Anda di halaman 1dari 13

1

1.Definisi
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggeris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular di mana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat keduaduanya.(1)

2.Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh
belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan
dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh
juta.(2)

3.Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan dengan berbagai dasar, antara lain
berdasarkan etiologi, morfologi, derajat kematangan, dan usia. (1)
3.1 Klasifikasi Katarak Berdasarkan Etiologi: (1)
1. Katarak Senil
2. Traumatik
a. Penetrasi
b. Konkusi (Rosette cataract)
c. Iradiasi sinar infra merah
d. Electrocution
e. Radiasi ionisasi
3. Metabolik
a. Diabetes (Snow Storm Cataract)
Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit
dabetes melitus.
Katarak pada pasien diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:

1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemi nyata, pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama
akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan
kadar gula normal kembali.
2. Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak
pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flakes atau bentuk piring
subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa di mana gambaran secara histologis dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat
penimbunan sorbitol dan fruktosa dalam lensa.
Pada

mata terlihat meningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada

pasien diabetes. Adalah jarang ditemukan true diabetik katarak. Pada lensa akan
terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan
pengobatana. Diperlukan pemeriksaaan tes urine dan pengukuran darah gula
puasa. Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan
subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat di
dalam darah dan urine.

b. Hipoglikemi
c. Galaktosemi (Oil drop Cataract)
d. Defisiensi galaktokinase
e. Mannosidosis
f. Penyakit Fabry
g. Sindrom Lowe
h. Penyakit Wilson (Sunflower Cataract)
i. Hipokalsemia
4. Toksik
a. Kortikosteroid
b. Klorpromazin
c. Miotik

d. Busulfan
e. Preparat emas
f. Amiodaron
5. Komplikasi
a. Uveitis anterior
b. Kelainan vitreoretinal dan retinal herediter
c. Miopia tinggi
d. Flaukomflecken
e. Neoplasia intraokuler
6. Infeksi maternal
a. Rubella
b. Toksoplasmosis
c. Sitomegalovirus
7. Obat yang dimakan pada kehamilan
a. Kortikosteroid
b. Talidomid
8. Katarak Presenil
Timbul bersamaan dengan:
a. Distrofi miotonik
b. Dermatitis atopik (Syndermatotic Cataract)
c. Defisiensi GPUT dan enzim
9. Sindrom dengan katarak
a. Sindrom Down
b. Sindrom Werner
c. Sindrom Rothmund
d. Sindrom Lowe
10. Herediter
11. Katarak Sekunder

3.2 Klasifikasi Katarak Berdasarkan Morfologi


1. Kapsular Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa
dalam perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya
pembentukan bilik mata depan pada perkembangan embrional, pada kelainan ini
kadang didapatkan suatu bentuk kekeruhan yang terdapat di dalam bilik mata
depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti
piramid. Tidak progresif. (4)
2. Kapsular Posterior
Katarak disebabkan menetapnya selubung vaskuler lensa. Kadang-kadang
terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan pada
lensa. Pengobatannya dengan melakukan pembedahan iridektomi optik. (3)
3. Subkapsular
4. Zonular atau lamelar
Biasanya segera terlihat setelah bayi lahir dan bilateral. Kekeruhan
berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening. Kekeruhan dapat menutupi
seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil akan mengganggu
penglihatan. Tergantung kepada derajat kekeruhan lensa, bila kekeruhan sangat
tebal sehingga fundus tidak dapat melihat maka perlu dilakukan insisi lensa. (3)
5. Kortikal
6. Punctata
Merupakan manifestasi yang paling banyak. Apabila terdapat bintik opak
kecil multipel dan tersebar di seluruh lensa, disebut cataracta coerulea atau bluedot cataract; bila berkumpul di sutura Y disebut sutural cataract dan anterior
axial embryonic cataract. (4)
7. Nuklear
Jarang dan termasuk di dalamnya adalah katarak ujung tombak dan
katarak bunga karang. Kekeruhan terletak di daerah nukleus lensa. Gangguan
terjadi waktu 3 bulan pertama. Biasanya bilateral dan tidak progresif, herediter
dan bersifat dominan. Sering hanya merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik.
Tidak mengganggu tajam penglihatan.

8. Sutural
Y-suture adalah garis pertemuan serat-serat lensa primer dan membentuk
batas depan dan belakang inti lensa. Terjadi kekeruhan lensa pada daerah sutura
fetal, statis, bilateral dan familial. Tidak mengganggu penglihatan. Biasanya tidak
dilakukan tindakan. (3)

3.3

Klasifikasi Katarak Berdasarkan Derajat Kematangan (1)

1. Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk
gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya
terletak di korteks anterior atau posterior. Hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Shadow test (-).(4)
2. Katarak Imatur
Kekeruhan lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian yang jernih pada lensa. Terjadi hidrasi korteks
yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini
akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata menjadi miopia.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik
mata depan dan sudut bilik mata depan akan menjadi lebih sempit sehingga
mudah terjadi glaukoma sebagai penyulit. Shadow test (+).(4)
3. Katarak Intumesen
Stadium imatur dimana terjadi pencembungan lensa akibat menyerap air
dan mengakibatkan bilik mata depan dangkal. (4)
4. Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul. Lensa berukuran normal kembali
sehingga iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai
kedalaman yang normal kembali. Kadang terlihat lensa berwarna sangat putih
akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. (4)
5. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair


dan dapat keluar melalui kapsul lensa. Lensa mengeriput dan berwarna kuning.
Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks nukleus lensa tenggelam ke
arah bawah (katarak Morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik
mata menjadi dalam. Shadow test pseudopositif. Akbiat masa lensa yang keluar
melalui kapsul lensa dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
glaukoma fakolitik. (4)

3.4

Klasifikasi Katarak Berdasarkan Usia (1)

1. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang terlihat pada usia di bawah satu
tahun. (6) Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir
umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.
Letak kekeruhan tergantung saat terjadinya gangguan pada kehidupan fetal.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh kelainan lokal intraokuler atau kelainan umum
yang menampakkan proses penyakit pada janin atau merupakan proses penyakit
ibu yang sedang mengandung. (3)
Bila kekeruhan sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak
dapat terlihat maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya
dan sudah dapat dilakukan pembedahan bila bayi berusia 2 tahun. Bila katarak
cair maka pada keadaan ini dapat dilakukan disisi lensa. Disisi ialah memecahkan
kapsul anterior lensa dan mengharapkan masa lensa yang cair keluar bersama
aqueous humour atau difagositosis oleh makrofag. Biasanya terjadi penyerapan
sempurna masa lensa sehingga tidak terdapat lensa lagi yang disebut dengan
afakia. (3)
2. Katarak juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang terlihat pada usia di atas satu tahun
dan di bawah empat belas tahun. (1) Katarak juvenil dapat terjadi karena: (5)
a) Lanjutan katarak kongenital yang semakin nyata.
b) Penyulit penyakit lain seperti katarak komplikata

c) Penyakit lokal pada mata seperti uveitis anterior,glaukoma dan ablasi


retina
d) Penyakit sistemik seperti diabetes, hipoparatiroid dan trauma

3. Katarak presenil
Katarak presenil adalah katarak yang terjadi pada usia 13 35 tahun.(1)
4. Katarak senil
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun. Kedua belah mata dapat terlihat
dengan derajat kekeruhan yang sama atau berbeda. Pada katarak senil akan terjadi
degenerasi lensa secara perlahan-lahan karena proses penuaan. Tajam penglihatan
akan turun berasur-ansur hingga tinggal projeksi sinar saja

4.Komplikasi
Komplikasi katarak antara lain:(1)
1. Lens-Induced Glaucoma
a. Phacomorphic Glaucoma
b. Phacolytic Glaucoma
c. Phacotopic Glaucoma
2. Lens-Induced Uveitis
3. Subluksasi atau Dislokasi lensa

5.Terapi
5.1 Indikasi pembedahan pada katarak(1):
Pengobatan terhadap katarak terutama adalah pembedahan. Adapun indikasi
pembedahan pada katarak(1):
1. Indikasi optik
Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan telah menurun
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini
menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis. (6)
2. Indikasi medik
a. Katarak hipermatur

b. Lens-Induced Glaucoma
c. Lens-Induced Uveitis
d. Dislokasi atau subluksasi lensa
e. Benda asing intra-lentikuler
f. Diabetik retinopati untuk dilakukannya fotokoagulasi laser
g. Ablasio retina
3. Indikasi kosmetik

5.2 Persiapan Pre Operasi


Pada penderita yang akan dilakukan pembedahan lensa maka dilakukan
pemeriksaan persepsi sinar, tes Anel, tonometri, dan ada atau tidaknya infeksi di
sekitar mata. Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol
darah gulanya, tekanan darahnya selain penderita sudah diperiksa parunya.

(3)

Pasien sebaiknya masuk rumah sakit semalam sebelum dilakukannya operasi dan
diminta informed consent. Bulu mata digunting, diberikan antibiotik tetes setiap 6
jam, pupil didilatasi, dan berikan pula obat-obat lainnya. (1)

5.3

Cara Pembedahan Katarak


Beberapa cara pembedahan katarak yang dikenal antara lain:(6)

Menekan lensa sehingga jatuh ke dalam badan kaca (couching)

Kemudian penggunaan midriatika

Jarum penusuk dari emas (tahun 1700)

Aspirasi memakai jarum

Memakai sendok Daviel

Pinset kapsul + zolise

Erisofek (erisiphake)

Memakai krio teknik karbondioksida, freon, termoelektrik

Mengeluarkan nukleus lensa dan aspirasi korteks lensa

Fako (phacoemulsification)

5.44

Ekstraksi Katarak
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang

katarak.(1) Dapat dilakukan dengan berbagai cara:


1. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE) atau Ekstraksi Katarak EkstraKapsular (EKEK) dengan implantasi Posterior Chamber Lens (PCL)
Dilakukan dengan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui
robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi, dan
irigasi. Dilakukan pada: (6)

Pasien katarak muda

Pasien dengan kelainan endotel

Bersamaan dengan keratoplasti

Implantasi lensa intra okular posterior

Perencanaan implantasi sekunder lensa intra okular

Kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma

Mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca

Sebelumnya mengalami ablasi retina

Mata dengan sitoid makular edema

Pasca bedah ablasi

Mencegah penyulit saat pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca

Kontraindikasi: (1)

Lensa dislokasi

Subluksasi lensa
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya

katarak sekunder. (6)


2. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE) atau Ekstraksi Katarak IntraKapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah
diputus. Tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer. Dilakukan dengan mempergunakan

10

mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti
sebelumnya. Tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

(6)

Indikasi dilakukannya

ICCE: (1)

Lensa dislokasi

Lensa subluksasi (>1/3 zonula pecah)

Chronic Lens Induced Uvitis

Hypermature Shrunken Cataract

Benda asing di intraokuler


Kontraindikasi dilakukannya ICCE adalah pasien muda (<36 tahun).
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini yaitu astigmatisma,

glaukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. (6)
3. Pars Plana Lensectomy
Suatu teknik khusus yang digunakan pada anak-anak yang masih sangat
muda. Lensa dan bagian anterior viterus dikeluarkan dengan menggunakan
Vitrectomy Probe atau Vitreous Irrigation Suction Cutting (VISC). (1)
4. Phacoemulsification dengan Foldable Intra-ocular Lens (IOL)
Nukleus diemulsifikasi dengan menggunakan gelombang suara frekuensi
tinggi (40.000 MHz) dan kemudian diisap keluar mata lewat insisi kecil. Setelah
itu dimasukkan IOL yang dapat dilipat.Merupakan operasi pilihan untuk katarak.
(1)

Hasil tindakan pembedahan tergantung pada umur penderita, bentuk


katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai
kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media
penglihatan menambah kemungkinan ambliopianya penderita.(3)
Pada katarak dengan komplikasi glaukoma, lensa dapat diekstraksi apabila
tekanan intraokuler telah terkontrol. Pilihan lainnya adalah dengan trabekulektomi
diikuti nantinya oleh ekstraksi katarak atau kombinasi. (4)

11

5.5

Perawatan Post Operasi: (1)

Mata dibersihkan secara rutin

Mata diperiksa visus, penyembuhan luka, kejernihan kornea, kedalaman COA,


pupil, IOL, kapsula posterior, dan tekanan intraokuler.

Antibiotika steroid topikal setiap 4 6 minggu


6. Komplikasi operasi katarak dapat terbagi menjadi: (1)
1. Intraoperatif
a. Kerusakan epitel kornea
b. Prolaps vitreus
c. Hifema
d. Ruptur kapsul posterior
e. Perdarahan banyak
f. Dislokasi nukleus ke vitreus
2. Postoperatif
a. Awal

Edema kornea

Luka bocor

Prolaps iris

COA dangkal

Hifema

Hipotonis

Glaukoma

IOL salah tempat

Endoftalmitis

b. Lambat

Opasifikasi kalpsular opsterior (PCO)

Cystoid Macular Edema (CME)

Vitreous Touch Syndrome

Sidnrom UGH

Keratopati bulosa

12

Glukoma

7.Prognosis
Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara
definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sisanya
(10% pasien) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit
pasca bedah yang serius, misalnya glaukoma, ablasio retina, perdarahan corpus
vitreum, dan sebagainya.(7)
Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis bilateral yang tidak
lengkap lebih baik dibandingkan dengan unilateral.

(3)

Hal ini terjadi karena

perbedaan visus yang terjadi setelah operasi sangat besar sehingga dapat
mengakibatkan diplopia.(4)

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Kuliah dr. Budiman Lens and Cataract. 2005.
2 Liesegang T.J. et al. Chapter 5 Pathology. Dalam Lens and Cataract Section
11 2004-2005. American Academy of Ophthalmology: USA. 2004.
3. R.K. Tamin Radjamin, Prof., dr. Dkk. Bab XIII Lensa Mata. Dalam Ilmu
Penyakit Mata. Airlangga University Press: Surabaya. 1993.
4. Miller, Stephen J.H.. Section 4 Diseases Of The Eye Chapter 19 The Lens.
Dalam Parsons Disease Of The Eye 17th edition. Churchill Livingstone:
London. 1984.
5. Sidarta Ilyas, Prof., dr., SpM. Bab Mata Tenang Penglihatan Menurun.
Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2001
6. Sidarta Ilyas, Prof., SpM., dr. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata
Merah. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta. 2005.
7. Shock J.P. dan Harper R.A.. Bab 8 Lensa. Dalam Vaughan D.G. et al., Y.
Joko Suyono, dr. (editor). Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika:
Jakarta. 1996.

Anda mungkin juga menyukai