Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

Ditunjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB 2

Dosen Pembimbing :
Ns. Siti Aminah., M.Kep

Disusun oleh :
Annisa Zahrotul Fuadah
Latifah Nur Hasanah
Indah Permata Sari
Nadia Syifa Nurjanah
Triari Susilawati

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur

Periode 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

A. DEFINISI ARTRITIS REUMATOID


Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi. Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

C. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan
infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-
3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit
ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko terjadinya penyakit ini
lebih tinggi.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
D. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. 
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya
masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil
individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Pathway Artritis Reumatoid

Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh


infeksi, endokrin, autoimun, metabolic,
dan faktor genetic, serta faktor
lingkungan

Artritis Reumatoid

Sinovitis Tenosinovilis Kelainan pada tulang Gambaran khas


Kelainan pada jaringan
ekstra-artikularnodul subkutan

Hiperemia dan Invasi kolagen Erosi tulang &


pembengkakan kerusakan pada Inflamasi keluar
Saraf
Miopati sistemik
tulang rawan ekstra-artikular

Atrofi otot
Nekrosis dan Instabilitas dan
kerusakan dalam Ruptur tendon deformitas sendi Neuropati
ruang sendi Kelemahan fisik
secara parsial atau perifer
total
Gangguan mekanis
dan fungsional pada
Gangguan
Hambatan sendi sensorik
Nyeri
mobilitas fisik
Perubahan bentuk Defisit
Perikarditis,
Gambara khas
tubuh pada tulang perawatan diridan
miokarditis,
nodul subkutan
dan sendi radang katup
jantung

Gangguan Kegagalan
Ansietas Kebutuhan konsep diri, fungsi jantung
informasi citra diri
E. MANIFESTASI KLINIS RA
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

Gejala Extraartikular :
 Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis
 Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
 Pada lympa : Lhymphadenopathy
 Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
 Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1.  Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2.  Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3.  Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4.  Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi
yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
5.  Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
6.  Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan;
walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
7.  Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar
sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
J.     PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
 Anamnesa (Wawancara)
Data dasar pengkajian meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, status
perkawinan, dx.
 Keluhan Utama
Keluahan yang sedang di rasakan oleh klien. Yang sering muncul dan mengganggu rasa
nyaman klien.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
- Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
- Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
- Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat Keluarga
- Riwayat keluarga dengan RA
- Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
 Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
- Catat bila ada krepitasi
- Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
- Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
- Ukur kekuatan otot
o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o Kaji Neurosensori
- Gejalanya seperti kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensai pada jari
tangan,
o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
 Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
 Pola Nutrisi Metabolik
- Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein
- Riwayat gangguan metabolic
 Pola Eliminasi
- Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
 Pola Aktivitas dan Latihan
- Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
- Jenis aktivitas yang dilakukan
- Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
- Tidak mampu melakukan aktifitas berat
 Pola Istirahat dan Tidur
- Apakah ada gangguan tidur?
- Kebiasaan tidur sehari
- Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
- Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
 Pola Persepsi Kognitif
- Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
- Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
 Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
- Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


1.  Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,
Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2.  Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi,
dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi
formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
3.  Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4.  Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
5.  Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan
degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6.  Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
7.  Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan
sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal

PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID


Tujuan utama terapi adalah:
1.  Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2.  memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3.  Mencegah atau memperbaiki deformitas.
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1.  Istirahat
2.  Latihan fisik
3.  Panas
4.  Pengobatan
a.  Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan
adalah 20-25 mg per 100 ml
b.  Natrium meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapikolin dan asetamenofen obat
c.   Obat mengatasianti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang
diperlukan.
d.  Garam emas
e.  Kortikosteroid
5.  Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai
berikut:
a.  Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi
sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b.  Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c.   Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d.  Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.

KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID

1) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di bawah
kulit yang disebut subcutan nodule.
2) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4) Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya
darah yang membeku.
5) Terjadi splenomegali. Splenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit
dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
 DS: Klien mengeluh nyeri Infiltrasi Nyeri kronis
pada seluruh persendian yang
sudah di rasakan lebih dari 4 Kerusakan membrane
bulan dan semakin
memberat.
Kerusakan tulang rawan
 DO:

- Nyeri persendian
Nyeri sendi
- Tidak mampu
menuntaskan
Nyeri kronis
aktivitas

- Mudah merasa lelah


saat berjalan
Kerusakan tulang rawan Defisit Nutrisi
 DS: Klien mengeluh nyeri
pada seluruh persendian Nyeri sendi

 DO:
Nyeri kronis
- Berkurangnya nafsu
makan Berkurangnya nafsu
makan
- BB turun > 10 kg
dalam 2 bulan
Defisit Nutrisi
terakhir.

 DS: - Nyeri
Gangguan mobilitas fisik
 DO:
- Sering terjadi
Penurunan kekuatan
kekakuan dipagi hari otot
selama lebih dari 1
jam pada lutut Kelemahan Intoleransi
aktifitas
- Mudah merasa lelah
dan capek saat
Gangguan mobilitas fisik
berjalan

- Sulit untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari

K.    DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID


1) Nyeri kronis berhubungan dengan rasa nyeri yang semakin menyebar ke seluruh
persendian dan tidak kunjung membaik.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada seluruh persendian, sehingga
menghambat aktivitas sehari-hari.
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya nafsu makan dan kurangnya kebutuhan
nutrisi akibat nyeri sering muncul dan tak kunjung membaik.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Kriteria/hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Setelah dilakukan Observasi Observasi
tindakan keperawatan
kronis Identifikasi penyetahuan dan
selama 2x24 jam, nyeri
berkurang dan dapat  Monitor adanya keyakinan tentang nyeri
beraktivitas kembali.
infeksi Terapeutik
 klien akan cepat
 Monitor memahami
peradangan pada  pemeriksaan
persendian penunjang
Edukasi
 Identifikasi skala
 Anjurkan memonitor
nyeri
nyeri secara mandiri
Kolaborasi -
 Kaji dan pantau
TTV

Terapeutik
Terapi music
Terapi pijat
Edukasi
 ajarkan
mengidenifikasi
pemicu
(rokok,sinar
matahari dll)
kolaborasi
kolaborasi pemberian obat
analgesik,NSAID,aspirin
dan azathioprine.
Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi 1. Observasi
 Identifikasi  lokasi,
mobilitas fisik keperawatan 1x24 jam,
gejala yang tidak karakteristik, durasi,
mampu mencapai kriteria menyenangkan frekuensi, kualitas,
 Identifikasi intensitas nyeri
hasil :
pemahaman  Identifikasi
1. klien berlatih agar tentang kondisi, skala nyeri
situasi dan  Identifikasi
mampu
perasaannya respon nyeri non
mobilisasi  Identifikasi verbal
masalah  Identifikasi
mandiri
emosional dan faktor yang
2. Meningkatkan spiritual memperberat dan
2. Terapeutik memperingan nyeri
kemampuan
 Berikan  Identifikasi
melakukan posiis yang pengaruh nyeri pada
nyaman kualitas hidup
aktivitas sehari-
 Berikan  Monitor efek
hari dengan kompres dingin samping
atau hangat penggunaan
normal kembali
 Ciptakan analgetik
lingkungan yang
nyaman
 Berikan
pemijatan 1. Terapeutik
 Berikan  Berikan teknik
terapi akupresur nonfarmakologis
 Berikan untuk mengurangi
terapi hipnotis rasa nyeri (mis.
 Dukung TENS, hypnosis,
keluarga dan akupresur, terapi
pengasuh musik, biofeedback,
terlibat dalam terapi pijat, aroma
terapi terapi, teknik
 Diskusikan imajinasi
mengenai situasi terbimbing, kompres
dan pilihan hangat/dingin, terapi
terapi bermain)
3. Edukasi  Control
 Jelaskna lingkungan yang
mnegenai memperberat rasa
kondisi dan nyeri (mis. Suhu
pilihan terapi/ ruangan,
pengobatan pencahayaan,
 Ajarkan kebisingan)
terapi relaksasi  Fasilitasi
 Ajarkan istirahat dan tidur
latihan  Pertimbangkan
pernafasan jenis dan sumber
 Ajarkan nyeri dalam
tehnik distraksi pemilihan strategi
dan imajinasi meredakan nyeri
terbimbing 2. Edukasi
4. Kolaborasi  Jelaskan
 Kolaborsi penyebab, periode,
pemberian dan pemicu nyeri
analgesic,  Jelaskan
antipruritis, strategi meredakan
anthihistamin, nyeri
jika perlu  Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
3. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu.

Defisit Nutrisi
akibat nyeri
kronis Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Observasi
selama 2x24 jam,
mendapatkan kriteria Observasi
hasil :  Monitor adanya
-Meningkatkan  Identifikasi
infeksi akibat
kesiapan dan
kemampuan pemenuhan
nyeri persendian kemampuan
kebutuhan nutrisi menerima informasi.
 Identifikasi
-Memberikan informasi
 Monitor skala nyeri
untuk meningkatkan  Identifikasi
peradangan pada respon nyeri non
kemampuan pemenuhan
persendian verbal
kebutuhan nutrisi  Identifikasi
faktor yang
 Identifikasi skala memperberat dan
nyeri memperingan nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri pada
 Kaji dan pantau
TTV

Terapeutik
-Jadwalkan pendidikan Terapeutik
kesehatan sesuai  Anjurkan
kesepakatan menggunakan
analgetik secara
-berikan kesempatan tepat
untuk bertanya  Ajarkan teknik
non farmakologi
-Persiapkan materi dan untuk mengurangi
media seperti jenis-jenis nyeri dan terhindar
dari berkurangnya
nutrisi dll. nafsu makan.
Edukasi
 ajarkan
mengidenifikasi
pemicu
kolaborasi
kolaborasi pemberian obat
analgesik,NSAID,aspirin
dan azathioprine.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016 standar diagnose keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 cetakan lll


PPNI.2018 standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 cetakan ll
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar


Klien.  Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai