Disusun Oleh :
TANGERANG
2019
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kegawatan
pada HPP ( Hemoraghic post partum ). Dan juga kami berterima kasih pada Ibu NS. Ira
Kusumawati S.kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan,
serta pengetahuan kita mengenai Kegawatan pada HPP ( Hemoraghic post partum ). Kami juga
menyadari, sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri, maupun orang yang
membacanya terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000
kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.HPP
adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan
lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping
perdarahan karena hamil ektopik atau abortus. HPP bila tidak mendapat penanganan yang
semestinya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu serta proses penyembuhan
kembali.Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang
spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta,
dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum.
Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering
perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi.
Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain
laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.Berdasarkan
1
hal tersebut di atas dan dari temuan kami di klinik diperoleh kasus retensio plasenta sebagai
salah satu penyebab kasus HPP, maka dari itu kami akan berupaya untuk mengkaji kasus
tersebut.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang HPP
2. Tujuan Khusus
a). Mampu menjelaskan pengertian HPP
b). Mampu menjelaskan penyebab HPP
c). Mampu menjelaskan tindakan keperawatan kepada pasien dengan HPP
d). Mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan dengan HPP
1.3 Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat :
Bagi mahasiswa agar sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau
menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Haemoragic Post Partum (
HPP ) dengan baik dan benar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik maupun
psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil ( 6 minggu ).
Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24 jam
pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period ( minggu
kedua sampai minggu ke enam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan
early post partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post
partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau
HPP.
Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang
terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir. Tetapi
menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit karena bercampurnya darah dengan air
ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur. POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan
paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan
perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam
pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %.
2.3 Etiologi
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
3
a. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan perineum, luka
episiotomi.
b. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri, retensi plasenta,
inversio uteri.
c. Gangguan mekanisme pembekuan darah.
Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus
sehingga terjadi sub involusi uterus.
4
2.5 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-
sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh
darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama
penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti
robekan servix, vagina dan perinium.
5
- Uterus tidak teraba - Neurogenik syok, pucat dan
- Inversio uteri
- Lumen vagina terisi massa limbung
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Penatalaksanaan umum
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi
e. Atasi syok jika terjadi syok
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus,
beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40
tetes/menit ).
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir
h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
2.7.2 Penatalaksanaan khusus
a. Atonia uteri
- Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
- Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan
pengurutan uterus
- Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
- Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :
- Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen
dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi
uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus
dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.
6
- Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan pada
dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah
didalam miometrium.
- Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan
kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada
daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna
vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut
arteri femoralis.
b. Retensio plasenta dengan separasi parsial
- Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan
diambil.
- Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak terjadi
cobakan traksi terkontrol tali pusat.
- Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila
perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.
- Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara
hati-hati dan halus.
- Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
- Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
- Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g
supp/oral).
c. Plasenta inkaserata
- Tentukan diagnosis kerja
- Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat,
tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang
kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi
gangguan kontraksi uterus yang mungkin timbul
- Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk melahirkan
plasenta.
- Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak jelas.
- Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan spekulum
7
- Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas
- Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi berlawanan agar
dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk memegang klem tersebu
- Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral
- Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik
plasenta keluar perlahan-lahan.
d. Ruptur uteri
- Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan
laparatomi
- Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan
kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan
- Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,
lakukan operasi uterus
- Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan lakukan
histerektomi
- Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen
- Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi.
e. Sisa plasenta
- Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah dilahirkan
- Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
- Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret.
- Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari selama 10 hari
f. Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina
- Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan
- Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik
- Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap
- Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal
8
- Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan
bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :
- Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan
- Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub mukosa,
menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga ke sfinter ani,
jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0.
- Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang yang
sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.
- Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler
- Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi.
g. Robekan serviks
- Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami robekan
pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.
- Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak
maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio
- Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat
segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain,
lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar
sehingga semua robekan dapat dijahit
- Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan
perdarahan paska tindaka
- Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi
- Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr% berikan
transfuse darah.
-
2.8 Komplikasi
Perdarahan
Perforasi
Syok
Infeksi
9
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit
10
C. Rencana tindakan keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervagina
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
Intervensi :
1.Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang
Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah
keotak dan organ lain.
2. Monitor tanda vital
Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
3. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
4. Evaluasi kandung kencing
Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
5. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.
Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu
tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
6. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan
yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervagina
Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Intervensi :
Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang
sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
3. Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan
perasaan cemas berkurang atau hilang.
11
Intervensi :
Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Memberikan dukungan emosi
Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
4. Potensial infeksi sehubungan dengan perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
Intervensi:
- Catat perubahan tanda vital
Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
- Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan
nyeri panggul
Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak
terdeteksi
- Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang
berkepanjangan
- Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas,
mastitis dan saluran kencing
Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
- Tindakan kolaborasi
- Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
12
- Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan
infeksi).
5. Resiko terjadinya syock hipovolemik b/d perdarahan yang terjadi terus menerus
Tujuan: tidak terjadi syock hipovolemik dalam masa perawatan
- Tidak terjadi penurunan kesadaran
- TTV dalam batas normal
- Turgor kulit baik
Intervensi
- Anjurkan pasien untuk lebih banyak minum
peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravaskuler yang dapt
meningkatkan perfusi jaringan
- Observasi TTV tiap 4 jam
perubahan TTV dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini
- Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi
dehidrasi merupakan awal terjadinya syock bila dehidrasi tidak ditangan secara baik
- Observasi intake cairan dan output
intake cairan yang adekuat dapat mengimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
D. Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
Tanda vital dalam batas normal :
a. Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
b. Denyut nadi : 70-80 x/menit
c. Pernafasan : 20 – 24 x/menit
d. Suhu : 36 – 37 oc
e. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
a. Gas darah dalam batas normal
b. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan
pengobatan yang dilakukan
c. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan
psikologis dan emosinya
d. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
13
e. Klien tidak merasa nyeri
f. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya
Tinjauan Kasus
Ny. E dengan perdarahan post partum melalui pendekatan proses keperawatanyang
meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan,Implementasi keperawatan,
dan Evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
pengkajian awal dilakukan pada tanggal 19 April jam 15.00 WIB didapat data sebagai berikut:
1. Gambaran umum kasus yang dikelola oleh penulis dimulai dari biodata:
- Nama pasien : Ny. E,
- Umur : 24 tahun,
- Agama : islam
- Suku /bangsa :Jawa / Indonesia
- Pendidikan :SLTP
- Pekerejaan : Ibu rumah tangaga
- Alamat : Gemuh kendal RT 01/RW 2
- Diagnosa Medis : Haemorogic post partum33
2. Penanggung jawab :
- Nama : Tn. A
- Umur : 30 tahun
- Pendidika : SMA
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Agama : Islam
- Alamat : Gemuh kendal RT01/RW 02
- Hubungan dengan pasien : Suami
B. Data Biologis
a. Keluhan utama:pasien mengatakan darah merembes banyak dari jalan lahir, tembus
sampai kekain.
14
dari jalan lahir tembus sampai kain.Terdapat luka jahitan diperineum terasa nyeri seperti
diiris - iris, durasi 5 menit, frekuensi 10menit.terdapat 5 jahitan,bekas jahitan terlihat
kemerahan ,terdapatsedikit bengkak pada labia mayora dan labia minora ,terdapat
adanyapengeluaran lochea pada jalan lahir pada saat penggantian pembalutselama 2 jam
2x. Terdapat kebiruan pada daerah genital. Adanyajahitan pada perineum 12 jahitan.34
e. Riwayat KB: pasien mengatakan setelah post partum ingin menjalani kontrasepsisuntik
3 bulan.
1. pola nutrisi
a) sebelum melahirkan. Makan: frekuensi makan 3 kali sehari, jenis makanan nasi, lauk pauk,
sayur, buah, porsi makan banyaksampai 2 porsi 3xsehari . Minum 1200 cc sampai 1500 cc
perhari. Jenis minuman air putih, teh manis, jus buah, dan susu.
b)Setelah melahirkan makan: jenis makanan nasi, sayur, lauk pauk, buah dan susu, frekuensi 3
kali sehari, porsi makan habis walaupun makan secara bertahap. Minum 1000 cc sampai 1300 cc
per hari, jenis minuman air putih, teh manis, susu.
15
2. Pola eliminasi
a). BAB: sebelum melahirkan: frekuensi 1 kali sehari waktu lebih sering pagi hari, warna kuning,
konsistensi lembek tapi kadang keras, posisi jongkok. BAK frekuensi 5 – 6 kali, warna kuning
jernih bau khas urine.
b). Setelah melahirkan: pasien mengatakan selama di rawat belum BAB. BAK frekuensi 2 – 3
kali sehari, warna kuning jernih, bau khas urine. Lokhea jenis lokhea rubra warna merah jumlah
100 cc.
3. Pola aktivitas dan tidur:
a). sebelum melahirkan aktivitas sehari – hari dalam kegiatan dirumah dilakukan tanpa bantuan
orang lain meski sedang hamil. Dan kebutuhan istirahat tidur pasien mengatakan tetap tidur siang
selama36x2 jam, tidur malam normal 7 – 8 jam, dan tidak ada kesulitan untuk istirahat disela -
sela aktivitas sehari – hari.
b). Setelah melahirkan aktivitas sehari – hari pasien mengatakan seluruh aktivitas dan kegiatanya
di bantu oleh ibu, suami, dan perawat, karena harus bedrest karena adanya perdarahan dan luka
jahitan pada perineum yang masih terasa nyeri, kebutuhan istirahat tidur pasien mengatakan
tidurnya agak terganggu rasa nyeri pada luka jahitan bersih, dan lembab.
4. Pola Kebersihan
a). Pasien mengatakan sebelum melahirkan mandi 2 kali sehari memakai sabun mandi,kramas 3
kali dalam semingu dengan sampo, kulit kepala tidak gatal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
dan menggosok gigi 2 kali sehari, gigi bersih, mukosa bibir lembab.
b). Setelah melahirkan pasien mengatakan mandi dengan disibin, belum keramas, rambut agak
kusam dan agak bau, kulit kepala terlihat agak kotor tapi gosok gigi 2 kali sehari menggunakan
pasta gigi ditempat tidur dengan posisi miring, mukosa bibir lembab, gigi bersih.
5. Pola persepsi sensori
pasien mengatakan penglihatanya agak berkunang – kunang tapi dapan mendengar
dengan jelas, tidak memakai alat bantu pendengaran dan penglihatan. Hal yang diharapkan
pasien adalah cepat sembuh, cepat ingin menyusui bayinya, dan berkumpul dengan keluarganya
dirumah.
6. Pengkajian pola psikologis
16
pasien mengatakan takut atau cemas bila perdarahanya sulit berhenti suami dan
keluarganya sangat mendukung dalam proses pemulihan dan penyembuhan sehingga orang yang
sangat berarti dalam hidupnya adalah suami dan bayinya.
7. Pengkajian pola spiritual
pasien mengatakan suami dan keluarganya selalu berdoa untuk pemulihan dan
penyembuhanya serta menyadari bahwa perdarahan yang dialaminya sekarang ini adalah ujian
dari Tuhan.
8. Pengkajian fisik
keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis, tanda vital tekanan darah
100/80mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 37,80 celcius, respirasi 24 kali per menit, ukur berat
badan 58 kg dan tinggi 158 cm.
9. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala : mesochepal, rambut hitam, ikal tapi agakkotor dan agak bau, kulit kepala agak kotor,
b. Mata : conjugtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik,
c. Hidung : tidak ada sekret yang berlebihan dan tidak tampak polip,
d. Telinga : simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak memakai alat bantu pendengaran,38
e. Mulut dan gigi : bersih, mukosa bibir lembab,
f. Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan,
g. Dada dan aksila : simetis, puting susu tampak menonjol, mammae tampak penuh, areola
berwarna coklat tua dan terdapat colustrum
10. Genital : tampak luka robekan perineum 5 cm, tampak ada 5 jahitan catgut, leukosit 10.000 ribu
H/mmk,
11. Ekstremitas : pasien terpasang infus pada tangan kiri, pasien tampak bedrest ditempat tidur,
pasien tampak gelisah dan bingung, pasien selalu bertanya tentang kondisinya
. a.). Data subjektif:
pasien mengatakan matanya agak berkunang – kunang, badanya terasa lemas, kepalanya
terasa pusing, pasien mengatakan perdarahannya banyak dan tembus sampai ke kain, pasien
mengatakan nyeri seperti diiris – iris, lokasi diperineum, durasi 10 menit, frekuensi setiap 5
menit, pasien mengatakan belum keramas selama paska melahirkan: mandi dengan disibin,
seluruh aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan pasien mengatakan takut jika perdarahanya tidak
dapat berhenti.39
17
b). Data Obyektif :
ASI keluar sedikit,terdapat colustrum mammae berstruktur kenyal teraba agak keras axila
tidak ditemukan benjolan atau massa, abdomen TFU 3 jari dibawah pusat, tampak linea nigra,
tampak striagravidarum dan umbilikus ditengah, genetalia vulva dan vagina terdapat luka
robekan perineum 5 cm, warna luka kemerahan tidak terdapat bengkak pada labia mayora dan
labia minora, tampak 5 jahitan benang catgut pada perineum, terdapat keluaran lokhea rubra,
rectum tidak tampak polip yang keluar, ektremitas tangan kiri terpasang infus, dan kaki tida ada
varises,tapi tampak agak oedem.
c). Pemeriksaan penunjang: hasil laboraturium Hb 8,9 gr %, haematokrit 31 %, leukosit 10.000
H/mmk, trombosit 310.000 mm3
d). theraphy serta program pengobatan infus RL 40 tpm, injeksi asamtraneksamat 3x500 mg,
anrain 3x1000mg, cefotaxime 3x1 gram,bledstop 3x1 ampul
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
18
2. 2 DS: Pasien mengatakan
nyeriseperti di iris-iris di Nyeri akut Terputusnya
perineum,Rasa nyerisekali kontinitas jaringan
,durasi 10 menit perenium
,intensitastiap 5 menit
,lokasi di perineum
DO: Wajah tampak
meringis menahan
sakit,skala nyeri 6,nadi 80x
permenit,respirasi: 24 x
permenit,terdapat luka
robekan perineum
3. 3 DS:-
DO: terdapat luka robekan Resiko infeksi
Prosedur invasif
perineum 5 cm dengan 5
jahitan benang catgut.
Leukosit 10.000 H/mmk,
suhu 37,8 0
C
Intervensi Keperawatan
Dengan data yang diperoleh dari pengkajian awal sampai diprioritaskan diagnosa
keperawatan, penulis memaparkan rencana asuhan keperawatan dari kasus kelolaan Ny.E dengan
perdarahan post partum di ruang Khotijah RS Islam Kendal sebagai berikut:
Dengan rencana keperawatan yang telah di susun dapat dilakukan Implementasi
Keperawatan untuk Ny. E dengan perdarahan post partum yang
19
No TUJUAN INTERVENSI KEP RASIONAL
20
- Daerah genital tidak infeksi 2. Ajarkan terhadap nyerinya
tehnik - Mengetahui
relaksasi dan perubahan tanda
distraksi vital dan untuk
3. Kaji tanda dapat melakukan
Vital intervensi
selanjutnya
6. 3 Setelah
dilakukan Catat perubahan
- Perubahan
tindakan tanda vital
tanda vital
keperawatan Catatadanya tanda
merupakan
selama 2x7 jam lemas
indikasi
di harapkan ,kedinginan ,anoreksia ,
terjadinya
kebutuhan kontraksi uterus yang
infeksi
aktivitas fisik lembek dan nyeri
- Tanda-tanda
pasien terpenuhi dengan kriteria panggul
tersebut
hasil : Monitor involusi
merupakan ndikasi
- Pasien dapat melakukan aktivitas uterus da pengeluaran
terjadinya
tanpa bantuan lochea
bakterimia,
- Pasien menyatakan kenyamanan4. Perhatikan
shock yang
terhadap kemampuan melakukan pengeluaran
tidak terdeteksi
aktivitasnya dan pasien terbebas dari infeksi ditempat
- Infeksi uterus
bau badan lain misalnya
menghambat
infeksi saluran
involusi dan
nafas, mastitis
terjadinya
saluran kencing
pengeluaran
5. Berikan
lochea yang
perawatan
berkepanjangan
21
perineal dan - Infeksi di
pertahankan tempat lain
agar pembalut memperburuk
jangan sampai keadaan
terlalu basah - Pembalut
6. Kolaborasi yang terlalu
dengan tim basah
medis dengan menyebabkan
pemberian zat kulit iritasi dan
besi dan dapat menjadi
antibiotik media untuk
pertumbuhan
bakteri peningkatan
resiko infeksi
- Anemi dapat
memperberat
keadaan dan
pemberian
untuk keadaan
infeksi
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai perdarahan yang melebihi 500 ml dalam 24
jam pertama setelah anak lahir12, atau setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio
sesarea.
Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage) : Perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama. Perdarahan Post Partum
Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage) : Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama
3.2 Saran
Setelah adanya makalah ini diharapkan mahasiswa perawat memiliki intelektual dan
mampu menguasai pengetahuan dan ketrampilan terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan
pada klien dengan Haemoragic Post Partum ( HPP )
23
DAFTAR PUSTAKA
24