Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

SOLUSIO PLASENTA

Oleh :

Nama : Anita Larinu

NIM : 1490122062

PROGRAM PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

SOLOSIO PLASENTA

A. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir (Rukiyah & Yulianti 2010). Biasanya terjadi trismeter 3
kehamilan, walaupun dapat pula terjadi setiap saat kehamilan, plasenta dapat terlepas
selurunya (solusio plasenta totalis), Sebagian (solusio plasenta parsialis) atau hanya
sebagain kecil pinggir plasenta (rupture sinus marginalis). Solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin di
lahirkan. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implementasi normal sbelum
waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu,
Solution plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable. Dimana plasenta
yang tempat implantasinya normal (pada fundus tau korpus uteri) terkelupas atau terlepas
sebelum kala III. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantsasinya
seblum janin lahir diberi beragam sebutan: abruptio plasenta, accidental haemorage,
beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput
ketuban dan uterus dan kemudia lolos keluar menyebabkan perdarahan ekternal. Yang
lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas
dari uterus serta menyebabkan perdarahan yang tersembunyi.

B. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi
b. Fisiologi
Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi,lalu terhubung
dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh
janin itu sendiri selama kehidupan intrauterine. Keberhasilan janin untuk hidup
ytergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
Plasenta terbentuk kira-kira minggu ke-8 kehamilan berasal dari bagian konseptus
yang menempel pada endometrium uteri dan tetap terikat kuat pada endometrium
sampai janin lahir. Fungsi plasenta sendiri sangant banyak, yaitu sebagai tempat
pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh kembangnya janin,
sebagai alat respirasi, sebagai alast sekresi hasil metabolisme, sebagai barrier, sebagai
sumber hormonal kehamilan. Plasenta juga bekerja sebagai penghalang guna
menghindari mikroorganisme penyakit mencapai fetus. Kebanyakan obat-obatan juga
dapat menembus plasenta seperti morfin, barbiturat dan anestesi umum yang
diberikan kepada seorang ibu sewaktu melahirkan, dapat menekan pernafasan bayi
yang baru lahir. Plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin
karena merupakan alat pertukaran za tantara ibu dan anak sebaliknya, berbentuk
bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20cm dan tebal lebih kurang 2,5cm.
Beratnya rata-rata 500gr.
Letak plasenta umumnya di depan atau dibelakang dinding uterus, agak keatas ke
arah fundusuteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas sehingga banyak tempat untuk melakukan implementasi, permukaan fetal
ialah yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan licin karena tertup
oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal
yang menghadap dinding rahim, berwarna merah dan terbagi-bagi oleh
celah-celah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan ibu. Oleh sekat ini, plasenta di bagi
menjadi 16-20 kotiledon. Pada penampang sebuah plasenta, yang masih melekat pada
dinding Rahim Nampak bahwa plasenta terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang
dibentuk oleh jaringan anak dan bagian yang dibentuk oleh jaringan ibu.
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Salah satu fungsi
plasenta adalah untuk perfusi dan transfer nutrisi, yaitu sebagai tempat pertukaran zat
dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh dan berkembangnya janin di dalam
rahim, berupa penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke
janin, dan pembuangan karbondioksida dan sampah metabolisme janin ke peredaran
darah ibu.

C. Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang menjadi predisposisi (Jannah,2021)
a. Faktro kardiorenovaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi separuh kasus
solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat
terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
b. Akibat turunya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari ateri yang menuju ke
ruangan interviler, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum
ini menjadi nekrotis, spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervili,
namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah,
sehingga terjadi hematoma yang lambat laun melepas plasenta dari rahim. Darah yang
terkumpul dibelakang plasenta tersebut hematoma retroplasenter.
c. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi diantara lain:
1. Dekompresi uterus (pengecilan yang tiba-tiba) pada hidroamnion dan gemelli.
2. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,
versi luar atau Tindakan pertolongan persalinan.
3. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
d. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa
dari 83 kasus solusio plasenta yang di teliti di jumpai 45 kasus terjadi pada wanita
multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPNCM menunjukan
peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini
dapat diterangkan karena makin tinggi paritas inu makin kurang baik keadaan
endometrium.
D. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta
gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada
pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,sehingga
sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup
di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke
dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot
uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan
berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang
dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka
banyak trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan
fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan
pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak
berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat
menentukan beratnyaa gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin.
Makin lama penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin
hebat komplikasinya.
Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk
hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau
perdarahan tersembunyi.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas
karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya
lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya
syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga
berasal dari anak.

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi


 Keadaan umum penderita relative A. Keadaan penderita jauh lebih jelek.
lebih baik.
 Plasenta terlepas sebagian atau B. Plasenta terlepas luas,uterus

inkomplit. keras/tegang.

 Jarang berhubungan dengan C. Sering berkaitan dengan hipertensi.

hipertensi.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta
dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.

Penyulit terhadap ibu Penyulit terhadap janin


1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi 1. Tergantung pada luasnya plasenta
darah umum yang lepas dapat menimbulkan
2. Terjadi penurunan tekanan asfiksia ringan sampai kematian
darah,peningkatan nadi dan dalam uterus.
pernapasan
3. Ibu tampak anemis
4. Dapat timbul gangguan pembekuan
darah,karena terjadi pembekuan
intravaskuler diikuti hemolisis darah
sehingga fibrinogen makin berkurang
dan memudahkan terjadinya
perdarahan (hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan pasca-partum
setelah persalinan karena atonia uteri
atau gangguan pembekuan darah
6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal
dan terjadi emboli yang menimbulkan
komplikasi sekunder
7. Timbunan darah yang meningkat
dibelakang plasenta dapat
menyebabkan uterus menjadi
keras,padat dan kaku.
E. Tanda dan Gejala
a. Solusio Plasenta Ringan
Rupture sinus marginalis atau terlepasnya Sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janinnya. Apabila
terjadi perdarahan per vagina, warnanya akan kehitaman dengan jumlah yang sedikit.
Perut mungkin terasa agak sakit, atau gak tegang. Walaupun demikian bagian-bagian
janin masih mudah teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus
apakah akan menjadi tegang lagi karena perdarahan yang terus menerus. Salah satu
tanda yang menimbulkan kecurigian akan kemungkinan solusio ringan ialah
perdarahan per vagina yang berwarna hitam. Perdarahan kurang dari 500cc dengan
lepasnya plasenta kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemes sehingga
bagian janin muda di raba. Tanda gawat jalan belum tampak dan terdapat perdarahan
hitam per vagina. Perdarahan kurang 100-200cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 150mg%.
b. Solusio Plasenta sedang
Plasenta terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai dua pertiga luas
permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio
plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus-menerus, yaitu tidak
lama kemudian disusul dengan perdarahan per vagina. Walaupun perdarahan per
vagina tampak sedikit, seluruh perdarahannya mungkin telah mencapi 1000ml. ibu
jatuh dalam keadaan syok, demikian juga dengan keadaan janinnya yang gawat.
Dinding uterus teraba tegang dan nyeri tekan sehingga bagian-bagiam janin sulit
diraba. Apabila janin dalam keadaan hidup bunyi jantung sulit didengar dengan
stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic. Lepasnya plasenta antara
seperempat sampai dua pertiga bagian dengan perdarahan sekitar 1000cc. perut ibu
mulai tegang dan bagian janin sulit diraba. Janin sudah mengalami gawat janin berat
sampai IUFD. Pemeriksaan dalam menunjukan ketubab tegang. Tanda persalinan
telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam. Perdarahan telah 200cc, uterus
tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin mati, pelepasan plasenta ¼-
2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150mg%

c. Solusio Plasenta Berat


Plasenta telah terlepas lebih dari dua pertiga permukaanya. Terjadi sangat tiba-tiba,
biasanya ibu telah jatuh kedalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya
sangat tegang seperti papandan sangat nyeri (bambang karsono,2002). Lepasnya
plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut nyeri dan tegang dan bagian
janin sulit diraba, perut seperti papan. Janin sudah mengalami gawat janin berat
sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak tegang. Darah dapat
masuk otot rahim, uterus courvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta
perdarahann pascapartus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang
dari 100-150mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai Nampak. Uterus tegang dan
berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat
terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan. (Nugroho,2012)

F. Penatalaksanaan medis
a. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio
plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan
intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki
hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih
berimplementasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus dianggap kontrak indikasi pada
solusio plasenta yang nyata secara klinis.
b. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio
sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hypovolemia berat dan
koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga
menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervagina kecuali apabila
perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
persalinan pervagina. Seksiosesarea merupakan indikasi jika persalinan diperkirakan
akan berlansung lama lebi dari 6 jam, jika persalinan tidak memeberi respon terhadap
amniotomy dam pemberian oksitosin encer secara hati-hati, dan jika terjadi gawat
janin dini tidak berkepanjangan dan janin mungkin hidup. Histerektomi jarang
diperlukan. Uterus Couvelaire sekalipun akan berkontraksi, dan perdarahan hampir
akan selalu berhenti jika defekkoagulasi sudah diperbaiki. Penanganan kasus-kasus
solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis yaitu:
1. Solusio Plasenta Ringan :
 Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)
dengan tirah baring dan observasi ketet, kemudian tunggu persalinan spontan.
 Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri.
 Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomy
disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan
2. Solusio Plasenta Sedang dan Berat
 Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan
di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika
perlu seksio sesaria
 Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah
terjadi sekurang-kurangnya 1000ml. Maka transfusi darah harus segera
diberikan.
 Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
 Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat
implantasi dan mengurangi masuknya tromboplasin kedalam sirkulasi ibu
yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom
subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler dimanamana.
 Persalinan juga dapat dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang
bertujuan untuk memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah
mengalami gangguan.
 Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang
terjadi adalah nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat
tergolong dengan penanganan yang baik.
 Bila telah terjadi nekrosis korteks ginjal, prognosisnya buruk sekali.
 Pada tahap oliguria, keadaan umum penderita umumnya masih baik. Oleh
klarena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran
urin yang teliti yang harus secara rutin dilakukan pada penderita solusio
plasenta sedang dan berta, apalagi yang disertai hipetensi menahun dan
preeklamsia.
 Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang,
pemberantasan infeksi yang mungkin terjadi, mengatasi hypovolemia,
menyelesaikan persalinan secepat mungkin dan mengatasi kelainan
pembekuan darah.
 Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan
pengamatan pembekuan darah.
 Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh karena
itu pengobatan dengan fibrinogen hanya pada penderita yang sangat
memerlukan, dan bukan pengobatan rutin. Dengan melakukan persalinan
secepatnya dan trasfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan darah.
 Persalinan di harapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio
plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan
amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan persalinan
adalah seksio sesaria.
 Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi
histerektomi. Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah
dilakukan seksio sesaria maka tindakan histerektomi perlu dilakukan.
G. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian Keperawtan
1. Keadaan umum
 Kesadaran : compos metis
 Postur tubuh : biasanya gemuk
 Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
 Raut wajah : biasanya pucat
2. Tanda-tanda vital
 Tensi : normal sampai turun (syok)
 Nadi : normal sampai meningkat (>90x/menit)
 Suhu : normal/meningkat (>37c)
 RR : normal/meningkat (>24x/m)
3. Pemeriksaan cepalo caudal
 Kepala : kulit kepala biasanya normal/tidak mudah mengelupas rambut
biasanya rontok/ tidak rontok
 Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
 Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
 Mata : conjungtiva anemis
 Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nifas cepat da dangkal,
hiperpegmentasi aerola.
 Abdomen : Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut,
terlihat linea alba dan ligra. Palpasi Rahim keras, fundus uteri naik .
Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
 Genetalia : Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah/ keluar darah
yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha/femur.
 Ekstimitas : Akral dingin, tonus otot menurun
Bagi kondisi pendarahan pada kehamilan tua, beberapa pengkajian keperawatan harus
dilakukan segera dan yang lainnya dapat ditunda sampai intervensi awal telah diambil
untuk menstabilkan status kardiovaskular dari ibu hamil. Prioritas pengkajian
keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Jumlah dan sifat perdarahan (waktu serangan, perkiraan kehilangan darah
sebelum datang kerumah sakit, dan keterangan tentang jaringan yang terlepas).
Wanita hamil harus diajarkan untuk menyimpan linen jika berada di rumah sakit,
sehingga darah dapat didekteksi secara akurat.
2. Sakit
a). jenisnya:menetap, intermiten, tajam tumpul, keras.
b). serangan:berangsur-angsur,mendadak
c). lokasinya:menyeluruh pada abdomen,lokal.
3. Uterus, apakah terus terasa lembut dengan palpasi yang lembut
4. Tanda-tanda vital ibu hamil apakah dalam rentang normal atau terjadi hipotensi,
takikardi atau keduanya. Hipertensi mungkin dapat terjadi pada awal abruption
plasenta. Pemantauan kondid janin secara elektronik dapat menentukan denyut
jantung janin, adanya percepatan, dan respon janin terhadap aktivitas uterus.
5. Kontraksi uterus: penggunaan monitor eksterna dan menentukan frekuensi dan
lamanya kontraksi. Tekanan intrauterus dapat mengidentifikasi kontraksi
hipertonik dan meningkatkan hubungan irama istirahat dengan obruptio plasenta.
Palpasi dapat mengidentifikasi apakah uterus mengalami relaksasi antara
kontraksinya atau tidak.
6. Riwayat kehamilan(gravid,para,Riwayat aborsi, dan melahirkan bayi premature).
7. Lamanya usia kehamilan (HTHP, tinggi fundus, hubungan tinggi fundus dengan
usia kehamilan) jika terjadi perdarahan kedalam myometrium,fundus akan
membesar sesuai dengan perdarahan. Perawat mengobservasi dan melaporkan
ukuran tinggi fundus yang menunjukan bahwa perdarahan kedalam otot uterus
sedang terjadi.
8. Data laboratorium (Hb,Ht,golongan darah, pembekuan darah). Data laboratorium
diperboleh untuk mempersiapkan transfuse darah yang diperlukan.
Disamping pengkajian fisik, respon emosi ibu hamil dan pasangan juga
harus diperhatikan. Mereka sering merasa cemas, sedih, ragu, dan aktifitas
berlebihan. Mereka mungkin memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai
manajemen kesehatan yang tidak menyadari bahwa janin akan segera lahir,
sehingga penjelasan prosedur operasi merupakan hal yang penting. Mereka
mungkin merasa takut dan khawatir tentang kehidupan ibu dan janin.
b. Analisa Data

No. Data Fokus Etiologi Masalah

1. Ds : Pasien mengeluh Nyeri akut Agen cedera biologis


nyeri dan keram pada
perut yang terus menerus
Do : Uterus terasa
keras,tegang, seperti papan
- Nyeri tekan

2. Ds : Pasien mengatakan Perfusi perifer tidak Trauma jaringan


mengalami pendarahan efektif
melalui vagina berwarna
kehitaman sejak tadi
malam
Do : - Pasien terlihat pucat
- Kulit pasien teraba
dingin
- Konjungtiva
anemis

3. Ds : - Pasien mengatakan Resiko syok


lemas agak pusing
Do : - pasien tampak
lemah
- Pasien tampak
pucat

4. Ds : pasien mengatakan Resiko cedera pada Tidak adekuatnya


perdarahan pada jalan janin perfusi darah ke
lahir, berwarna merah plasenta
segar
Do : - pasien tampak lemas
- DJJ 144x/m
- TTV : TD
100/70mmHg
N : 100x/m
R : 24x/m

c. Diagnosa dan intervensi keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriterial Intervensi


o Keperawatan Hasil

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan as 1. Manajemen nyeri


uhan keperawatan Observasi
diharapkan klien  Identifikasi
mampu: lokasi,durasi,karakteristik,frekuens
1. Tingkat nyeri i,kualitas,intensitas nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun  Identifikasi respon nyeri non
 Ekspresi nyeri verbal
menurun  Indentifikasi factor yang
 Kesulitan tidur memperberat dan memperingan
menurun nyeri
 Nafsu makan  Indentifikasi pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
 Pola tidur membaik  Identifikasi pengaruh budaya
2. Mobilitas fisik terhadap respon nyeri
 Pergerakan  Identifikasi pengaruh nyeri pada
ekstermitas kualitas hidup
meningkat  Monitor keberhasilan terapi
 Kekuatan otot komplementer yang sudah
meningkat diberikan
 Rentang gerak Terapeutik
(ROM) meningkat  Berikan teknik nonfarmakologis
 Nyeri menurun untuk mengurangi rasa nyeri
 Kecemasan  Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
 Kaku sendi  Fasilitas istirahat dan tidur
menurun  Pertimbangan jenis dan sumber
 Gerakan terbatas nyeri dalam pemilihan strategi
menurun meredahkan nyeri
 Kelemahan fisik Edukasi
menurun  Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredahkan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
 Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

2. Edukasi manajemen nyeri


Observasi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 berikan kesempatan bertanya
Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
 Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

2. Perfusi perifer Setelah dilakukan 1. Perawatan sirkulasi


tidak efektif Tindakan keperawatan Observasi
diharapkan klien  Periksa sirkulasi perifer
mampu:  Identifikasi factor resiko gangguan
a. Perfusi perifer sirkulasi
 Denyut nadi perifer Terapeutik
meningkat  Lakukan pencegahan infeksi
 Warna kulit pucat  Lakukan hidrasi
menurun 2. Manajemen syok
 Edema perifer Observasi
menurun  Monitor status kardiopulmonal
 Pengisian kapiler  Monitor status oksigenasi
membaik  Monitor status cairan
 Akral membaik  Monitor tingkat kesadaran dan
 Turgo kulit respon pupil
membaik Terapeutik
 TTV normal  Pertahankan jalan napas paten
b. Tingkat perdarahan  Berikan oksigen
 Kelembapan  Pasang jalur IV
membran mukosa Kolaborasi
meningkat Kolaborasi pemberian infus cairan
 Hemoptisis menurun kristaloid dan kolaborasi pemberian
 Hematemesis tranfusi darah
menurun
 Perdarahan vagina
menurun
 Hemoglobin
membaik
 TTV membaik
 Hematokrit
membaik

3. Resiko syok Setelah dilakukan 1. Pencegahan syok


Tindakan keperawatan Observasi
diharapkan klien  Monitor status kardiopulmonal
mampu:  monitor status oksigenasi
a. Tingkat syok  monitor status cairan
 Kekuatan nadi  monitor tingkat kesadaran dan
meningkat respon pupil
 Output urine  periksa Riwayat alergi
meningkat Terapeutik
 Tingkat kesadaran  berikan oksigen
meningkat  pasang jalur IV
 Saturasi oksigen Edukasi
meningkat
 jelaskan penyebab risiko syok
 Akral dingin
 jelaskan tanda gejala awal syok
 anjurkan memperbanyak asupan
menurun oral
 Pucat menurun Kolaborasi
 TTVnormal Kolaborasi pemberian IV, transfuse
darah dan antiinflamasi jika perlu
2. Manajemen perdarahan
Observasi
 Indentifikasi penyebab perdarahan
 Periksa ukuran karakteristik
hematoma
 Monitor terjadinya perdarahan
 Monitor nilai Hb dan Hat
 Monitor status hemodinamik
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor koagulasi darah
 Monitor tanda gejala perdarahan
masif
Terapeutik
 Pertahankan askses IV
Edukasi
 Jelaskan tanda-tanda perdarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
transfuse darah

4. Resiko cedera setelah dilakukan 1. Pemantauan DJJ


pada janin tindakan keperawatan 2. Pengukuran Gerakan janin
diharapkan klien Observasi
mampu:  Monitor gerak janin
a. Tingkat cedera Terapeutik
 Kejadian cedera  Hitung dan catat Gerakan janin
 Lakukan pemeriksaan CTG untuk
menurun mengetahui frekuensi dan
 Perdarahan menurun keteraturan denyut jantung janin
 TTV normal dan kontraksi rahim, ibu

 Toleransi aktivitas  Berikan oksigen jika gerakan janin


meningkat belum mencapai 10x dalam 12jam
Edukasi
 Jelaskan manfaat menghitung
Gerakan janin
 Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan
nutrisi
 Anjurkan posisi miring saat
menghitung gerakan janin
 Anjurkan ibu segera memberi tahu
perawat jika Gerakan janin tidak
mencapi 10x dalam 12jam
 Ajarkan ibu cara menghitung
gerakan janin
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim medis jika
ditemukan gawat janin
3. Manajemen perdarahan pervagina
Observasi
 Identifikasi keluhan ibu
 Monitor keadaan uterus dan
abdomen
 Monitor kesadaran TTV
 Monitor kehilangan darah
 Monitor kadar Hb
Terapeutik
 Posisikan supine
 Pasang oksimetri nadi
 Berikan oksigen
 Pasang IV line dengan selang set
transfusi
 Pasang kateter untuk
mengkosongkan kandung kemih
 Ambil darah untuk pemeriksaan
darah lengkap
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian uterotonika dan
antikoagulan

Daftar Pustaka

1. Dutton, Lauren A, Jessica E.Densmore, Meredith B.Turner.2011.


Rujukan cepat kebidanan. EGC. Jakarta
2. Jannah, Nurul. 2011. Asuhan kebidanan ibu nifas. Ar-ruzz media. Yogyakarta.
3. Norma Nita, Dwi mustika 2013. Asuhan kebidanan patologi. Yogyakarta Nuha
Medika
4. Tim Pokja SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Jakarta :Dewan pengurus Pusat PPNI
5. Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Jakarta :Dewan pengurus Pusat PPNI
6. Tim Pokja SDKI PPNI. (2018). Standar Lauran Keperawatan Indonesia
Jakarta :Dewan pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai