Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

MAULIDHA FATIMAH

4399814901210042

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIKes HORIZON KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By pass Karawang 41316

KARAWANG 2021
A. DEFINISI
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau
dapat juga akibat dari keduaduanya yang biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progesif (Mansjoer, 2000: 62)

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak)
yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul
pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga


menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)

Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti
tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa,
sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000)

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu (Iwan,2009).

B. KLAFISIKASI

Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.


2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang
akan menimbulkan katarak komplikata.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

1. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir


(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun).
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah
usia 40 tahun.
3. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun.
4. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak ini merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling
sering ditemukan.

Adapun tahapan katarak senilis adalah :

1. Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata


masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak
teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau
gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.
3. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung
dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan
yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah
kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan
melakukan aktifitas sehari-hari.
4. Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah
merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada
struktur mata yang lainya.
C. JENIS-JENIS KATARAK
1. Katarak Nuklir
Katarak nuklir merupakan jenis katarak yang terbentuk dibagian tengah lensa.
Jenis katarak ini paling sering ditemui pada lansia.

2. Katarak Kortikal
Jenis katarak ini terjadi ditepi luar lensa atau diarea yang dikenal sebagai
korteks. Katarak kortikal membentuk area putih seperti jari-jari roda yang
mengelilingi lensa

3. Katarak Subcapsular
Terdapat 2 jenis katarak subcapsular, yaitu posterior dan anterior :
a) Subcapsular posterior terbentuk di area belakang lensa, tepat di jalur
cahaya saat melewati lensa dan biasanya disebabkan oleh diabetes.
b) Subcapsular anterior terletak didepan lensa yang biasanya disebabkan
oleh cedera

4. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah jenis katarak yang terbentuk sejak bayi lahir atau
selama masa kanak-kanak. Tanda bayi mengalami katarak adalah bagian
tengah mata atau pupil terlihat abu-abu atau putih. Bahkan seluruh pupil
mungkin terlihat tertutup.

D. ETIOLOGI

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):

- Usia lanjut dan proses penuaan


- Congenital atau bisa diturunkan.
- Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.
- Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

- Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.


- Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
- Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
- Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
- Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

E. PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya


transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

F. TANDA DAN GEJALA


a) Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
- Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan
silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi.
- Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari

b) Gejala objektif biasanya meliputi :


- Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.
- Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
- Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

c) Gejala umum gangguan katarak meliputi:


- Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
- Gangguan penglihatan bisa berupa :
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

d) Gejala lainya adalah :


- Sering berganti kaca mata
- Penglihatan sering pada salah satu mata.

G. KOMPLIKASI
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

H. PENATALAKSANAAN

Pencegahan :

Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak


mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
1) Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior
dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi
ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan
lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason
frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel
yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.

2) Ekstraksi katarak intrakapsuler


Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada
kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat
secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang
dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa
kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya :
a) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan
perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial,
membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus
menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai
pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan
berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.

b) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang
mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa
kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena
kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien
memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.

c) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )


IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia.
Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera
anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani
ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja
selama prosedur ekstrakapsuler.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah
keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat
pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile
terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada
usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada
usia > 40 tahun.

a) Riwayat penyakit sekarang


Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.

b) Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.

c) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

d) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan
kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca
mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia
(glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata
keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).

e) Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri
tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit
kepala.

f) Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler,
kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan
tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) PRE OPERASI
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan
intraokuler.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
4. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan
pembedahan.
5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
b) POST OPERASI
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
insisi jaringan tubuh.
3. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan
intraokuler.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made


Kariasa. Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan
Sari. Jakarta: EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia,
Pennsylvania : The Curtis Center
Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC
Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak

Anda mungkin juga menyukai