visus normal.
2. Tidak terjadi komplikasi.
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.
4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.

14
2.3 Konsep Teori Glaukoma
2.3.1 Definisi Glaukoma
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan
atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO)
dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan,
kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus, menyebabkan atrofi
saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan
dan menyebabkan hilangnya pandangan irrevelsible tanpa timbulnya gejala lain yang
nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa
jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan kerusakan organik
bervariasi. Beberapa orang dapat menoleransi tekanan yang mungkin bagi orang lain
dapat menyebabkan kebutaan.
2.3.2 Macam-macam Glaukoma
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer
terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
a. Glaukoma Primer

Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan/atau reabsorbsi akuos humor mengalami perubahan
patologi langsung.

 Glaukoma Sudut Terbuka


Glaukoma sudut terbuka/glaukoma kronik/glaukoma simpleks/open angle
glaucoma merupakan bentuk glaukoma primer yang lebih tersembunyi dan
membahayakan serta paling sering terjadi (kurang lebih 90% dari klien
glaukoma). Seringkali merupakan gangguan herediter yang menyebabkan
perubahan degeneratif. Bentuk ini terjadi pada individu yang mempunyai sudut
ruang (sudut antara iris dan kornea) terbuka normal tetapi terdapat hambatan
pada aliran keluar akuos humor melalui sudut ruangan. Hambatan dapat terjadi
di jaringan trabecular, kanal schlemn atau vena-vena akueous.
Keadaan ini terjadi pada klien usia lanjut (>40 tahun) dan perubahan
karena usia lanjut memegang peranan penting dalam proses sklerosa badan
silier dan jaringan trabekel. Karena akueous humor tidak dapat meninggalkan
15
mata pada kecepatan yang sama dengan produksinya, TIO meningkat secara
bertahap. Bentuk ini biasanya bilateral dan dapat berkembang menjadi
kebutaan komplet tanpa adanya serangan akut.
Gejalanya relatif ringan dan banyak klien tidak menyadarinya hingga
terjadi kerusakan visus yang serius. Suatu tanda berharga yang dikemukakan
oleh Downey yaitu jika diantara kedua mata selalu terdapat perbedaan TIO 4
mmHg atau lebih, dianggap menunjukan kemungkinan glaukoma simpleks
meskipun tensinya masih normal (Wijana N., 1993). Tanda klasik bersifat
bilateral, herediter, TIO meninggi, sudut COA terbuka, bola mata yang tenang,
lapang pandang mengecil dengan macam-macam scotoma yang khas,
perjalanan penyakit progresif lambat.
 Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup/angle-closure glaucoma/close-angle
glaucoma/narrow-angle glaucoma/acute glaucoma awitannya mendadak dan
harus ditangani sebagai keadaan emergensi. Mekanisme dasar yang terlibat
dalam patofisiologi glaukoma ini adalah menyempitnya sudut dan perubahan
letak iris yang terlalu kedepan. Perubahan letak iris menyebabkan kornea
menyempit atau menutup sudut ruangan, yang akan menghalangi aliran keluar
akueous humor. TIO meningkat dengan cepat, kadang-kadang mencapai
tekanan 50-70 mmHg (Dewit, 1998). Tindakan pada situasi ini harus cepat dan
tepat atau kerusakan saraf optic akan meyebabkan kebutaan pada mata yang
terserang.
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan sekitar mata, timbulnya
halo disekitar cahaya, pandangan kabur. Klien kadang mengeluhkan keluhan
umum seperti sakit kepala, mual, muntah, kedinginan, demam bahkan perasaan
takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga
keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia, dan lakrimasi) tidak begitu
dirasakan oleh klien. Peningkatan TIO menyebabkan nyeri yang melalui saraf
kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melalui cabang-cabang nervus
trigeminus. Iritasi saraf vagal dapat mengakibatkan mual dan sakit perut.
b. Glaukoma Sekunder

16
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan/atau reabsorpsi akueous humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
 Perubahan lensa, dislokasi lensa, intumesensi lensa yang katarak, terlepasnya
kapsul lensa pada katarak.
 Perubahan uvea, uveitis anterior, melanoma dari jaringan uvea,
neovaskularisasi di iris.
 Trauma, hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea/limbus disertai prolaps iris.
 Operasi, pertumbuhan epitel yang masuk cameri oculi anterior (COA),
gagalnya pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis paskaekstraksi
katarak yang menyebabkan perlengketan iris.
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan
trabecular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.

17
2.3.3 Patofisiologi

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi akueous humor dan aliran keluar akueous
humor dari mata. TIO normal adalah 10-21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran keluar akueous humor. Akueous humor
diproduksi di dalam badan silier dan mengalir keluar melalui kanal schlemn ke dalam
system vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier
atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueous melalui
camera oculi anterior (COA), peningkatan tekanan intraokuler >23 mmHg
memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke
saraf optic dan retina. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara
bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea
sentralis. Kerusakan vivus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah irreversible dan

18
hal ini bersifat permanen. Tenpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.
Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

2.3.4 Penatalaksanaan
Intervensi Bedah

Jika obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka
operasi merupakan terapi alternatif. Alternatif operasi yang dilakukan meliputi:

a) Laser Trabeculoplasty, tindakan ini dilakukan dengan lokal anestesi untuk


membuat lubang dijaringan trabecular untuk membuka sudut untuk mempermudah
aliran keluar akuos humor. Salep mata steroid pascaoperasi diberikan mengikuti
bedah laser. Komplikasi bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang tidak
berkurang dengan asetaminofen dan/atau disertai mual, nyeri dahi dan/atau
perubahan tajam penglihatan.
b) Operasi Filtrasi, jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan
membuat saluran dari ruang anterior ke ruang subkonjungtiva.
c) Laser Iridotomy atau Iridectomy Perifer, kedua prosedur ini mengurangi
tekanan dengan mengeluarkan bagian iris untuk membangun kembali outflow
akuos humor.
d) Cyclocryotherapy, tindakan ini secara permanen merusak sel dalam badan silier
dan menurunkan produksi akuos humor.

Perawatan Preoperasi

Lakukan perawatan preoperasi rutin yang meliputi mencukur bulumata, pemeriksaan


TIO, mencuci rambut (keramas). Medikasi untuk menurunkan TIO sesuai program
yang meliputi:

 Gliserin per oral, 1 ml/kg berat badan ditambah air/air jeruk nipis dengan volume
yang sama (untuk mengurangi bau)
 Pilokarpin atau KSR tetes mata
 Asetazolamid tablet
 Infus manitol 20% kalua perlu
19
 Berikan antibiotik topikal sesuai pesanan

Perawatan Pascaoperasi

 Lakukan perawatan pascaoperasi rutin.


 Pemberian antibiotik subkonjungtiva oleh ahli oftalmologis.
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur 15-20 derajat untuk menurunkan tekanan
dalam mata selama tidur.
 Laporkan drainase pada dokter segera, tetapi jangan mengangkat balutan sampai
ada instruksi tertulis.
 Klien mungkin mengalami sakit kepala ringan dan pandangan kabur dalam 24 jam
pertama. Ada kemungkinan TIO meningkat karena respons inflamasi, oleh karena
itu instruksikan klien untuk mencegah meningkatnya tekanan vena pada kepala,
leher dan mata dengan menghindari manuver valsava, tidak membungkuk,
mempertahankan kepala diatas dan tidak melakukan gerakan mendadak.
 Berikan laksan untuk mencegah konstipasi.
 Bantu klien ambulasi dan makan sesuai kebutuhan begitu efek anastesi hilang.
 Instruksikan klien untuk tidak berbaring pada posisi operatif.
 Instruksikan klien untuk melaporkan gejala nyeri dahi, nyeri mata hebat atau mual.
 Observasi dan laporkan komplikasi pembedahan.
 Hindari latihan fisik/olahraga berat selama 3 minggu.

2.3.5 Komplikasi Pembedahan


 Peningkatan TIO
Ditandai dengan nyeri ocular, nyeri di atas alis dan mual. Cegah klien
membungkuk, mengangkat benda berat, mengejan saat buang air besar, batuk dan
muntah.
 Hipotoni (penurunan TIO)
Dapat menyebabkan perdarahan koroid, atau lepasnya koroid, ditandai dengan
nyeri yang dalam di dalam mata dengan awitan pasti, diaphoresis atau perubahan
tanda vital.
 Infeksi
20
Pantau tanda vital. Infeksi harus dicegah karena klien dapat mengalami kehilangan
pandangan atau kehilangan mata itu sendiri.
 Jaringan parut
Dapat mengurangi keefektifan jalur baru. Steroid topikal dapat digunakan karena
efek samping penggunaan steroid adalah memperpanjang pemulihan luka.

2.4 Asuhan Keperawatan Teori Glaukoma


2.4.1 Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis mencakup data demografi yang meliputi:
 Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur >40 tahun.
 Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari
kulit putih (dewit,1998).
 Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.

Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau yang ada saat ini,
riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat
menyebabkan angle-closure glaucoma), riwayat keluarga dengan glaukoma, riwayat
trauma (terutama yang mengenai mata), riwayat penyakit lain yang sedang diderita
(diabetes melitus, arteriosklerosis, miopia tinggi.

Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara cepat,
mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif dan berduka karena
kehilangan penglihatan.

Tanda dan gejala

Glaukoma akut primer

 Awitan gejala akut/mendadak


 Nyeri hebat disekitar mata yang menjalar pada daerah yang dilewati saraf otak
V
 Nyeri kepala/dahi
 Mual, muntah, dan ketidak nyamanan abdomen

21
 Melihat lingkaran berwarna disekitar sinar dan pandangan kabur mendadak
dengan penurunan persepsi cahaya

Glaukoma kronik primer

 Bilateral
 Herediter
 TIO meninggi
 Sudut COA terbuka
 Bola mata yang tenang
 Lapang pandang mengecil dengan macam-macam skotoma yang khas
 Perjalanan penyakit progresif lambat

Glaukoma sekunder

 Peningkatan nyeri dan simptom spesifik tergantung pada penyebab penyakit


okuler

Glaukoma kongenital

 Fotofobia, blefarospasme, epifora, mata besar, kornea keruh.

b. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada klaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
 Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandangan
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.

22
Pemeriksaan fisik melalui infeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
bertahap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
 Uji dignostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut , jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut pada ketika TIO meningkat, sudut sudut COA akan
tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.

2.4.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang terjadi adalah:
 Perubahan sensori/persepsi (visual) yang berhubungan dengan kerusakan saraf
akibat peningkatan TIO.
Tujuan, klien akan:
 Mengidentifikasi tipe perubahan visual yang dapat terjadi saat TIO meningkat di
atas level aman
 Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual
 Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan pengobatan

Intervensi keperawatan:

 Kolaborasi dalam pemberian:


 Miotik, untuk konstriksi pupil dan kontraksi otot silier (seperti pilocarpin) yang
dapat menyebabkan pandangan kabur selama 1-2 jam setelah penggunaan dan
adaptasi pada lingkungan gelap mengalami kesulitan, karena kontriksi pupil.
 Agens penghambat pembentuk akueos humor, seperti timolol , dll.
 Inhibitor karbonat anhidrase (seperti Asetazolamid) untuk mengurangi produksi
akueos humor, dengan efek samping mati rasa, rasa gatal pada kaki dan tangan,
mual/malaise.
23
 Agens osmotik sistemik (mis. Gliserin oral) untuk klien glaukoma akut untuk
mengurangi tekanan okular.
 Lakukan tindakan untuk mencegah semakin tingginya TIO, meliputi:
 Diet rendah natrium
 Pembatasan kafein
 Mencegah konstipasi
 Mencegah manuver valsalva
 Mengurangi stres
 Pantau kemampuan klien untuk melihat dengan jelas. Tanyai klien secara rutin
tentang terjadinya perubahan visual.

 Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan TIO

Tujuan, klien akan:

 Klien akan mengalami pengurangan nyeri

Intervensi keperawatan:

 Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler dan cegah tindakan yang
dapat meningkatkan TIO (batuk, bersin, mengejan). Rasional: tekanan pada mata
meninkat jika tubuh datar dan manuver valsalva diaktifkan seperti pada aktivitas
tersebut.
 Berikan lingkungan yang gelap dan tenang. Rasional: stres dan sinar akan
meningkatkan TIO yang dapat mencetusksn nyeri.
 Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 24 jam jika klien tidak menerima
agens osmotik secara intravena dan tiap 2 jam jika klien menerima agens osmotok
intravena. Rasional: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
 Observasi derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut. Rasional:
mengidentifikai kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

24
 Obserfasi asupan-haluaran tiap 8 jam saat klien mendapatkan agens osmotik
intravena . Rasional: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
 Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat mata yang
diresapkan . Rasional: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
 Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaukoma dan beritahu dokter jika terjadi
hipotensi, haluaran urine <24 ml/jam, nyeri pada mata tidak hilang dalam waktu 30
menit setelah terapi obat, tajam penglihatan turun terus menerus. Rasional: agens
osmotik intravena akan menurun TIO dengan cepat. Agens osmotik bersifat
hiperosmolar dan dapat menyebabkan dehidrasi; manitol dapat mencetuskan
hiperglikemis pada klien diabetes melitus, tetes mata miotik memperlancar drainase
akuos humor dan menurunkan produksinya. Pengontrolan TIO adalah esensial
untuk memperbaiki penglihatan.
 Berikan analgesik narkotik yang di resepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan
evaluasi keefektifannya. Rasional: mengontrol nyeri. Nyeri berat akan mencetuskan
manuver valsalva dan meningkatkan TIO.

 Ketidak patuhan (pada program medikasi) yang berhubungan dengan efek samping
pengobatan, kurangnya motivasi, kesulitan mengingat regimen terapi atau implikasi
finansial.

 Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana terapi dan
penatalaksanaan di rumah) berhubungan dengan kurangnya informasi dan/atau
mispersepsi informasi yang didapat sebelumnya.

Tujuan, klien akan:

 Klien mengetahui penatalaksanaan penyakitnya dan mampu mengulang dan


mendemontrasikan kembali pendidikan kesehatan yang di berikan.

Intervensi keperawatan:

25
 Jika gejala akut terkontrol, berikan informasi tentang kondisinya. Tekankan bahwa
glaukoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup, harus teratur dan tidak
terputus. Rasional: meningkatkan kerjasama klien. Kegagalan klien untuk
mengikuti penatalaksanaan yang di tentukan dapat menyebabkan kehilangan
pandangan progresif dan bahkan kebutuhan.
 Intruksikan klien untuk mencari pertolongan medis jika ketidaknyamanan mata dan
gejala peningkatan TIO terulang saat mengunakan obat obatan. Ajari klien tanda
dan gejala yang memerlukan perhatian medis dengan segera. Rasional: upaya
tindakan perlu dilakukan untuk mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut /
komplikasi lain.
 Perubahan virus mendadak, bahakan dengan kacamata yang baru tidak dapat
melihat dengan jelas.
 Meningkatnya nyeri mata :
 Kesulitan beradaptasi diruang gelap
 Melihat lingkaran pelangi di sekitar cahaya lampu
 Menyempitnya pandangan pada satu atau kedua mata
 Peningkatan fotofobia dan lakrimasi
 Ajarkan klien dan keluarga srta ijinkan klien mempraktikan sendiri cara pemberian
tetes mata. Gunakan teknik aseptik yang baik saat meneteskan obat mata. Rasional:
Meningkatkan keefektifan pengobatan, memberikan kesempatan untuk klien
menunjukan kompetensi dan mengajukan pertanyaan.
 Berikan informasi tentang dosis, nama, jadwal, tujuan dan efek samping yang dapat
di laporkan dari semua obat-obatan yang diresepkan di rumah. Ingatkan klien untuk
memberikan tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang terkena karena pada mata
yang tidak sakit obat tetes ini dapat mencetuskan serangan glaukoma tertutup dan
mengancam sisa pandangan klien. Rasional: penyakit ini dapat dikontrol, bukan
diobati dan mempertahankan konsistensi program pengobatan adalah hal vital.
Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan.
 Ingatkan klien agar menggunakan obat-obat resep dan jangan membeli obat-obat
bebas atau yang lain tanpa sepengetahuan dokter. Rasional: penyakit ini dapat
26
dikontrol, bukan di obati dan mempertahankan konsistensi program pengobatan
adalah hal vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan
potensial kehilangan penglihatan tambahan.
 Jamin semua intruksi dan informasi tentang obat yang diresepkan telah diberikan
secara tertulis. Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan klien.
 Identifikasi efek samping atau reaksi yang merugikan dari pengobatan: penurunan
selera makan, mual/muntah, diare, kelemahan, perasaan mabuk, penurunan libidi,
impoten, disritmia, pingsan, gagal jantung kongestif. Rasional: efek
samping/merugikan obat memengaruhi dari rentang tak nyaman sampai ancaman
kesehatan berat. Sekitar 50% klien akan mengalami sensitivitas atau alergi terhadap
obat parasimpatik (contoh pilokarpin) atau obat antikolinesterasi. Masalah ini
memerlukan evaluasi medik dan kemungkinan perubahan program terapi.
 Lakukan tindakan untuk mempertahankan keamanan seperti tidak berkendaraan
pada malam hari serta ajari anggota keluarga bagaimana memodifikasi lingkungan
klien untukkeamanan misalnya bersihkan jalan yang dilewati klien dari objek
berbahaya dan orientasikan klien ke ruangan yang ditempati (jika perlu).
 Tinjau ulang praktik umum untuk keamanan mata. Rasional: melindungi terhadap
cedera mata.
 Jika menggunakan bahan kimia sprei di luar ruangan, yakinkan lubang
menghadap jauh dari wajah dan berdiri dengan punggung melawan angin
sehingga tiupan angin jauh dari zat.
 Gunakan kacamata untuk pemajanan yang lama pada sinar matahari. Jangan
pernah secara langsung melihat pada matahari untuk periode yang lama.
 Jamin sinar yang baik jika membaca.
 Dorong klien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup. Rasional: pola
hidup tenang menurunkan respons emosi terhadap stres, mencegah perubahan
okuler yang mendorong iris ke depan.
 Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma. Rasional:
kecenderungan herediter, dangkalnya bilik anterior, menempatkan anggota keluarga
beresiko pada kondisi ini.

27
Diagnosa Tambahan

Ansietas/takut yang berhubungan dengan hilangnya pandangan aktual/potensial atau


benturan penyakit kronik terhadap gaya hidup.

Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan mual, muntah
sekunder akibat peningkatan TIO.

Risiko cedera yang berhubungan dengan penurunan pandangan perifer

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan berkurangnya pandangan.

Isolasi sosial yang berhubungan dengan penurunan pandangan perifer, takut cedera atau
respons negatif lingkungan terhadap ketidak mampuan visual.

Berduka adaptif/maladaptif yang berhubungan dengan hilangnya visual aktual.

2.4.3 Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan virus optimal.
2. Tidak terjadi komplikasi.
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.
4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.

28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny . S
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. Toapaya
Kebangsaan : Indonesia
Tanggal masuk rumah sakit : 12-09-2014

Identitas penangung jawab


Nama : Tn H
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Toapaya
Hub. Dengan pasien : Suami

2. Data Umum
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan saat melihat mata terasa kabur.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pandangan mata kabur sejak 2 tahun yang lalu, sering ditetesi
dengan obat tetes mata tapi pandangan masih tetap kabur.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami konjungtivitis setahun yang lalu.

29
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
e. Pola fungsi kesehatan
 Pola Aktifitas
- Sebelum sakit
Aktivitas seperti : mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur,
merapikan rumah, ambulansi, dan makan tidak ada gangguan, semua bisa
dilakukan sendiri oleh pasien.
- Saat Sakit
Klien mengatakan sejak 2 tahun yang lalu aktivitasnya mulai banyak terganggu
dan banyak yang dibantu oleh keluarga karena penurunan penglihatan
 Pola Nutrisi dan Metabolik
- Sebelum Sakit
Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk tempe dan sayur, jarang makan buah –
buahan.Minum air teh kalau pagi dan dalam sehari minum air putih sebanyak 6
gelas/ hari, nafsu makan normal.
- Saat Sakit
Pasien mengatakan makan dan minum tidak mengalami perubahan.
 Pola Istirahat dan Tidur
- Sebelum Sakit
Pasien mulai tidur malam jam 21.00 selama 8 jam, Kualitas tidur nyenyak.
- Saat Sakit
Pasien tidur selama 6 jam saat tidur pada waktu malam hari, tidur nyenyak
 Pola Eliminasi
- Sebelum Sakit
BAB 1-2 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari.
- Saat Sakit
BAB 1-2 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari.
 Pola Konsep Diri
- Sebelum Sakit
Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, dan peran diri tidak terganggu.

30
- Saat Sakit
Harga diri, ideal diri, dan identitas diri tidak terganggu sedangkan gambaran diri
terganggu karena ada warna putih keabuan pada mata, peran diri terganggu
karena pasien merasa tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
 Pola Spiritual
Sebelum dan saat sakit pasien selalu yakin dengan berdoa dan berusaha percaya
bahwa sakitnya bisa sembuh dan dia dapat pulih kembali.pasien beragama islam.
f. Pemerikasaan Fisik
 Keadaan Umum : CM
 Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 140/90 mmHg
Suhu : 37 0C
Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 60 x/menit
 Kulit, rambut, kuku
Inspeksi : warna kulit normal, tidak ada lesi, bentuk kuku normal.
Palpasi : turgor kulit normal, tidak ada edema.
 Kepala
Inspeksi : muka simetris, kulit kepala normal, rambut normal.
Palpasi : kulit kepala normal
 Mata
Inspeksi : Bentuk bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, iris
semua normal, pupil : ada warna keabuan, ada penurunan ketajaman penglihatan
dan silau terhadap cahaya.
Visus : 20/40 ft (normal : 20/20 ft )
 Telinga
Inspeksi : daun telinga dan liang telinga normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada prosessus mastoideus
 Hidung
bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada perdarahan dan penyumbatan.

31
 Mulut
tidak ada stomatitis ataupun sianosis, tidak ada lubang pada gigi, tidak ada
karang gigi, tidak ada tonsilitis.
 Leher
bentuk normal, warna kulit normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.
 Dada dan paru-paru
Inspeksi : bentuk normal (Diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap
diameter lateral adalah 1:2), kulit normal
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : normal (Resonan)
Auskultasi : sonor dan suara nafas : vesikuler
 Jantung : normal
 Abdomen
Inspeksi : bentuk normal dan simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada distensi
Auskultasi : peristaltik 29 x/menit (normal 5-35 x/ menit)
Perkusi : normal ( timpani pada lambung, dan pekak pada hepar )
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan, tidak ada distensi
 Anus dan rectum : normal tidak ada hemoroid
 Alat kelamin : tidak ada gangguan (normal)
 Muskuloskeletal
Otot : normal (kekuatan otot ekstremitas ka-ki adalah 5, kontraksi normal)
Tulang : tidak ada deformitas (kurva normal tulang belakang : konveks pada
bagian dada, konkaf sepanjang leher dan pinggang) tidak ada pembengkakan,
tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi.
Persendian :normal (sendi bergerak secara halus) tidak ada nyeri tekan, tidak ada
bengkak, tidak ada kekakuan sendi.

g. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan visus 20/40 ft

32
B. ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1. DS: Katarak Gangguan persepsi
- Klien mengatakan ↓ sensori penglihatan
penglihatannya Gangguan penerimaan sensori
kabur ↓
DO: Penurunan ketajaman
- Pupil tampak putih Penglihatan
- Menurunnya
ketajaman/ gangguan
penglihatan
- Visus 20/40 ft
(normal visus 20/20)
2. DS: Katarak Gangguan Kebutuhan
- Klien mengatakan ↓ Aktivitas
penglihatannya Gangguan penerimaan sensori
kabur ↓
DO: Penurunan ketajaman
- Aktivitas klien Penglihatan
tampak dibantu ↓
Gangguan Kebutuhan Aktivitas
3. DS: Katarak Ansietas
- Klien mengatakan ↓
takut untuk dioperasi Perubahan status kesehatan
DO: ↓
- Klien tampak Hospitalisasi
cemas dan gelisah ↓
- Ekspresi wajah Koping in efektif
tegang ↓
- Klien bertanya Klien cemas
tentang penyakitnya

33
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
2. Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan
3. Gangguan kebutuhan aktivitas b.d penurunan ketajaman penglihatan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Kep. Tujuan Intevensi Rasional
1. Gangguan Tupan : 1. Kaji ketajaman 1. Kebutuhan tiap
persepsi Persepsi sensori-perseptual penglihatan, individu dan pilihan
sensori- penglihatan membaik catat apakah intervensi bervariasi
perseptual Tupen : satu atau dua sebab kehilangan
penglihatan b. Status organ indera membaik mata terlibat. penglihatan terjadi
gangguan lambat dan progresif.
penerimaan Kriteria Hasil : 2. Orientasikan 2. Memberikan
sensori/status Setelah dilakukan intervensi klien tehadap peningkatankenyama
organ indera 3x24 jam klien dapat : lingkungan. nan dan
- Mengenal gangguan kekeluargaan,
sensori dan menurunkan cemas
berkompensasi terhadap dan disorientasipasca
perubahan. operasi.
- Mengidentifikasi/ 3. Observasi tanda- 3. Terbangun dalam
memperbaiki potensial tanda lingkungan yang
bahaya dalam lingkungan. disorientasi. tidak dikenal dan
mengalamiketerbatas
an penglihatandapat
mengakibatkankebin
gungan terhadap
orang tua.
4. Pendekatan dari

34
sisi mata yang 4. Memberikan
normal, bicara rangsang sensori
dengan tepat terhadap isolasi
menyentuh. dan menurunkan
bingung.
2. Gangguan Tupan : 1. Kaji batas 1. Mengetahui batas
kebutuhan Kebutuhan aktivitas klien kemampuan kemandirian klien
aktivitas b.d terpenuhi klien dalam
gangguan Tupen : beraktivitas
sensori Ketajaman penglihatan klien 2. Bantu dan 2. Memenuhi ADL’s
penurunan meningkat fasilitasi klien klien yang tidak
ketajaman dalam dapat dilakukan
penglihatan Kriteria Hasil : melakukan sendiri
Setelah dilakukan intervensi aktivitas
selama 3x24 jam diharapkan 3. Anjurkan 3. Peran serta keluarga
klien : keluarga untuk dapat menumbuhkan
- Kemampuan klien dalam membantu klien motivasi klien dan
beraktivitas terukur dalam memandirikan klien
- ADL’s klien terpenuhi memenuhi dan keluarga
ADL’s klien
3. Ansietas b.d Tupan : 1. Kaji tingkat 1. Derajat kecemasan
rencana Ansietas berkurang kecemasan akan dipengaruhi
tindakan Tupen : pasien dan catat bagaimana informasi
operasi Klien mengetahui tentang adanya tanda- tersebut diterima
prosedur rencana tindakan tanda verbal dan oleh individu.
operasi nonverbal.
2. Beri kesempatan 2. Mengungkapkan rasa
Kriteria Hasil : pasien untuk takut secara terbuka
Setelah dilakukan tindakan mengungkapkan dimana rasa takut
keperawatan selama 3x24 isipikiran dan dapat ditujukan.
jam diharapkan : perasaan

35
- Tidak terjadi kecemasan takutnya.
pada klien 3. Observasi tanda 3. Mengetahui respon
- Pasien mengungkapkan vital dan fisiologis yang
dan mendiskusikan rasa peningkatan ditimbulkan akibat
cemas/takutnya. respon fisik kecemasan.
- Pasien tampak rileks tidak pasien.
tegang dan melaporkan 4. Beri penjelasan 4. Meningkatkan
kecemasannya berkurang pasien tentang pengetahuan pasien
sampai pada tingkat dapat prosedur dalam rangka
diatasi. tindakan mengurangi
operasi, kecemasan dan
harapandan kooperatif.
akibatnya.

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun.

F. Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan visus optimal.
2. Tidak terjadi komplikasi.
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.
4. Klien mempunyai pengetahuan yg adekuat tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

36
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA

KASUS
Tn. W 50 thn dirawat di RSUD Cibinong hari ke-2 dengan keluhan pandangannya
kabur ± 1 bulan, terdapat penurunan persepsi cahaya, dan suka melihat lingkaran berwarna
disekitar sinar atau jika diberi rangsang cahaya, terdapat mual dan muntah dan rasa tidak
enak pada perutnya, terdapat nyeri pada daerah mata dan daerah kepala/dahinya.

A. Pengkajian
No. Rekam Medis : 110897
Ruang : Wijaya kusuma
Tanggan masuk RS : 18 september 2017, senin
Tanggal pengkajian : 20 september 2017, rabu
Diagnosa medis : Glaukoma
I. Identitas
a. Biodata pasien

Nama : Tn. w
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 50 th
Suku bangsa : indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Cirimekar, Cibinong-Bogor
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 55 th
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Jl. Citeureup, Bogor
Hubungan dengan klien : Kaka

37
II. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan pandangannya kabur ±1 bulan.
b. Riwayat kesehehatan sekarang
Klien mengatakan pandangannya kabur ±1 bulan, terdapat penurunan persepsi cahaya,
dan klien suka melihat lingkaran berwarna disekitar sinar atau jika diberi rangsangan
cahaya, terdapat mual, muntah, dan rasa tidak enak pada perutnya, dan terdapat nyeri.
P : Nyeri disebabkan karena tekanan intra ocular (TIO) yang meningkat.
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditekan oleh sesuatu.
R : Pasien mengatakan nyeri dirasakan pada daerah mata dan menjalar pada
rahang atas dan bawah, dan nyeri dirasakan juga pada daerah kepala/dahi.
S : Pasien mengatakan skala nyeri nya 7 dari 10.
T : Pasien mengatakan nyeri terus menerus timbul baik saat klien beraktivitas
ataupun saat sedang beristirahat.
Pasien terlihat meringis kesakitan dan banyak aktifitas klien yang dibantu oleh
keluarga karena penurunan penglihatannya.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan dulu tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama seperti
klien (ibu).
e. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat kesadaran
a. Kualitas : Compos mentis (CM)
b. Kuantitas :-
2. Tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg S: 37oC
N : 80 x/mnt RR: 20 x/mnt

f. Pemeriksaan fokus
38
Neurosensori: Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap pada penglihatan perifer. Penglihatan berawan/kabur,
tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, fotofobia (glaukoma akut). Tanda : Papil
menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.
Nyeri / Kenyamanan: Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada sekitar mata,
rahang atas dan bawah, sakit pada bagian kepala/dahi (glaukoma akut).

g. Kebiasaan sehari-hari (dirumah-dirumah sakit)


- Pola makan dan minum
Klien mengatakan makan 3x sehari dan habis tetapi 1 bulan belakangan ini pasien
mengatakan mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah, dan rasa
tidak enak pada perutnya, klien mengatakan minum ±1500 cc/hari dan selalu
dibantu oleh keluarga.
- Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, dan tidur ± 5 jam/hari, klien sering
kesulitan tidur karena rasa nyeri pada matanya.
- Pola BAB dan BAK
Klien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 3x sehari dan dibantu oleh keluarga,
selama diRS pola eliminasinya sama dan tidak ada masalah dalam eliminasi.
- Pola aktivitas
Klien mengatakan satu bulan belakangan ini aktivitasnya banyak yang terganggu
dan banyak yang dibantu oleh keluarga karena penurunan penglihatannya.
h. Data psikologi
Klien mengatakan takut jika penyakitnya bertambah parah bahkan takut jika terjadi
kebutaan pada klien.
i. Data sosial
Klien mengatakan komunikasi dan sosialisasi nya dengan orang lain menjadi
terganggu tetapi klien kooperatif jika diajak berbicara dan kooperatif selama
dilakukan tindakan keperawatan.

j. Data spiritual

39
Klien mengatakan walaupun dirawat klien masih melakukan ibadah solat sebagai
muslim dank lien mengatakan keluarganya sangat mendukung untuk kesembuhannya.
k. Data penunjang
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan: pada pemeriksaan ketajaman
penglihatan:terjadi kerusakan saraf dimulai di tepi lapang pandang.
- Pemeriksaan tonometry: pada pemeriksaan tonometry, nilainya 27 mmHg.
- Pemeriksaan gonioskopi: pada pemeriksaan gonioskopi terjadi pelebaran sudut bilik
mata depan.
- Pemeriksaan oftalmoskopi: pada pemeriksaan oftalmoskopi terdapat
penggaungan >0,3 diameter papil (Cup and Disc Ratio), dan diameter vertical lebih
besar dari diameter horizontal.
- Pemeriksaan lapang pandang: terjadi penurunan lapang pandang.
l. Program terapi

Nama obat Bentuk sediaan Dosis

Penghambat β-adrenergik

Betaxolol Larutan 0.5 % suspense 0.25 % Satu tetes 2xsehari

Levobunolol Larutan 0.25 % dan 0.5 % Satu tetes 2xsehari

Metilpranolol Larutan 0.3 % Satu tetes 2xsehari

Timolol Larutan 0.25 % dan 0.5 % Satu tetes 1-2xsehari

40
B. ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
DS: Glaukoma primer Perubahan sensori
1. Tn. W mengatakan ↓
perseptual (visual)
pandangannya kabur ±1 Usia lanjut
bulan. ↓
2. Klien mengatakan Kekakuan sklera badan silier
terdapat penurunan & jaringan trabekel
persepsi cahaya, dan ↓
klien suka melihat ↑ produksi akueous primer
lingkaran berwarna ↓
disekitar sinar atau jika Peningkatan TIO
diberi rangsangan cahaya ↓
Do : Tekanan pada saraf optic dan
1. Pada pemeriksaan retina
ketajaman penglihatan: ↓
terjadi kerusakan saraf Kerusakan saraf optic dan
dimulai di tepi lapang retina
pandang. Atrofi sel ganglion difus
2. Pada pemeriksaan ↓
tonometry, nilainya 27 Penipisan lapisan serat saraf
mmHg. & inti bagian dalam retina:
3. Pada pemeriksaan berkurangnya akson disaraf
gonioskopi terjadi optic
pelebaran sudut bilik mata ↓
depan. Atrofi optic: pembesaran
4. Pada pemeriksaan cekungan optikus, atrofi iris
oftalmoskopi terdapat dan korpus silier, degenerasi
penggaungan >0,3 hialin prosesus siliaris
diameter papil (Cup and ↓
Disc Ratio), dan diameter Hilangnya pandangan perifer
vertical lebih besar dari ↓
diameter horizontal. Perubahan sensori perseptual
5. Terjadi penurunan lapang (visual)
pandang.
DS: Glaukoma primer Gangguan rasa nyaman
1. Pasien mengatakan nyeri ↓
(nyeri)
pada bagian matanya dan Usia lanjut
bagian kepala/dahi. ↓
DO: Kekakuan sklera badan silier
& jaringan trabekel
1. Pasien mengatakan nyeri

terdapat nyeri. ↑ produksi akueous primer

P: Nyeri disebabkan
Peningkatan TIO
karena tekanan intra ↓
41
ocular (TIO) yang Tekanan pada saraf optic dan
retina
meningkat.

Q:Pasien mengatakan Kerusakan saraf optic dan
retina
nyeri seperti ditekan
Atrofi sel ganglion difus
oleh sesuatu. ↓
Gangguan rasa nyaman
R:Pasien mengatakan
(nyeri)
nyeri dirasakan pada
daerah mata dan
menjalar pada rahang
atas dan bawah, dan
nyeri dirasakan juga
pada daerah
kepala/dahi.
S: Pasien
mengatakan skala
nyeri nya 7 dari 10.
T: Pasien
mengatakan nyeri
terus menerus timbul
baik saat klien
beraktivitas ataupun
saat sedang
beristirahat.
2. Pasien terlihat meringis
kesakitan.
3. TTV :
TD : 150/100 mmHg
N : 80x/menit
S : 37oC
RR : 20x/mnt

42
DS: Glaukoma primer Gangguan aktifitas fisik
1. Klien mengatakan satu ↓
Usia lanjut
bulan belakangan ini

aktivitasnya banyak yang Kekakuan sklera badan silier
& jaringan trabekel
terganggu dan banyak

yang dibantu oleh ↑ produksi akueous primer

keluarga karena
Peningkatan TIO
penurunan ↓
Tekanan pada saraf optic dan
penglihatannya.
retina
DO: ↓
1. Pasien terlihat tidak bisa Kerusakan saraf optic dan
retina
melakukan aktivitas
Atrofi sel ganglion difus
secara mandiri dan ↓
Penipisan lapisan serat saraf
terlihat kebutuhan nya
& inti bagian dalam retina:
banyak dibantu oleh berkurangnya akson disaraf
optic
keluarga.

Atrofi optic: pembesaran
cekungan optikus, atrofi iris
dan korpus silier, degenerasi
hialin prosesus siliaris

Hilangnya pandangan perifer

Gangguan aktifitas fisik

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori perseptual (visual) berhubungan dengan kerusakan saraf akibat
peningkatan TIO.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra ocular
(TIO).
3. Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori dengan penurunan
lapang penglihatan.
4. Ansietas/takut berhubungan dengan hilangnya pandangan actual/potensial atau
benturan penyakit kronis terhadap gaya hidup.

43
5. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual, muntah
sekunder akibat peningkatan TIO.

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan sensori Tujuan Setelah 1. Lakukan 1. Mengatasi
jangka dilakukan kolaborasi kontriksi
perseptual (visual)
panjang: tindakan dengan dokter pupil dan
berhubungan dengan Tidak ada keperawatan dalam kontriksi otot
gangguan 3x24 jam pemberian obat silier,
kerusakan saraf akibat
persepsi diharapkan: (seperti menghambat
peningkatan TIO sensori 1. Tidak ada pilocarpine, pembentuk
(penglihatan gangguan timolol, akueous
) persepsi asetazolamid, humor,
sensori gliserin oral) mengurangi
Tujuan (penglihatan tekanan
jangka ) ocular.
pendek: 2. Tidak ada
Tidak ada atau 2. Lakukan 2. Mencegah
atau berkurangny tindakan untuk semakin
berkurangny a tekanan mencegah tingginya
a tekanan intra ocular semakin tekanan intra
intra ocular (TIO) tingginya TIO, ocular (TIO),
(TIO) meliputi:
- Diet rendah
natrium.
- Pembatasa
n kafein.
- Mencegah
konstipasi.
- Mencegah
maneuver
valsava.
- Mengurang
i stress.
3. Pantau
kemampuan 3. Mengetahui
klien untuk efektifitas
melihat dengan pengobatan.
jelas. Tanya
klien secara
rutin tentang
terjadinya
perubahan
visual.
44
2. Gangguan rasa nyaman Tujuan Setelah 1. Pertahankan 1. tekanan pada
jangka dilakukan tirah baring mata
nyeri berhubungan
panjang: tindakan ketat pada meninkat jika
dengan peningkatan Nyeri keperawatan posisi semi tubuh datar
berkurang 3x24 jam foler dan cegah dan manuver
tekanan intra ocular
atau tidak diharapkan: tindakan yang valsalva
(TIO). ada (skala 1. Nyeri dapat diaktifkan
nyeri 1-3) berkurang meningkatkan seperti pada
atau tidak TIO (seperti aktivitas
Tujuan ada (skala batuk, bersin, tersebut.
jangka nyeri 1-3) mengejan).
pendek: 2. Tekanan
tekanan intra ocular
intra ocular berkurang 2. Berikan klien 2. Stress dan
berkurang atau tidak lingkungan sinar akan
atau tidak ada. yang gelap dan meningkatkan
ada. tenang. TIO yang
dapat
mencetuskan
nyeri.

3. Observasi 3. Mengidentifi
tanda-tanda kasi
vital klien jika kemajuan
klien tidak atau
menerima penyimpanga
agens osmotik n dari hasil
secara yang
intravena dan diharapkan.
tiap 2 jam jika
klien
menerima
agens osmotok
intravena.
4. Observasi 4. Mengidentifi
derajat nyeri
kai kemajuan
mata setiap 30
menit selama atau
fase akut.
penyimpanga
n dari hasil
yang
diharapkan

5. Observasi 5. mengidentifik
45
asupan- asi kemajuan
haluaran tiap 8 atau
jam saat klien penyimpanga
mendapatkan n dari hasil
agens osmotik yang
intravena. diharapkan.

6. Berikan obat
mata yang 6. agens
diresepkan osmotik
untuk intravena
glaukoma dan akan
beritahu dokter menurun TIO
jika terjadi dengan cepat.
hipotensi, Agens
haluaran urine osmotik
<24 ml/jam, bersifat
nyeri pada hiperosmolar
mata tidak dan dapat
hilang dalam menyebabkan
waktu 30 dehidrasi;
menit setelah manitol dapat
terapi obat, mencetuskan
tajam hiperglikemis
penglihatan pada klien
turun terus diabetes
menerus. melitus, tetes
mata miotik
memperlanca
r drainase
akuos humor
dan
menurunkan
produksinya.
Pengontrolan
TIO adalah
esensial
untuk
memperbaiki
penglihatan.

7. Berikan
analgesik 7. Mengontrol
narkotik yang nyeri. Nyeri
di resepkan berat akan
jika klien mencetuskan
mengalami manuver
46
nyeri hebat dan valsalva dan
evaluasi meningkatkan
keefektifannya. TIO.
3. Gangguan aktifitas Tujuan Setelah 1. Kaji batas 1. Mengetahui
jangka dilakukan kemampuan batas
fisik berhubungan
panjang: tindakan klien dalam kemandirian
dengan gangguan terjadi keperawatan beraktivitas klien
peningkatan 3x24 jam 2. Bantu dan 2. Memenuhi
sensori dengan
mobilitas. diharapkan: fasilitasi klien ADL’s klien
penurunan lapang 1. Terjadi dalam yang tidak
Tujuan peningkatan melakukan dapat
penglihatan.
jangka mobilitas. aktivitas dilakukan
pendek: 2. Lapang 3. Anjurkan sendiri
lapang pandang keluarga untuk 3. Peran serta
pandang klien membantu keluarga dapat
klien membaik/m klien dalam menumbuhkan
membaik. eningkat. memenuhi motivasi klien
ADL’s klien dan
memandirikan
klien dan
keluarga

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun.

F. Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan visus optimal.
2. Tidak terjadi komplikasi.
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.
4. Klien mempunyai pengetahuan yg adekuat tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

47
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Glaukoma dan katarak merupakan penyakit mata yang saling berhubungan. Dari
etiologi dan perjalanan penyakitnya dapat dilihat bahwa glaucoma dapat mengakibatkan
katarak dan katarak dapat mengakibatkan glaucoma. Glaucoma merupakan sakit mata yang
dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intraocular yang melebihi dari batas normal yaitu
10-20 mmHg, yang dari penekanan itu menyebabkan saraf optikus sempit dan terjadi
kebutaan. Sedangkan untuk katarak merupakan sakit mata yang terjadi akibat etiologi yang
berupa fisik, kimia yang membuat lensa menjadi keruh. Kekeruhan lensa ini dapat
mengakibatkan kebutaan. Biasanya untuk kedua penyakit ini terjadi pada usia tua karena
terjadi kemunduran fungsi dari indera penglihatan yaitu mata.

48

Anda mungkin juga menyukai