KEPERAWATAN MATERNITAS
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 4
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 1
1. Tujuan Umum ................................................................................. 1
2. Tujuan Khusus ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan keperawatan infeksi postpartum .................................................
B. Asuhan keperawatan pendarahan postpartum ...............................................
C. Asuhan keperawatan postpartum blues .........................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan
dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan
pada ibu postpartum dengan komplikasi.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan komplikasi : infeksi postpartum
1
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan komplikasi : perdarahan postpartum
c) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan komplikasi : postpartum blues
BAB II
PEMBAHASAN
B. PERDARAHAN POSTPARTUM
1. Pengertian
Pengertian Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum (PPP)
didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah persalinan
pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria.
2
dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi
kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.
Gambaran klinis pada hipovolemia dapat dilihat pada tabel berikut :
3. Etiologi
Etiologi Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum bisa disebabkan
karena :
1) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya
miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan
postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat
miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Kegagalan kontraksi
dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan perdarahan yang
cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi miometrium yang
lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-
obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-
simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi
miometrium. Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen
3
bawah rahim, korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada
solusio plasenta, dan hipotermia karena resusitasi masif. Atonia uteri
merupakan penyebab paling banyak PPP, hingga sekitar 70% kasus.
Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun
persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia
uteri lebih tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dengan
persalinan vaginal.
2) Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu :
a. Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
b. Derajat dua Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot
perineum.
c. Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
d. Derajat empat Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.
3) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari
perdarahan postpartum (20% - 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis
secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri
untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis. Pada
retensio plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan
normal.
Terdapat jenis retensio plasenta antara lain :
4
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
4) Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang
disusul dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan
pembekuan darah dapat pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena
defisiensi faktor pembekuan dan penghancuran fibrin yang berlebihan.
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa
hipofibrinogenemia,trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura (ITP), HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and
low platelet count), Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan
Dilutional coagulopathy.
Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa
kondisi kehamilan lain seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia
dan sepsis intrauteri, kematian janin lama, emboli air ketuban, transfusi
darah inkompatibel, aborsi dengan NaCl hipertonik dan gangguan
koagulasi yang sudah diderita sebelumnya. Penyebab yang potensial
menimbulkan gangguan koagulasi sudah dapat diantisipasi sebelumnya
sehingga persiapan untuk mencegah terjadinya PPP dapat dilakukan
sebelumnya.
IV. Patofisiologi
5
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus.
Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture
uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit
darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada
atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan
penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir
adalah:
-Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
6
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta
dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena
atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran
rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin
besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri
juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan
mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi
bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada
perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
7
besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus
seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio ekonomi
yaitu malnutrisi.
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila
sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
8
Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika
bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera
dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang
terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri
namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina.
9
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan
sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba
tumor lunak.
10
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robelan servik atau vagina.
- Robekan Serviks
- Robekan Vagina
- Robekan Perineum
Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang
berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.
11
WOC
12
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian pada perdarahan post portum meurut Dongoes dan Marylin E,
(2001) sebagai berikut :
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau
gajala yng berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya
antonio uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir, vagina,
perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak
perdarahan banyak > 500 CC
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit
yang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek
fisiologis dan psikososialnya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita
penyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan
atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus melitus
dan jantung
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada yang mempunyai riwayat yang sama Pola pengkajian kesehatan
menurut (Dongoes dan Marilyn E,2001)
B. KEBUTUHAN DASAR
Sebagai berikut :
13
1. Aktivitas istirahat Insomia mungkin teramat.
2. Sirkulasi kehilangan darah selama proses post portum
3. Integritas ego Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-
kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
4. Eliminasi BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5 5) Makan dan
cairan Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai
hari ke 5
5. Persepsi sensori Tidak ada gerakan dan sensori
6. Nyeri dan ketidaknyamanan Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
7. Seksualitas
a. terus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu
jari setiap harinya
b. Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
c. Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
8. Pengkajian Psikologis
a. Apakah pasien dalam keadaan stabil
b. Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa
penyembuhan 10) Data pemeriksaan Penunjang, meliputi :
pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit darah, leukosit.
9. Pengkajian Dasar Data Klien
a. Sirkulasi : Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba.Dapat
tampak pucat, anemik.
b. Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma)
c. Keamanan : Pecah ketuban dini d. Seksuaitas : Tinggi fundus atau
baan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi kehamilan
(Subinvorusi) Leukorea mungkin ada Terus terlepasnya jaringan
C. Pemeriksaan Diagnostik
a. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan
pencocokan silang
b. Jumlah darah lengkap
c. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca
partum
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/
produk spilit fibrin (SDP/FSP)
f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
14
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan vaskuler
berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d hipovolemia.
3. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman perubahan status keshatan
,respon fisiologis (pelepasan katekolamin).
4. Resiko tinggi kelebihan volume cairan b.d penggantian berlebihan
cepat dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intravaskuler.
5. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan, status cairan tubuh
(lokhial) penurunan Hb, prosedur invasive.
6. Resiko tinggi rasa nyaman nyeri b.d trauma, distensi jaringan.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan b.d kurang informasi.
E. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Dx.1 Kurangnya volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan
Intervensi :
1. Tinjau ulang kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada
situasi hemoragi.
2. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang
dan hitung pembalut.
3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus
4. Perhatikan hipotensi /takikardi ,pelambatan pengisian
kapiler atau sianosis
5. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30° dan
tubuh horizonta
6. Observasi masukan dan haluaran;perhatikan berat jenis
urin.
7. Hindari pengulangan / gunakan kewaspadaan bila
melakukan pemeriksaan vaginal atau rectal.
8. Kolaborasi
- Pemberian infus melalui vena .Beriakan darah
lengkap atau produk darah (mis:plasma)
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi
,oksitosin,metilergononovin naleat,prostaglandin faa
- Pemasangan kateter indwelling besar kedalam kanal
servikal .
15
- Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi:Hb,Ht
b. Dx.2 Perubahan perfusi jaringan perifer b.d hipovolemi
Intervensi
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah
2. Pantau tanda vital :catat derajat dan durasi episode
hipovolemik.
3. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.
4. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah:
perhatikan warna kulit.
5. Kaji payudara setiap hari,perhatikan ada atau tidaknya
laktasi dan perubahan pada ukuran payudara .
6. Kolaborasi
- Pemeriksaan AGD dan kadar pH
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Pasang jalan nafas:penghisap sesuai indikasi
c. Ansietas b.d krisis situasi,perubahan status kesehatan, respon
fisiologis/pelepasan katekolamin.
Intervensi
1. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap
kejadian hemoragi post partum.Klarifikasi kesalahan
konsep.
2. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragi pasca partum; mis:
takikardi, takipnea, gelisah atau iritabilitas.
3. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.
4. Berikan informasi tentang modalitas tindakan dan
keefektifan intervensi
5. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas:
berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan.
6. Kolaborasi
- Rujuk klien/pasangan untuk konseling atau kelompok
pendukung komunitas.
d. Resiko kelebihan volume cairan b.d penggantian berlebihan/cepat
dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intra vascular.
Intervensi:
1. Pantau adanya peningkatan TD dan nadi perhatikan
pernafasan terhadap tanda dispnea, stidor, ronkhi basah atau
ronkhi
16
2. Pantau frekuensi infus secara manual/elektronik, catat
masukan / haluaran, ukur berat jenis urin .
3. Kaji status neurologis, perhatikan perubahan perilaku dan
peningkatan iritabilitas.
4. Kolaborasi
- Pantau kadar Ht
F. Implementasi keperawatan
Melakukan semua tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai
dengan prioritas masalah dan kondisi pasien.
G. Evaluasi
i. Volume cairan kembali adekuat.
ii. Perfusi jaringan adekuat.
iii. Cemas berkuarang atau hilang.
iv. Volume cairan seimbang.
v. Infeksi tidak terjadi.
vi. Nyeri berkurang atau hilang.
vii. Pengetahuan klien bertambah.
17
TELAAH JURNAL
BEBERAPA FAKTOR KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM IBU
BERSALIN YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
1. Judul Jurnal
Beberapa Faktor Kejadian Perdarahan Postpartum Ibu Bersalin Yang Dirawat
Di Rumah Sakit
2. Tahun
Tahun 2017
3. Deskripsi Content
a. Tujuan Penelitian
Mengidentfikasi faktor risiko kesehatan kejadian PPH pada ibu bersalin
yang dirawat di rumah sakit di KabupatenTemanggung.
b. Penulis
Asif Yuliyati, Ariawan Soejoenoes, Ari Suwondo, Anies, Martha Irene K.
c. Abstrak
Perdarahan postpartum (PPH) masih menjadi penyebab utama mortalitas
dan morbiditas baik di negara maju maupun negara sedang berkembang.
Dalam upaya pencegahannya maka pengetahuan faktor risiko sangat
diperlukan
d. Masalah
Masalah yang diangkat dalam jurnal ini adalah mengetahui fator factor
terjadi perdarahan postpartum
e. Literatur / Tinjauan Pustaka
Penyusunan literature ini terorganisir dengan logis.
4. Metode penelitian
Jenis penelitian merupakan penelitian observasional dengan pendekatan case-
control study
18
5. Isi
a. Hasil
Faktor risiko yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian PPH yaitu
penolong persalinan bidan (OR=7,10; 95%CI 2,21 – 22,81; p= 0,001),
riwayat obtetri buruk dengan (OR=5,37; 95%CI 1,53 – 18,86; p= 0,009),
interval kehamilan (< 2 atau > 5 years) (OR =4,04; 95%CI 1,48 –11,07; p=
0,007), anemia trimester III (OR = 3,58; 95%CI 1,23-10,43; p= 0,019),
riwayat abortus (OR=4,93;95%CI 1,20-20,31; p=0,027).
b. Pembahasan
Hasil uji regresi logitik menunjukkan penolong persalinan bidan
(BPM/PKM) berpengaruh signifikan terhadap kejadian perdarahan
postpartum dengan OR=7,10; 95%CI 2,21-22,81; p =0,001, berarti risiko
persalinan yang ditolong bidan 7,10 kali lebih berisiko terjadi perdarahan
postpartum dibandingkan persalinan yang ditolong tenaga dokter di rumah
sakit.
persalinan ibu hamil risiko tinggi dengan riwayat obstetri buruk
kelahiran prematur, anemia, abortus berulang, kehamilan kembar
Interval kehamilan ( < 2 tahun atau >5 tahun) berisiko secara
bermakna terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan nilai
OR=4,04; 95% CI (1,48 – 11,07); p value=0,007.
Anemia pada saat kehamilan akan berpengaruh terhadap persalinan
dan paska persalinan (kala nifas). Bahaya anemia selama persalinan dapat
menimbulkan gangguan his, kala satu dan kala dua berlangsung lama
sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi
kebidanan, gangguan kala uri yang dapat diikuti retensio plasenta, dan
PPH karena atonia uteri, kala empat dapat terjadai PPH sekunder dan
atonia uteri.
Riwayat abortus berisiko bermakna terhadap kejadian perdarahan
postpartum dengan OR=4,93; 95% CI 1,2 – 20,32; p-value= 0,027.
6. Kelebihan
Kelebihan jurnal ini menggunakan pembahasan yang mudah di pahami.
7. Kekurangan
19
Jurnal ini kurang menjelaskan kesimpulan.
8. Kesimpulan
Variabel penelitian yang terbukti berisiko terhadap kejadian perdarahan
postpartum pada ibu bersalin yang dirawat di rumah sakit di Kabupaten
Temanggung yaitu penolong persalinan bidan, riwayat obstetri buruk, interval
kehamilan, anemia trimester III (kadar Hb rendah), dan riwayat abortus.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. Post portum/ masa nifas dibagi dalam 3
periode yaitu puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6 – 8
minggu dan remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
B. Saran
Perawat perlu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
pada ibu postpartum dengan komplikasi. Karena pemahaman, tindakan
yang tepat dan sesuai dengan asuhan keperawatan akan meminimalisirkan
kesalahan-kesalahan yang dapat memperburuk keadaan ibu.
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses
keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan ibu post partum
dengan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
21
Leveno J, K.2009.Obstetri William Panduan Ringkas.Jakarta: EGC
22