Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan Ibu Dengan

Perdarahan Postpartum

DISUSUN OLEH :

1. Ninik Marstyana Fibriyanti (P1337420518083)


2. Fajar Nurhayati Lestyaningrum (P1337420518084)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Ibu Dengan
Perdarahan Postpartum”.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Wiwin Reny R. SSt., S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing


2. Teman teman yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran demi penyempurnaan
makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
penulis tentunya.

Magelang, 14 Juni 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. 1

KATA PENGANTAR .......................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 5

BAB II ISI

A. Pengertian .................................................................................. 6
B. Etiologi ...................................................................................... 6
C. Tanda dan Gejala....................................................................... 8
D. Patofisiologi ............................................................................. 8
E. Komplikasi ............................................................................... 15
F. Pathways ................................................................................... 16
G. Asuhan Keperawatan ................................................................ 17

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 27

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Postpartum juga sering disebut juga dengan masa nifas (puerperium).


Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008). Masa nifas adalah masa sesudah persalinan
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6
minggu (pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2002).
Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan dan plasenta dikeluarkan adalah
masa-masa perhatian dimana seorang ibu perlu benar-benar dipantau keadaanya
karena bisa terjadi masalah seperti adanya perdarahan dan juga infeksi di tempat
bekas jahitan akibat proses kelahiran.
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih
darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria
(Leveno, 2009; WHO, 2012).Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu persalinan yang terlalu dini, umur ibu yang
terlalu muda atau terlalu tua, dll.
Di Negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa
yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian
ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24
jam pertama ( Prawirardjo, 2006).

4
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian perdarahan postpartum?
b. Bagaimana etiologi pendarahan postpartum?
c. Apa saja tanda dan gejala perdarahan postpartum ?
d. Bagaimana patofisiologi pendarahan postpartum?
e. Apa saja komplikasi pada pendarahan postpartum?
f. Bagaimana Asuhan keperawatan perdarahan postpartum?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan tentang perdarahan postpartum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami pengertian perdarahan postpartum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari pendarahan pospartum
c. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pendarahan pospartum
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi pendarah pospartum
e. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari pendarahn pospartun
f. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan tentang perdarahan
postpartum.

5
BAB II
ISI

A. Pengertian Perdarahan Postpartum


1. Perdarahan post partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500 – 600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir, menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian :
a. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam persalinan, kurang dari 6 minggu pasca
persalinan.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir.
4 jam biasanya antara hari ke 5 sampai 15

B. Etiologi
Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain
antonia uteri.
Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:
1. Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus).Kontrak uterus yang
terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II persalinan
(kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan
kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir.
2. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35tahun)
3. Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara (kehamilan
resiko tinggi )
4. Partus lama : Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan
pada otot-otot uterus(Dep Kes RI,1999).

6
5. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau
janin besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga
kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.(Varley,2000)
6. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan
terdahulu. Pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama
pada persalinan yang sekarang.
7. Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan
terjadinya inersia sekunder karena kelelahan pada otot-otot
uterus(Cunningham,2000).
8. Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan
tersebut akan mengganggu kontraksi rahim(Arias,1999).
9. Anemia.Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar
hemoglobin 10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi
kehilangan darah meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan
kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung atonia
uteri(Dep Kes RI, 1999). Sedangkan penyebab anemia dalam kehamilan
adalah:
a. Kurang gizi(malnutrisi).
b. Kurang zat besi.
c. Malabsorbsi.
d. Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan
haid.Sosial ekonomi yaitu mal nutrisi
10. Sisa ketuban dan selaput ketuban
11. Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan
serviks,forniks dan rahim
12. Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan
sering dijumpai pada :
a. Sclusio plasenta
b. Kematian janin yang lama dalam kandungan
c. Pre eklamsi dan eklamsi : komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya
yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
d. Infeksi, hepatitis, dan septik syok.

7
C. Manifestasi Klinis Perdarahan Postpartum
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalamjumlah
banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah,gelisah, letih,
tekanan darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syokhemorogik
1. Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima
yaitu :
a) Atonia Uteri : uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan
segera setelah lahir
b) Robekan jalan lahir : terjadi perdarahan segera, darah segar
mengalir segerasetelah bayi lahir, konterksi uterus baik, plasenta
baik. Gejala yangkadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c) Retensio plasenta : plasenta belum lahir selama 30 menit,
perdarahan segera, kontraksiuterus baik.
d) Tertinggalnya sisa plasenta : selaput yang mengandung pembuluh
darah ada yang tertinggal,perdarahan segera. Gejala yang kadang-
kadang timbul uterusberkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
e) Inversio uterus : uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa,
perdarahan segera,nyeri berat.
2. Tanda dan Gejala
Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi uterus
keras,darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok,
pada pemeriksaan inspekulo terdapat robekan pada vagina, serviks atau
varises pecah dan sisa plasenta tertinggal. (purwadianto, dkk, 2000).

D. Patofisiologi Perdarahan Postpartum


Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi
yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan

8
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu;
misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan


robekan jalan lahir adalah:

 Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).


1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi
yang lemah tersebut menjadi kuat.
 Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-
menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus
mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.

Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri


Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk mempertahankan
kontraksi setelah melahirkan bayi sehingga tidak dapat menekan pembuluh
darah yang berada di tempat menempelnya plasenta. Perdarahan postpartum
dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi
belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri.Atoni uteri
merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran
rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin
besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia
uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat
dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.

9
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui.Tapi
bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya.Pada
perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Terapi terbaik adalah pencegahan.Anemia pada kehamilan harus diobati
karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang
telah mengalami anemia.Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan
postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit.Pada persalinan yang
lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah.Rahim jangan dipijat dan
didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya
penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat
perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage
rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi
hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual
pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan
tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh.Pada
perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh
nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.

Gambar 1. Perdarahan Postpartum Akibat Atonia Uteri

10
Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri :Umur, Paritas,
Partus lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus
terlalu regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin
besar, Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada
solusio plasenta, faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.

Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir


selama 1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :

1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh
lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesive : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua endometrium sampai ke
miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium
sampai ke serosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim.
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena
atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim
(akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta
keluar (plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini
merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum
penuh.Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan

11
Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal


involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum
perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak
tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri
letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan.
Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa,
lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali
ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan
dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu
dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada
yang diperkirakan.Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat,
bisa terjadi jika ada infeksi.Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang
tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.

Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri

Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.Uterus dikatakan mengalami inverse
jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi
sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi
sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :

1. Inversio uteri ringa : Fundus uteri terbalik menonjol ke


dalam kavum uteri namun belum keluar
dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam
vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik
dan sebagian sudah keluar vagina.

12
Penyebab inversio uteri :

1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat


kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi
(mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat,
manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan
plasenta pada dinding rahim.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :

1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.

2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Gejala klinis inversio uteri :

- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri
yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila
plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas
dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus
teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan
dalam vagina teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma


Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus
genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum
yang ekimotik.Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan
pemantauan yang terus menerus.Biasanya hematoma ini dapat diserap
kembali secara alami.

13
Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
postpartum.Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robelan servik atau vagina.
a. Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam.Robekan
servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun
plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu
dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri

b. Robekan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum


tidak sering dijumpai.Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila
kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru
terlihat pada pemeriksaan speculum

14
c. Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama


dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika

E. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok. Bila
terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan
yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia
bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh
pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ-organ
seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).

15
F. Pathways Perdarahan Post Partum

Proses persalinan

KI pembukaan 0 – lengkap
KII pembukaan lengkap sampai bayi lahir

KIII KIV Kelainan pembuluh


darah
Kontraksi uterus lembek
30 menit plasenta belum lahir
TFU diatas pusat Kontraksi uterus baik
TFU 1 jari dibawah pusat
\ Sisa plasenta
Darah keluar merah tua

Darah keluar merah segar


Kontraksi uterus terganggu
Atonia uteri

Perlukaan jalan lahir


Perdarahan post partum

Perdarahan > 100cc, tensi 90/60


Nadi > 110, RR cepat

Syok hipovolemik

16
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur ( ibu yang berisiko mengalami
perdarahan postpartum hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun)
pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi
pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang dirasakan
saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), nadi
lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin , mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
3. Riwayat obstetrik
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta
2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan

17
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir
3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan
gizi akibat mual, keluhan lain
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa
kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat

4. Pola aktifitas sehari-hari


a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum
pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi.
Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.BAB harus ada 3-4 hari post
partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri
(Rustam Mukthar, 1995 )
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan atau duk.

18
B. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DO: Kekurangan vaskuler yang Kekurangan volume cairan
- Hipotensi berlebihan
- Peningkatan
nadi,
- Penurunan
volume urin,
- Membran
mukosa
kering,
- Pelambatan
pengisian
kapiler

DS:
- Ibu
mengatakan
urin sedikit
- Ibu
mengatakan
pusing dan
pucat
- Ibu
mengatakan
kulit kering
dan bersisik

2. DO: Hipovolemia perubahan perfusi jaringan


- Penurunan pulsasi
arteri,
- Ekstremitas dingin
- Perubahan tanda-
tanda vital
- Pelambatan

19
pengisian kapiler
- Penurunan
produksi ASI
DS:
- Ibu mengatakan
Asi sedikit
- Ibu mengatakan
tangan dan
kakinya dingin
3. Ansietas b.d krisis krisis situasi, ancaman Ansietas (kecemasan)
situasi, ancaman perubahan pada status
perubahan pada status kesehatan atau kematian,
kesehatan atau ransmisi / penularan antar
kematian, ransmisi / pribadi, respons fisiologis
penularan antar (pelepasan Katekolamin)
pribadi, respons
fisiologis (pelepasan
Katekolamin)

DS::
- Klien
mengungkapkan
perasaan cemas.

DO:
- fokus perhatian
menyempit pada
diri sendiri
- gelisah
- peningkatan
ketegangan

20
C. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada
status kesehatan atau kematian, respon fisiologis
D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Intervensi Rasional
1. Kekurangan volume Mandiri : - perawatan yang tepat dan untuk
cairan b.d kehilangan 1. Tinjau ulang catatan memberikan kesempatan
vaskuler yang kehamilan dan persalinan, mencegah terjadinya
berlebihan perhatikan faktor-faktor komplikasi
DO: penyebab atau
- Hipotensi memperberat perdarahan
- Peningkatan seperti laserasi, retensio
nadi, plasenta, sepsis, abrupsio
- Penurunan plasenta, emboli cairan
volume urin, amnion.
- Membran - Perkiraan kehilangan darah,
mukosa 2. Kaji dan catat jumlah, tipe arternal versus vena dan adanya
kering, dan sisi perdarahan ; bekuan-bekuan membantu
- Pelambatan timbang dan hitung membuat diagnosa banding dan
pengisian pembalut ; simpan bekuan menentukan kebutuhan
kapiler darah, dan jaringan untuk penggantian (catatan : satu
dievaluasi oleh dokter. gram peningkatan berat
DS: pembalut sama dengan kira-
- Ibu kira 1 ml kehilangan darah)
mengatakan
urin sedikit 3. Kaji lokasi uterus dan - Derajat kontraktilitas uterus
- Ibu derajat kontraktilitas membantu dalam diagnosa
mengatakan uterus. Dengan perlahan banding. Peningkatan
pusing dan masase penonjolan uterus kontraktilitas miometrium
pucat dengan satu tangan sambil dapat menurunkan kehilangan
- Ibu menempatakan tangan darah. Penempatan satu tangan

21
mengatakan kedua tepat diatas simfisis diatas simfisis pubis mencegah
kulit kering pubis kemungkinan inversi uterus
dan bersisik selama messase

Tujuan : 4. Perhatikan hipotensi / - Tanda-tanda ini menunjukkan


Volume cairan takikardia, perlambatan hipovolemik dan terjadinya
adekuat pengisian kapiler atau syok. Perubahan pada tekanan
sianosis dasar, kuku, darah tidak dapat dideteksi
kriteria hasil: membran mukosa dan sampai volume cairan telah
- TTV stabil bibir. menurun sampai 30-50%.
- Pengisian Sianosis adalah tanda akhir dari
kapiler cepat hipoksia (rujuk pada DK :
- Pengeluaran perfusi jaringan, perubahan)
urine adekuat
5. Pantau parameter - Memberikan pengukuran lebih
hemodinamik, seperti langsung dari volume sirkulasi
tekanan vena sentral atau dan kebutuhan penggantian
tekanan bagi arteri
pulmonal, bila ada

6. Pantau masukan aturan - Bermanfaat dalam


puasa saat menentukan memperkirakan luas/signifikasi
status/kebutuhan klien kehilangan cairan. Volume
perfusi/sirkulasi adekuat
ditunjukkan dengan haluaran
30-50 ml/jam atau lebih besar

7. Berikan lingkungan yang - Meningkatkan relaksasi dapat


tenang dan dukungan menurunkan ansietas dan
psikologis kebutuhan metabolik

2. Perubahan perfusi Mandiri - Nilai bandingan membantu


jaringan b.d 1. Perhatikan Hb/Ht sebelum menentukan beratnya
hipovolemia dan setelah kehilangan kehilangan darah. Status yang

22
DO: darah. Kaji status nutrisi, ada sebelumnya dari kesehatan
- Penurunan pulsasi tinggi dan berat badan yang buruk meningkatkan
arteri, luasnya cedera dar kekurangan
- Ekstremitas dingin oksigen
- Perubahan tanda-
tanda vital 2. Pantau tanda-tanda vital, - Luasnya keterlibatan hipofisis
- Pelambatan catat derajat dan durasi dapat dihubungkan dengan
pengisian kapiler episode hipovolemik derajat dan durasi hipotensi.
- Penurunan Peningkatan frekuensi
produksi ASI pernafasan dapat menunjukkan
DS: upaya untuk mengatasi asidosis
- Ibu mengatakan metabolic pada pasien
Asi sedikit
- Ibu mengatakan 3. Perhatikan tingkat - Perubahan sensorium adalah
tangan dan kesadaran dan adanya indikator dini dari hipoksia.
kakinya dingin perubahan perilaku Sianosis, tanda lanjut, mungkin
tidak tampak sampai kadar PO2
Tujuan : Tidak terjadi turun dibawah 50 mmHg
perfusi jaringan
4. Kaji warna dasar kuku, - Pada kompensasi
Kriteria hasil : mukosa mulut, gusi, dan vasokonstriksi dan pirau organ
- Menunjukkan lidah. Perhatikan suhu vital, sirkulasi pada pembuluh
tanda-tanda vital kulit darah perifer diturunkan yang
dalam rentang mengakibatkan sianosis dan
normal suhu kulit dingin.
- Ekstremitas
hangat 5. Kaji payudara setiap hari, - Kerusakan atau keterlibatan
- Kapiler refill < 3 perhatikan ada atau hipofisis anterior menurunkan
detik tidaknya laktasi dan kadar prolaktin mengakibatkan
- Peningkatan perubahan pada ukuran tidak adanya produksi ASI dan
produksi ASI payudara akhirnya menurunkan jaringan
- Nilai laboratorium payudara.
dalam rentang Kolaborasi
normal yaitu 6. Pantau GDA dan kadar pH - Membantu dalam mendiagnosa
Hb/Ht, GDA derajat hipoksia jaringan atau

23
asidosis yang diakibatkan dari
terbentuknya asam laktat dari
metabolisme anaerob

7. Berikan terapi oksigen - Memaksimalkan ketersediaan


sesuai kebutuhan oksigen untuk transport
sirkulasi ke jaringan

3. Ansietas b.d krisis Mandiri


situasi, ancaman 1. Evaluasi respons - Membantu dalam membentuk
perubahan pada status psikologis serta persepsi rencana perawatan. Persepsi
kesehatan atau klien terhadap kejadian klien tentang kejadian mungkin
kematian, ransmisi / hemoragi pasca partum. menyimpang, memperberat
penularan antar ansietasnya
pribadi, respons
fisiologis (pelepasan 2. Evaluasi respons fisiologis - Meskipun perubahan pada
Katekolamin) pada hemoragi pasca tanda vital mungkin karena
partum, misalnya respons fisiologis, ini dapat
DS:: takikardia, takipnea, diperberat atau dikomplikasi
- Klien gelisah atau iritabilitas oleh faktor-faktor psikologis
mengungkapkan
perasaan cemas. 3. Sampaikan sikap tenang, - Dapat membantu klien
empati dan mendukung mempertahankan kontrol
DO: emosional dalam berespons
- fokus perhatian terhadap perubahan status
menyempit pada fisiologis. Membantu dalam
diri sendiri menurunkan transmisi ansietas
- gelisah antar pribadi
- peningkatan
ketegangan 4. Berikan informasi tentang - Informasi akurat dapat
prosedur tindakan dan menurunkan ansietas dan
keefektifan intervensi ketakutan yang diakibatkan

24
Tujuan: oleh ketidaktahuan
Ansietas dapat
berkurang/ terkontrol 5. Bantu klien dalam - Pengungkapan memberikan
mengidentifikasi perasaan kesempatan untuk memperjelas
Kriteria Hasil : ansietas, berikan informasi, memperbaiki
- Klien kesempatan pada klien kesalahan konsep dan
mengungkapkan untuk mengungkapkan meningkatkan perspektif,
kesadaran perasaan memudahkan proses
terhadap perasaan pemecahan masalah
dan penyebab
ansietas 6. Kaji strategi koping dan - Ansietas berat atau lama dapat
- Klien implikasi jangka panjang diantisipasi bila komplikasi
mengidentifikasi dari episode hemoragi permanen
cara-cara sehat
untuk menghadapi
perasaan
- Melaporkan
ansietas
berkurang
- Tampak rileks,
dapat
tidur/istirahat
dengan tepat

25
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi sampai 24 jam
stelah kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran
genital. Banyak faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum antara lain 4T
(tone dimished, trauma, tissue, thrombin). Tanda dan gejala dari perdarahan
postpartum secara umum antara lain pedarahan yang hebat dan menakutkan
sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.
Pelaksanaan asuhan keperawatan perdarahan postpartum adalah suatu
tindakan keperawatan yang diberikan pada ibu yang mengalami perdarahan
postpartum, mulai dari pengkajian data, menganalisa data dan masalah
keperawatan, munyusun rencana keperawatan, melakukan tindakan kepeawatan,
dan terakhir melakukan evaluasi keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Farer, H.2001.Perawatan Maternitas,Edisi 4. Jakarta : EGC


2. Perdarahan Poat Partum. Scrib.com/doc/6502612/Perdarahan-Postpartum
diunduh 14 Juni 2019. 10.30 AM
3. Padila.2014.Keperawatan Maternitas.Yogyakarta : Nuha Medika

27

Anda mungkin juga menyukai