Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum Dengan Komplikasi

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 4

1. Andrial 1811316052 9. Rita Efriani 1811316060


2. Habibi 1811316053 10. Asmaridah 1811316061
3. Miftahul Rahmi 1811316054 11. Budi Yuniarto 1811316062
4. Sandri 1811316055 12. Mawarni 1811316063
5. Arora Nexsi A 1811316056 13. Hanifah Halim 1811316064
6. Shinta Ariyanti 1811316057 14. Rama Hidayat 1811316065
7. Weni zuriyati 1811316058 15. Raysah Suci P 1811316066
8. Ririn Budiarti 1811316059 16. Sakinah Gading 1811316067

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA


penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dalam bidang studi Keperawatan
Maternitas tentang Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum dengan Komplikasi.
Dalam pembuatan tugas ini penyusun telah berusaha sebaik-baiknya, namun
penyusun menyadari atas segala kekurangan itu, maka penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
pembuatan tugas di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Khususnya bagi mahasiswa-mahasisiwi Jurusan Keperawatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan demi terciptanya
tenaga profesional.
Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Padang, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 1
1. Tujuan Umum ................................................................................. 1
2. Tujuan Khusus ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan keperawatan infeksi postpartum .................................................
B. Asuhan keperawatan pendarahan postpartum ...............................................
C. Asuhan keperawatan postpartum blues .........................................................

BAB III PENUTUTP


A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan
dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai


berbagai macam komplikasi post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan
oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada
minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi
fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri
dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau
sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues, atau
karena kurangnya penanganan ibu post partum sangat rentan mengalami
infeksi dan perdarahan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan
pada ibu postpartum dengan komplikasi.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan komplikasi : infeksi postpartum

1
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan komplikasi : perdarahan postpartum
c) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum
dengan komplikasi : postpartum blues

BAB II
PEMBAHASAN

B. PERDARAHAN POSTPARTUM

1. Pengertian
Pengertian Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum (PPP)
didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah persalinan
pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria.

2. Tanda dan Gejala Klinik Perdarahan Postpartum


Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum
hamil, derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi

2
dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi
kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.
Gambaran klinis pada hipovolemia dapat dilihat pada tabel berikut :

Volume darah Tekanan darah Tanda dan gejala Derajat syok


yang hilang (sistolik)
500-1000 mL Normal Tidak ditemukan -
(25-35%)
1000-1500 mL 80-100 mmHg Takikardi (<100kali/menit Ringan
(20-25%)
berkeringat, lemah)
1500-2000 mL 70-80 mmHg Takikardi (100- 120 Sedang
(25-35%)
kali/menit) Oliguria
Gelisah
2000-3000 mL 50-70 mmHg Takikardi (>120 kali/menit) Berat
(35-50%)
Anuria

Sumber : B-Lynch (2006)

3. Etiologi
Etiologi Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum bisa disebabkan
karena :
1) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya
miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan
postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat
miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Kegagalan kontraksi
dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan perdarahan yang
cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi miometrium yang
lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-
obatan seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-
simpatomimetik, dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi
miometrium. Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen

3
bawah rahim, korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada
solusio plasenta, dan hipotermia karena resusitasi masif. Atonia uteri
merupakan penyebab paling banyak PPP, hingga sekitar 70% kasus.
Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun
persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia
uteri lebih tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dengan
persalinan vaginal.
2) Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu :
a. Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
b. Derajat dua Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot
perineum.
c. Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
d. Derajat empat Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.

3) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari
perdarahan postpartum (20% - 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis
secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri
untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis. Pada
retensio plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan
normal.
Terdapat jenis retensio plasenta antara lain :

4
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
4) Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang
disusul dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan
pembekuan darah dapat pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena
defisiensi faktor pembekuan dan penghancuran fibrin yang berlebihan.
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa
hipofibrinogenemia,trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura (ITP), HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and
low platelet count), Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan
Dilutional coagulopathy.
Kejadian gangguan koagulasi ini berkaitan dengan beberapa
kondisi kehamilan lain seperti solusio plasenta, preeklampsia, septikemia
dan sepsis intrauteri, kematian janin lama, emboli air ketuban, transfusi
darah inkompatibel, aborsi dengan NaCl hipertonik dan gangguan
koagulasi yang sudah diderita sebelumnya. Penyebab yang potensial
menimbulkan gangguan koagulasi sudah dapat diantisipasi sebelumnya
sehingga persiapan untuk mencegah terjadinya PPP dapat dilakukan
sebelumnya.

IV. Patofisiologi

5
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus.
Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture
uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit
darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada
atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan
penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan shock hemoragik.

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir
adalah:
-Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).

1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.

2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.

3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi


yang lemah tersebut menjadi kuat.

-Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).

1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.

2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-


menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.

3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus


mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.

-Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri

6
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta
dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena
atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.

Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran
rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin
besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri
juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan
mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.

Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi
bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada
perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.

Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati


karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah
mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum,
persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan
agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah
sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.

Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya


penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan.
Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan
suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang
diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila
perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam
rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada
kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke
rahim atau pengangkatan rahim.

Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus


lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan

7
besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus
seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio ekonomi
yaitu malnutrisi.

Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1


jam setelah bayi lahir.

Penyebab retensio plasenta :

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :

a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih


dalam.

b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.

c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke


serosa.

d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum


dinding rahim.

Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar
(plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila
sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya.

Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.

8
Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi,


dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan
pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-
kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam
abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah
dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap
dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari
pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2
minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah
lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung,
dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki
riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah
kelahiran.

Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri

Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika
bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera
dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang
terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :

1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri
namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina.

Penyebab inversio uteri :

9
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta
yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :

1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.


2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan

Gejala klinis inversio uteri :

- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan
sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.

- Pemeriksaan dalam :

1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.

2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba
tumor lunak.

3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma

Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus


genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum
yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan
pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali
secara alami.

Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir

10
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robelan servik atau vagina.

- Robekan Serviks

Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang


multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan
servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah
uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri

- Robekan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak


sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
speculum.

- Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan


tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi
digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika

Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang
berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.

11
WOC

12
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Pengkajian pada perdarahan post portum meurut Dongoes dan Marylin E,
(2001) sebagai berikut :
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau
gajala yng berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya
antonio uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir, vagina,
perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak
perdarahan banyak > 500 CC
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit
yang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek
fisiologis dan psikososialnya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita
penyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan
atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus melitus
dan jantung
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada yang mempunyai riwayat yang sama Pola pengkajian kesehatan
menurut (Dongoes dan Marilyn E,2001)
B. KEBUTUHAN DASAR
Sebagai berikut :

13
1. Aktivitas istirahat Insomia mungkin teramat.
2. Sirkulasi kehilangan darah selama proses post portum
3. Integritas ego Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-
kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
4. Eliminasi BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5 5) Makan dan
cairan Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai
hari ke 5
5. Persepsi sensori Tidak ada gerakan dan sensori
6. Nyeri dan ketidaknyamanan Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
7. Seksualitas
a. terus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu
jari setiap harinya
b. Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
c. Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
8. Pengkajian Psikologis
a. Apakah pasien dalam keadaan stabil
b. Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa
penyembuhan 10) Data pemeriksaan Penunjang, meliputi :
pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit darah, leukosit.
9. Pengkajian Dasar Data Klien
a. Sirkulasi : Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba.Dapat
tampak pucat, anemik.
b. Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma)
c. Keamanan : Pecah ketuban dini d. Seksuaitas : Tinggi fundus atau
baan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi kehamilan
(Subinvorusi) Leukorea mungkin ada Terus terlepasnya jaringan
C. Pemeriksaan Diagnostik
a. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan
pencocokan silang
b. Jumlah darah lengkap
c. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca
partum
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/
produk spilit fibrin (SDP/FSP)
f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

14
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan vaskuler
berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d hipovolemia.
3. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman perubahan status keshatan
,respon fisiologis (pelepasan katekolamin).
4. Resiko tinggi kelebihan volume cairan b.d penggantian berlebihan
cepat dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intravaskuler.
5. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan, status cairan tubuh
(lokhial) penurunan Hb, prosedur invasive.
6. Resiko tinggi rasa nyaman nyeri b.d trauma, distensi jaringan.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan b.d kurang informasi.
E. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Dx.1 Kurangnya volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan
Intervensi :
1. Tinjau ulang kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada
situasi hemoragi.
2. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang
dan hitung pembalut.
3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus
4. Perhatikan hipotensi /takikardi ,pelambatan pengisian
kapiler atau sianosis
5. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30° dan
tubuh horizonta
6. Observasi masukan dan haluaran;perhatikan berat jenis
urin.
7. Hindari pengulangan / gunakan kewaspadaan bila
melakukan pemeriksaan vaginal atau rectal.
8. Kolaborasi
- Pemberian infus melalui vena .Beriakan darah
lengkap atau produk darah (mis:plasma)
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi
,oksitosin,metilergononovin naleat,prostaglandin faa
- Pemasangan kateter indwelling besar kedalam kanal
servikal .

15
- Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi:Hb,Ht
b. Dx.2 Perubahan perfusi jaringan perifer b.d hipovolemi
Intervensi
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah
2. Pantau tanda vital :catat derajat dan durasi episode
hipovolemik.
3. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.
4. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah:
perhatikan warna kulit.
5. Kaji payudara setiap hari,perhatikan ada atau tidaknya
laktasi dan perubahan pada ukuran payudara .
6. Kolaborasi
- Pemeriksaan AGD dan kadar pH
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Pasang jalan nafas:penghisap sesuai indikasi
c. Ansietas b.d krisis situasi,perubahan status kesehatan, respon
fisiologis/pelepasan katekolamin.
Intervensi
1. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap
kejadian hemoragi post partum.Klarifikasi kesalahan
konsep.
2. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragi pasca partum; mis:
takikardi, takipnea, gelisah atau iritabilitas.
3. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.
4. Berikan informasi tentang modalitas tindakan dan
keefektifan intervensi
5. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas:
berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan.
6. Kolaborasi
- Rujuk klien/pasangan untuk konseling atau kelompok
pendukung komunitas.
d. Resiko kelebihan volume cairan b.d penggantian berlebihan/cepat
dari kehilangan cairan, perpindahan cairan intra vascular.
Intervensi:
1. Pantau adanya peningkatan TD dan nadi perhatikan
pernafasan terhadap tanda dispnea, stidor, ronkhi basah atau
ronkhi

16
2. Pantau frekuensi infus secara manual/elektronik, catat
masukan / haluaran, ukur berat jenis urin .
3. Kaji status neurologis, perhatikan perubahan perilaku dan
peningkatan iritabilitas.
4. Kolaborasi
- Pantau kadar Ht

F. Implementasi keperawatan
Melakukan semua tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai
dengan prioritas masalah dan kondisi pasien.
G. Evaluasi
i. Volume cairan kembali adekuat.
ii. Perfusi jaringan adekuat.
iii. Cemas berkuarang atau hilang.
iv. Volume cairan seimbang.
v. Infeksi tidak terjadi.
vi. Nyeri berkurang atau hilang.
vii. Pengetahuan klien bertambah.

17
TELAAH JURNAL
BEBERAPA FAKTOR KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM IBU
BERSALIN YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
1. Judul Jurnal
Beberapa Faktor Kejadian Perdarahan Postpartum Ibu Bersalin Yang Dirawat
Di Rumah Sakit
2. Tahun
Tahun 2017
3. Deskripsi Content
a. Tujuan Penelitian
Mengidentfikasi faktor risiko kesehatan kejadian PPH pada ibu bersalin
yang dirawat di rumah sakit di KabupatenTemanggung.
b. Penulis
Asif Yuliyati, Ariawan Soejoenoes, Ari Suwondo, Anies, Martha Irene K.
c. Abstrak
Perdarahan postpartum (PPH) masih menjadi penyebab utama mortalitas
dan morbiditas baik di negara maju maupun negara sedang berkembang.
Dalam upaya pencegahannya maka pengetahuan faktor risiko sangat
diperlukan
d. Masalah
Masalah yang diangkat dalam jurnal ini adalah mengetahui fator factor
terjadi perdarahan postpartum
e. Literatur / Tinjauan Pustaka
Penyusunan literature ini terorganisir dengan logis.
4. Metode penelitian
Jenis penelitian merupakan penelitian observasional dengan pendekatan case-
control study

18
5. Isi
a. Hasil
Faktor risiko yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian PPH yaitu
penolong persalinan bidan (OR=7,10; 95%CI 2,21 – 22,81; p= 0,001),
riwayat obtetri buruk dengan (OR=5,37; 95%CI 1,53 – 18,86; p= 0,009),
interval kehamilan (< 2 atau > 5 years) (OR =4,04; 95%CI 1,48 –11,07; p=
0,007), anemia trimester III (OR = 3,58; 95%CI 1,23-10,43; p= 0,019),
riwayat abortus (OR=4,93;95%CI 1,20-20,31; p=0,027).
b. Pembahasan
Hasil uji regresi logitik menunjukkan penolong persalinan bidan
(BPM/PKM) berpengaruh signifikan terhadap kejadian perdarahan
postpartum dengan OR=7,10; 95%CI 2,21-22,81; p =0,001, berarti risiko
persalinan yang ditolong bidan 7,10 kali lebih berisiko terjadi perdarahan
postpartum dibandingkan persalinan yang ditolong tenaga dokter di rumah
sakit.
persalinan ibu hamil risiko tinggi dengan riwayat obstetri buruk
kelahiran prematur, anemia, abortus berulang, kehamilan kembar
Interval kehamilan ( < 2 tahun atau >5 tahun) berisiko secara
bermakna terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan nilai
OR=4,04; 95% CI (1,48 – 11,07); p value=0,007.
Anemia pada saat kehamilan akan berpengaruh terhadap persalinan
dan paska persalinan (kala nifas). Bahaya anemia selama persalinan dapat
menimbulkan gangguan his, kala satu dan kala dua berlangsung lama
sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi
kebidanan, gangguan kala uri yang dapat diikuti retensio plasenta, dan
PPH karena atonia uteri, kala empat dapat terjadai PPH sekunder dan
atonia uteri.
Riwayat abortus berisiko bermakna terhadap kejadian perdarahan
postpartum dengan OR=4,93; 95% CI 1,2 – 20,32; p-value= 0,027.
6. Kelebihan
Kelebihan jurnal ini menggunakan pembahasan yang mudah di pahami.
7. Kekurangan

19
Jurnal ini kurang menjelaskan kesimpulan.

8. Kesimpulan
Variabel penelitian yang terbukti berisiko terhadap kejadian perdarahan
postpartum pada ibu bersalin yang dirawat di rumah sakit di Kabupaten
Temanggung yaitu penolong persalinan bidan, riwayat obstetri buruk, interval
kehamilan, anemia trimester III (kadar Hb rendah), dan riwayat abortus.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. Post portum/ masa nifas dibagi dalam 3
periode yaitu puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6 – 8
minggu dan remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan
mempunyai komplikasi.

B. Saran
Perawat perlu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
pada ibu postpartum dengan komplikasi. Karena pemahaman, tindakan
yang tepat dan sesuai dengan asuhan keperawatan akan meminimalisirkan
kesalahan-kesalahan yang dapat memperburuk keadaan ibu.
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses
keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan ibu post partum
dengan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

21
Leveno J, K.2009.Obstetri William Panduan Ringkas.Jakarta: EGC

Cunningham, F.G. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta:


Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009, hal 523 - 529.

Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Saifuddin, 2002 Buku acuan Nasional peyanan Maternal dan neonatal,


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi 3, Jakarta: EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai