Anda di halaman 1dari 22

KEGAWATDARURATAN MATERNAL & NEONATAL

PERDARAHAN POSTPARTUM

Dosen Pembimbing :

Daris Yolanda Sari, S.ST.,M.Keb

Di susun oleh :

Ghea Indah Pratiwi 044.175.18.017 Ismia Syifa Pertiwi 044.175.18.022


Hegar Golega Putri 044.175.18.018 Kartini Vitria Lestari 044.175.18.023
Ilma Nuzailah MJ 044.175.18.020 Karyani Fatemaluo 044.175.18.024
Ira Sepyani 044.175.18.021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perdarahan postpartum. kami juga
menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan masih terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kami dan untuk
pembaca.

Purwakarta, 05 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................i

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan…………………………………………………………………2

BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................3

A. Pengertian Perdarahan……………………..........................................3
B. Etiologi Perdarahan Postpartum...........................................................4
C. Patofisiologi Perdarahan Postpartum....................................................6
D. Manifestasi Klinik…………………………...................……………..7
E. Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Postpartum..................................7
F. Komplikasi Persalinan Postpartum.......................................................8
G. Penatalaksanaan....................................................................................8

BAB III : PENUTUP......................................................................................17

A. Kesimpulan ......................................................................................18
B. Saran .................................................................................................18
C. Daftar Pustaka ............................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Pendarahan
post partum adalah pendarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 ce dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir. Istilah perdarahan postpartum dalam arti has
mencangkup semua perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi, sebelum,
selama dan sesudah keluarnya plasenta (Kumist, 2011).

Penyebab kematian di Indonesia yaitu perdarahan, pre eklamsi dan infeksi.


Perdarahan obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan antepartum dan perdarahan
postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta
presia, solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas Deportes Kmenterian
Kesehatan RI, 2015).

Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (<500 di lemah, pucat, lochea berwama merah, haus, pusing, gelisah, letih,
dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual. Efek pendarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum
hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang
dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas
normal sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perdarahan postpartum antara lain : Pembesaran uterus lebih dari
normal selama kehamilan yang disebabkan karena jumlah air ketuban yang
berlebih, kehamilan kembar, bayi besar, Kala satu dan atau kala dua yang lama
atau memanjang, Persalinan cepat, Persalinan yang diinduksi atau dipercepat
dengan oksitosin Oxam 2010).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Perdarahan Postpartum?


2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari Perdarahan Postpartum?
3. Bagaimana petalaksanaan pada pasien perdarahan postpartum?
4. Bagaimana asuhan keperawatan gawatdarurat dari perdarahan postpartum?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang


mengalami perdarahan postpartum.

2. Tujuan Khusus :

a) Untuk mengetahui Definisi, Etiologi, Patofisiologi, manifestasi klinis,


komplikasi dari perdarahan postpartum.
b) Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan postpartum.
c) Mengetahui askep kegawatdaruratan perdarahan postpartum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perdarahan
Postpartum Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencangkup
semua  perdarahan yang terjadi setelah kelaihan bayi, sebelum, selama dan
sesudah keluarnya plasenta. Definisinya adalah hilangnya darah lebih dari
500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum. Setelah
24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late
postpartum hemorrhage. Insiden pedarahan postpartum sekitar 10 persen
(Oxorn : 2010).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui vagina
yang berlebihan kapanpun setelah melahirkan atau aborsi sampai dengan 6
minggu. Perdarahan terjadi dalam 24jam disebut perdarahan  postpartum
primer. Kehilangan darah pada persalinan adalah normal dan ibu telah
memiliki persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi, kehilangan lebih dari
500mL menjadi perunjuk pertimbangan kemungkinan perdarahan
postpartum (Kurniati, 2013).
Perdarahan pasca persalinan menurut Astutik (2018) didefinisikan sebagai
kehilangan 500ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau
1000ml atau lebih setelah seksiosesaria. Menurut waktu terjadinya dibagi
atas dua bagian, yaitu :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah
perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan
jalan lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
ialah  perdarahan lebih dari 500 cc setelah 24 jam pasca persalinan.
Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan
jalan lahir dan sisa plasenta

3
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang lebih 200
ml. episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100ml dan kadang kadang lebih
banyak lagi. Wanita hamil mengalami peningkatkan  jumlah darah dan cairan
sehingga kehilangan 500 ml darah pada wanita sehat setelah melahirkan tidak
mengakibatkan efek yang lebih serius. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun
dengan jumlah yang lebih kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada
wanita yang anemis.
B. Etiologi Perdarahan Postpartum
1. Etiologi perdarahan postpartum secara umum (4T) :
A. Tone  – atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum serius  
B. Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan,
perinium, dan rectum.
C. Tissue : produk konsepsi yang tertinggal
D. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi sebagai
konsekuensi dari abrupsi plasenta, eklampsia, atau emboli air ketuban.
2. Etiologi perdarahan postpartum secara khusus : Perdarahan postpartum
menurut Oxorn (2010) dan Astutik (2018) bisa disebabkan karena :
a. Atonia uteri
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serat – serat myometrium terutama yang  berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat  perlekatan plasenta.
Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Faktor
predisposisi yang mempengaruhi  perdarahan postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang disebabkan
karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat 4)
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin

4
a. Retensio plasenta Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belumlahir
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan
tetapi belum dilahirkan. Terdapat jenis retensio plasenta antaralain :
b. Plasenta adhesive adalah o,plantasi yang kuat dari jonjot korion  plasenta
sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis
c. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan myometrium
d. Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yang menembus
lapisan serosa dinding uterus
e. Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
serosa dinding uterus.
f. Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Pada kasus retensio plasenta,
plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan perdarahan, infeksi
karena plasenta sebagai  benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata,
dapat terjadi polip  plasenta dan terjadi degenerate sel ganas korio
karsinoma.
1) Laserasi jalan lahir Perdarahan yang terjadi karena adanya robekan pada
jalan lahir (perineum, vulva, porsio, atau uterus). Robekan pada perineum,
vulva, vagina dan persio biasanya terjadi pada persalinan  pervaginam.
2) Koagulopati Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada
pembekuan darah. Sebab tersering perdarahan postpartum adalah atonia
uteri, yang disusui dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun,
gangguan pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan
postpartum. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan
atau penghancuran fibrin yang berlebih. Gejala – gejala kelainan
pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat,
kelainan pembekuan darah bisa berupa :
a. Hipofibrinogemia
b. Trombositopeni

5
c. Idiopathic trimbocytopeny purpura
d. HELP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and los  platetet
count)
e. Disseminated intravaskuler coagulation
f. Dilutional coagulppathy bisa terjadi pada tranfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak segar shingga komponen fibrin dan
trombosit sudah rusak. Afibrinogenemia atau hipofibrinogemia dapat
terjadi setelah abruption plasenta, retio jalan janin mati yang lama didalam
rahim, dan pada emboli cairan ketuban.
b. Patofisiologi perdarahan postpartum
Patofisiologi dari perdarahan postpartum menurut Rukiyah (2012) dan Astutik
(2018) antara lain karena kontraksi rahim yang lemah setelah anak lahir
meningkat insidennya pada kehamilan dengan pembesaran rahim yang
berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion, anak terlalu  besae
ataupun pada rahim yang melemah daya kontraksinya seperti pada
grandemultipara, interval kehamilan yang pendek, atau pada kehamilan usia
lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat sehingga anak
dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya. Perdarahan postpartum dini jarang
disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang
tersisa sering menyebabkan pendarahan pada akhir masa nifas,. Kadang
kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetric membuat batas -batas
durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan
retensio plasenta sehingga pendarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan
plasenta dapat dikurangi. Efek pendarahan banyak bergantung pada volume
darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran
Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan
tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah
sangat banyak. Faktor predisposisi yang mempengaruhi perdarahan
postpartum antaralain : Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan
yang disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan kembar,

6
bayi besar, Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang, Persalinan
cepat, Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin. .
c. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut Astutik (2018) antara lain :
1. Manifestasi klinis perdarahan postpartum secara umum :
a. Darah berwarna terang mengalir terus-menerus  
b. Mual, haus, pusing, letih gelisah
c. Pucat, kulit basah berkeringat, ekstremitas dingin
d. Palpasi uterus lembek
e. Tanda hypovolemi dan syok perdarahan
f. Kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
g. Nadi lemah, tekanan darah rendah
h. Lochea berwarna merah
2. Manifestasi perdarahan postpartum berdasarkan penyebabnya
a. Atonia uteri
Uterus tidak berkontraksi, lembek dan perdarahan segera setelah anak
lahir (perdarahan postpartum  primer), Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, dan mual.
a. Robekan jalan lahir Perdarahan segar, darah segera mengalir
setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik Pucat,
lemah, menggigil
b. Retensio plasenta Plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik ali pusat putus akibat
traksi  berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
c. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) Plasenta atau sebagian
selaput (mengandung pembulu darah) tidak lengkap dan
perdarahan segera, Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
uterus berkurang
a. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang perdarahan
postpartum
menurut Achadiat (2004) antaralain :

7
 
1. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Hematokrit, golongan darah, masa
pembekuan, masa perdarahan  
b. Urine lengkap
2. USG
a. Komplikasi Komplikasi persalinan post partum sangat bervariasi, dari
yang ringan sampai berat. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
hipotensi ortostastik, kelelahan, animia (transfusi darah), depresi (post
partum blues), sindroma sheecha (iskemia kelenjar hipofisis anterior),
edema paru, gagal  jantung, gagal ginjal, gangguan faal pembekuan
darah, dan syok perdarahan sampai kematian (Hidayat, 2018).
b. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan pendarahan postpartum berdasarkan penyebabnya menurut
(Damayanti, 2014) dan Manuaba (2004) antara lain :
a. Penanganan Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
2) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat
3) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital.
4) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok
tidak terlihat ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu
tersebut dapat memburuk dengan cepat
5) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok, oksigenasi dan
pemberian cairan cepat. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu
dilakukan untuk  persiapan tranfusi darah.
6) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
7) Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.Bekuan darah
yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang
efektif .berikan 10 unit oksitosin IM
8) Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk

8
9) Periksa kelengkapan plasenta, Periksa kemungkinan robekan serviks ,
vagina dan perineum.
10) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah  
11) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan  berhenti), periksa
kadar Hemoglobin.)
1. Penanganan khusus
a. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri  
b. Teruskan pemijatan uterus massase uterus akan menstimulasi
kontraksi uterus yang menghentikan  perdarahan
c. Oksitoksin dapat diberikan bersamaan atau beruntutan
d. Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan uterus berlangsusng, periksa apakah  perineum/vagina
dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
e. Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkanlah bekuan darah
atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa
kandung kemih telah kosong. Antisipasi dini akan kebutuhan darah
dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan.
f. Jika perdarahan terus berlangsung
g. Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap, jika terdapat tanda-tanda
sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau
robeknya membrane dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa
plasenta tersebut.
a. Penanganan Retensio Plasenta
1. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk
mengejan, jika merasa adanya plasenta dalam vagina,
keluarkan plasenta tersebut.
2. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika
diperlukan.Lakukan katerisasi kandung kemih.
3. Jika plasenta belum keluar, berian oksitoksin 10 unit IM, jika
belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III

9
4. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian
oksitoksin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan
tali pusat terkendali
5. Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk
mengeluarkan plasenta secara manual, jika perdarahan terus
berlangsung, lakukan uji pembedahan darah sederhana.
Kegagalan terbentuknya pembentukuan setelah 7 menit atau
adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan menunjukan
koagulapati.
b. Penanganan Robekan Jalan Lahir
1. Pisiotomi
a. Menjahit mudah
b. Denominatornya jahitan hlmen
c. Bentuk seperti semula rapi
d. Perluasan episiotomi –  robekan spontan
e. Tergantung luasnya
f. Teknik menjahit : Upayakan menjahit mukosa rectum sehingga
melipat kearah luman, Jahit submukosa rectum berlapis, Jahit sfingter
ani ekstermum, Jahit dindin vagina dengan denominator hymen
sehingga rapi
2. Robekan serviks  
a. Serviks yang robek, ditarik dengan dua tena lulom sehingga perlukaan
tampak 
b. Teknik menjahitnya: Dengan jarum besar, seluruh lapisan seviks,
Tidak perlu terlalu keras asalkan  perdarahan berhenti, Terlalu keras
menyebabkan nekrosis
c. Amputasi serviks
d. Bekas amputasi serviks dapat menimbulakan perdarahan
e. Dijahit secara jelujur terkunci sehingga  perdarahan terhenti
f. Robekan vagina bagian  bawah

10
Jahit dengan tuntunan spekulom sehingga ujung perlukaan dapat dijahit
a. Dapat dari bawah, seluruh lapisan
b. Benangya dapat dipakai untuk menuntun  jahitan luka
vagina ke bagian atasanya
3. Penangan koagulasi darah
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya
perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan  penyebab yang mendasari
terjadinya perdarahan post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP
(hemolysis, elevnted liver enzim, trombositopenia, pre dan eklamsia), fatty liver
pada kehamilan, IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil langkah
spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari dan kelainan hemostatic.
Penggunaan DIC identic dengan klien yang mengalami koagulopati delusional.
Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah bersifat
sangat esensial. Perlu saran dari para ahli hematologi pada kasus transfusi masih
dan koagulopati (Yulianti, 2019).
4. Penanganan robekan serviks
1. Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks
yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina
isiadika tertekan oleh kepala bayi
2. Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
pendarahan banyak maka segera lihat bagaian lateral  bawah
kiri dan kanan dari portio
3. Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek
sehingga perdarahan dapat segera dihentikan, jika setelah
eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan
penjahitan. Jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian
kea rah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
4. Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan
5. Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-
tanda infeksi

11
6. Bila terdapat deficit cairan, lakukan restorasi dan bia kadar Hb
< 8 g% berikan transfusi darah.
5. Penanganan sisa plasenta
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuratase. Dalam
kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa  plasenta dapat dikeluarkan
secara manual. Kuretase harus dilakukan dirumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus
(Manuaba, 2004).
6. Penanganan manual plasenta
1. Setelah 15 menit pemberian oksitoksin 10 IU IM, plasenta
belum lepas, ulangi pemberian oksitoksin 10 IU IM, tunggu 15
menit
2. Bila sudah 15 menit belum ada tanda-tanda pelepasan, tidak
ada perdarahan pasang infus segera rujuk
3. Bila ada tanda perdarahan lakukan plasenta manual (Yulianti,
2019)
4. Terapi penanganan perdarahan post partum secara umum antara
lain :
a. Infus dan transfusi darah
b. Tergantung dari sumber perdarahannya :
1. Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka
a. Dijahit kembali  
b. Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma
2. Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :
a. Lakukan anestesi dengan demikian kuretase dapat
dilakukan dengan aman dan bersih
b. Jaringan yang didapatkan harus dilakukan
pemeriksaan untuk memperoleh kepastian
3. Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
a. Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal  
b. Berikan antibiotika

12
c. Berikan pengobatan suportif: Gizi yang baik, Vitamin dan praparat Fe
d. Hasil patologi anatominya
Pengkajian Pengkajian keperawatan kritis menurut Kurniati (2013) dan
Novialiantoko (2019) antara lain :
1. Pengkajian primer
a. Danger :
Periksa situasi dan kondisi bahaya, pastikan lingkungan aman bagi  pasien
dan perawat , sebelum melakukan pertolongan.
b. Response :
Kaji respon pasien, apakah pasien berespons ketika ditanya : Untuk
menentukan kesadaran pasien, gunakan skala AVPU (Alert, Verbal,  Pain,
Unresponsive)
c. Airways :
Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan Airways : Jalan nafas paten,
tidak ada benda asing, darah, sputum, lendir, tidak ada snouring (ngorok),
tidak ada gurgling (kumur - kumur), tidak ada stridor.
d. Breathing :
Cek pernafasan, dan cek apakah ventilasinya adekuat Pertimbangkan :
Oksigen, assist ventilation Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan
breathing :  penggunaan otot tambahan, Frekuensi meningkat, Irama nafas
tidak teratur, Kedalaman pernafasan dalam, penggunaan nafas cuping
idung, terdapat bunyi tambahan Wheezing, pasien terpasang O2, Diagnosa
yang mungkin muncul : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hipovolemia
e. Circulation :
1. Kaji denyut nadi (pols) pasien apakah nadi positif,
tentukan apakah nadi adekuat
2. Cek capillary refill.
3. Pertimbangkan : defibrillator, RJP, control perdarahan,
elevansi kaki (kecuali pada spinal injury)

13
4. Hasil yang akan muncul pada pemeriksaan Circulation :
Turgor kulit menurun, akral dingin, CTR > N, adanya
perdarahan  postpartum, mukosa kering, pucat hingga
sianosis, curah jantung masih adekuat sampai sekitar 15%
hingga 20% dari volume darah total ibu hilang. Kemudian,
nadi dan tekanan darah dapat berubah secara tiba  – tiba
ketika curah jantung dan volume isi sekuncup menurun.
Pada saat takikardi (100  –  120 kali/menit) dan hipotensi
( sistolik kurang dari 90  –  100 mmHg) terjadi, wanita
telah kehilanganarah sekitar 25% sampai 32% dari volume
darahnya, adanya syok hipovolemik
a. Diagnosa yang mugkin muncul :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah yang
berlebihan
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia
3. Perubahan perfusi jaringan, otak berhubungan dengan hipovolemia
4. Perubahan perfusi jaringan, ginjal berhubungan dengan hipovolemia
5. Syok berhubungan dengan hipovolemia
f. Disability :
Kaji singkat trauma neurologis, cek kemampuan gerak ekstermitas, cek
GCS, latelarisasi pupil/reflek pupil : isokor, reflek cahaya, dilatasi,
lakukan stabilisasi. Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan disability :
adanya kelemahan, reflek patologis, dilatasi pupil, adanya keluhan nyeri
Diagnosa yang mungkin muncul :
Resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan perfusi  jaringan otak
nyeri berhubungan dengan prosedur dan terapi
g. Exposure/Envirnmental control :
Kaji pasien dari kepala sampai kaki, lepaskan pakaian pasien agar dapat
mengkaji lebih baik untuk mencari trauma ditempat lain. Hasil
pemeriksaan exposure didapatkan peningkatan suhu tubuh  pasien karena
kehilangan cairan. Diagnosa yang mungkin muncul :

14
a. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1. Secondary survey Secondary survey menurut Herdman, T. Heather. (2015)
dan Kurniati (2013) adalah pengkajian yang terstruktur dan sistematis,
bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi pasien lebih detail yang berokus
pada :
A. Identas Klien
Identitas klien meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk
rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah
B. Identitas suami meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, bahasa yang digunakan  
a. Riwayat kesehatan
Pengkajian terhadap riwayat kesehatan pasien menjadi sangat  penting
untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keluhan saat ini atau
kondisi saat ini.
b. Riwayat kehamilan Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida,
kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal (ANC),
dan imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil
c. Riwayat melahirkan Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan,
lamanya persalinan,  posisi partus, tipe melahirkan, analgetik, masalah
selama melahirkan,  jahitan pada perineum dan perdarahan.
d. Data bayi Kesulitan dalam melahirkan, APGAR SCOR, untuk menyusui
atau  pemberian susu formula dan kelaian kongenitas, yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian
e. Pengkajian masa postpartum Pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan
umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaran locea, keadaan
perineum, abdomen, payudara, episiotomy, kebersihan menyusui, dan
respon orang terhadap bayi
f. Pengkajian keperawatan Perawat mengevaluasi riwayat klien dan data
pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kemungkinan faktor resiko
terjadinya  perdarahan. Kondisi fundus uterus, jumlah perdarahan, dan

15
aliran lokea diamati secara saksama pada klien selama periode
pascapartum. Perdarahan dapat ditandai dengan keluarnya darah dalam
jumlah yang sangat banyak dan tiba  – tiba dari vagina atau genangan
darah yang sangat banyak ditemukan dibawah panggul ibu. Sering kali
perdarahan berlangsung terus, lebih banyak dari perdarahan yang biasa
terjadi pervaginam yang berlanjut selama beberapa jam. Kondisi ini
mungkin tidak dapat dikenali dengan segera sebagai perdarahan, terutama
jika fundus uterus kontraksi dengan baik. Aliran darah yang terus menerus
dari vagina ketika uterus berkontraksi kuat menandakan  perdarahan akibat
laserasi pada serviks atau vagina. Adanya bekuan darah dalam vagina ibu
menandakan terjadinya perdarahan berat atau penggenangan darah di
vagina. Kegelisahan, kecemasan, dan rasa haus  juga dapat menunjukkan
adanya perdarahan yang berlebihan. Seiring dengan kehilangan darah
bertambah banyak, tanda dan gejala syok hipovolemik menjadi semakin
jelas. Karena mekanisme kompensasi kardiovaskular, perubahan frekuensi
nadi dan tekanandarah mungkin tidak terjadi sampai kehilangan darah
berjumlah besar (1500 mL). Curah jantung masih adekuat sampai sekitar
15% hingga 20% dari volume darah total ibu hilang. Kemudian, nadi dan
tekanan darah dapat berubah secara tiba – tiba ketika curah jantung dan
volume isi sekuncup menurun. Pada saat takikardi (100 – 12 kali/menit)
dan hipotensi ( sistolik kurang dari 90 – 100 mmHg) terjadi, wanita telah
kehilangan darah sekitar 25% sampai 32% dari volume darahnya. Ketika
diduga ada perdarahan, perawat harus memantau frekuensi nadi dan
tekanan darah setiap 5 sampai 10 menit. Tanda – tanda  perubahan
frekuensi nadi dan tekanan darah pada awal terjadinya syok hipovolemik
tidak tampak ketika klien berbaring telentang, perawat dapat membantu
klien untuk duduk. Tindakan ini dapat menyebabkan  pusing, dan
takikardi, yang menandakan adanya kehilangan darah yang signifikan dan
syok. Perawat harus waspada terhadap wanita yang menderita hipertensi
yang diinduksi kehamilan (PH, pregnancy induced hypertension) yang
mungkin tekanan darahnya tampak normal  pada awal syok hipovolemik.

16
Namun, wanita tersebut mengalami gejala syok lebih awal daripada wanita
dengan ukuran tekanan darah normal karena PIH menyebabkan
perpindahan cairan interstisial yang dengan cepat menyebabkan
hipovolemia.
g. Pengkajian faktor resiko perdarahan postpartum tertunda atau lambat
a. Riwayat Sebelumnya
b. Paritas tinggi (grand multipra)
c.  perdarahan pascapartum
d. Fibroid uterus
e. Penyakit sistemik (leukemia, trombositopenia idiopatik, defek koagulasi)  
f. perdarahan postpartum tertunda atau lambat
g. Distensi uterus yang berlebihan (kehamilan multiple, polihidroamin bayi
baru lahir dengan makrosomia)
h. Masalah perdarahan (plasenta previa, solusio  plasenta)
i. Trauma persalinan atau  pelahiran (forsep letak sedang, pelahiran dengan
seksio sesaria, manipulasi intrauterus)
j. Kontraksi hipertonik Distensi uterus yang  berlebihan (kehamilan multiple,
polihidroamin, ernah mengalami – hipotonik (presipitatus, disfungsional,
persalinan lama)
1. Anestesi mendalam
2. Hipertensi yang diinduksi kehmilan
3. Korioamnionitis
4. subinvolusi
a. pengkajian luasnya perdarahan
1. Tanda dan gejala
2. Volume darah yang hilang Uterus lembek Tekanan darah normal atau agak
menurun Frekuensi nadi normal atau agak naik Vasokontriksi ringan
(tangan, kaki dingin) Haluan urine normal Sadar, waspada, mungkin
mengalami kecemasan volume darah yang hilang Penurunan sebanyak
15% - 20% (750 – 1.250 ml)

17
3. Antoni uterus Tekanan darah sistolik < 90 sampai 100 mmHg Takikardi
sedang 100 sampai 120 kali/menit Vasokontriksi sedang (kulit  pucat,
ekstremitas dingin dan lembab) Penurunan haluan urine (oliguaria)
Peningkatan kegelisahan, dapat mengalami disorientasi volume darah yang
hilang Penurunan sebanyak 25% - 35% (1.250 – 1.750ml) Atoni uterus
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg, bahkan dapat tidak teratur oleh
menset Takikardi berat > 120 kali/menit
4. Vasokontriksi berat (bbir dan jari  – jari tangan pucat, dingin, lembab dan
sianosis) Haluaran urine berhenti (anuria) Kondisi mental stupor, letargi,
semikoma volume darah yang hilang Penurunan sebanyak 35% - 50% (1.
800  – 2.500ml)
5. Secondary survey menurut Queensland Ambulance Service (2016)
dilakukan seperti berikut :
1. History, dilakukan meliputi poin penting mencakup SAMPLE, sebagai
berikut:
a. S : signs/symtoms (tanda & gejala)
b. A : Allergies (Alergi)
c. M : Medications (pengobatan)
d. P : Past Medical history (riwayat penyakit)
e. L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi)
f. E : Events prior to the illness or injury (kejadian sebelum
injuri/sakit)
g. Poin penting tersebut dikembangkan, OPQRST, sebagai berikut :
1. : Onset
2. P : Provication
3. Q : Quality
4. R : Radiation
5. S : Serverity
6. T : timing

18
DAFTAR PUSTAKA
http://Academia.edu

https://www.academia.edu/42121523/MAKALAH_KEPERAWATAN_GAW
AT_DARURAT_PERDARAHAN_POSTPARTUM

19

Anda mungkin juga menyukai