DEFINISI
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti
melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis
ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan
dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang
akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur
pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa
walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat menyebabkan katarak antara lain (Corwin,2000):
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .
Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.
Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti
kristal salju.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor
yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-
obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.
Pathway
Pathway Katarak
MANIFESTASI KLINIK
KLASIFIKASI KATARAK
Katarak Kongenital,
sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang
dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia
kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital
biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma
iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo
kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani,
ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada
urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi
mental. Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50
% katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil
bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu
leukokoria.
Katarak Juvenil,
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
Katarak Senil,
setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat
selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia
lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3).
1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa
mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau
gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan
mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior
( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub
kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior,
celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih
tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek
yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa
akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga
bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,).
3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam
stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan
bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
4. Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga
masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka
nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan
mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka
dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Katarak Intumesen.
Katarak Brunesen.
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga
dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam
penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang
berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal
posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan
bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan
komplikasi penyakit berupa glukoma dan uveitis.
PENCEGAHAN KATARAK
PENGKAJIAN.KEPERAWATAN
1. Aktifitas Istirahat
2. Neurosensori
3. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan
pada atau sekitar mata, sakit kepala
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1.
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
dan untuk melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi :
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan
aktifitas, penampilan, balutan mata.
Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan. - Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membongkok.
Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anestesi.
Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.
Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,
Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan
senter sesuai indikasi. - Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes,
pupil berbentuk buah pir.
Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.
Diagnosa 2.
menurunnyaketajaman penglihatan
perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
Orientasikan klien tehadap lingkungan
Observasi tanda-tanda disorientasi.
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat
terjadi bila menggunakan tetes mata.
Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi
yang tidak dioperasi.
Diagnosa 3.
Kriteria Hasil : Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA