PERDARAHAN POSTPARTUM
Disusun oleh:
ADRIANUS OELEU
NIM.231112021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahma, karunia, sera taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perdarahan postpartum. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datan, menginggat tidak ada
sesuau yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
Daftar Pustaka....................................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendarahan post partum adalah peradarah lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Pendarahan postpartum adalah pendarahan dalam kala IV lebih
dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Istilah
perdarahan postpartum dalam arti luas mencangkup semua perdarahan
yang terjadi setelah kelaihan bayi, sebelum, selama dan sesudah keluarnya
plasenta(Kurniati, 2013).
Penyebab kematian Ibu di Indonesia yaitu; perdarahan, pre eklamsi
dan infeksi. Perdarahan obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan
kasus gawat darurat yang kejadinnya berkisar 3% dari semua persalinan,
penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan
yang belum jelas sumbernya (Departemen Kementerian Kesehatan RI,
2015).
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (<500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah,
haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan
darah rendah, ekstremitas dingin, mual. Efek pendarahan banyak
bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia
saat kelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan
adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai
terjadi kehilangan darah sangat banyak. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perdarahan postpartum antaralain : Pembesaran uterus
lebih dari normal selama kehamilan yang disebabkan karena jumlah air
ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi besar, Kala satu dan atau
kala dua yang lama atau memanjang, Persalinan cepat, Persalinan yang
diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin(Oxorn : 2010).
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perdarahan Postpartum ?
2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari Perdarahan Postpartum ?
3. Bagaimana petalaksanaan pada pasien perdarahan postpartum?
4. Bagaimana asuhan keperawatan gawatdarurat dari perdarahan
postpartum?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami perdarahan postpartum.
2. Tujuan Khusus :
a) Untuk mengetahui Definisi, Etiologi, Patofisiologi, manifestasi
klinis, komplikasi dari perdarahan postpartum.
b) Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan postpartum.
c) Mengetahui askep kegawatdaruratan perdarahan postpartum.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak
kurang lebih 200 ml. episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100ml
dan kadang – kadang lebih banyak lagi. Wanita hamil mengalami
peningkatkan jumlah darah dan cairan sehingga kehilangan 500 ml darah
pada wanita sehat setelah melahirkan tidak mengakibatkan efek yang lebih
serius. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang lebih
kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
B. Etiologi Perdarahan Postpartum
1. Etiologi perdarahan postpartum secara umum (4T) :
a. Tone – atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum
serius
b. Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan,
perinium, dan rectum.
c. Tissue : produk konsepsi yang tertinggal
d. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi
sebagai konsekuensi dari abrupsi plasenta, eklampsia, atau emboli
air ketuban.
2. Etiologi perdarahan postpartum secara khusus :
Perdarahan postpartum menurut Oxorn (2010) dan Astutik (2018) bisa
disebabkan karena :
a. Atonia uteri
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana
mestinya setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat – serat myometrium
terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai
darah pada tempat perlekatan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika
myometrium tidak dapat berkontraksi. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perdarahan postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang
disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan
kembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
7
3) Persalinan cepat
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
b. Retensio plasenta
Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belumlahir atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan
karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta
sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Terdapat jenis retensio
plasenta antaralain :
1) Plasenta adhesive adalah o,plantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan myometrium
3) Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus
4) Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam
kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Pada kasus retensio plasenta, plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan perdarahan, infeksi karena plasenta sebagai
benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip
plasenta dan terjadi degenerate sel ganas korio karsinoma.
c. Laserasi jalan lahir
Perdarahan yang terjadi karena adanya robekan pada jalan lahir
(perineum, vulva, porsio, atau uterus). Robekan pada perineum,
vulva, vagina dan persio biasanya terjadi pada persalinan
pervaginam.
d. Koagulopati
Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan
darah. Sebab tersering perdarahan postpartum adalah atonia uteri,
yang disusui dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun,
gangguan pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan
8
postpartum. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan
dan atau penghancuran fibrin yang berlebih. Gejala – gejala
kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
1) Hipofibrinogemia
2) Trombositopeni
3) Idiopathic trimbocytopeny purpura
4) HELP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and los
platetet count)
5) Disseminated intravaskuler coagulation
6) Dilutional coagulppathy bisa terjadi pada tranfusi darah lebih
dari 8 unit karena darah donor biasanya tidak segar shingga
komponen fibrin dan trombosit sudah rusak.
Afibrinogenemia atau hipofibrinogemia dapat terjadi setelah
abruption plasenta, retio jalan janin – mati yang lama didalam
rahim, dan pada emboli cairan ketuban.
C. Patofisiologi perdarahan postpartum
Patofisiologi dari perdarahan postpartum menurut Rukiyah (2012)
dan Astutik (2018) antara lain karena kontraksi rahim yang lemah setelah
anak lahir meningkat insidennya pada kehamilan dengan pembesaran
rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion, anak
terlalu besae ataupun pada rahim yang melemah daya kontraksinya seperti
pada grandemultipara, interval kehamilan yang pendek, atau pada
kehamilan usia lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu
kuat sehingga anak dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya. Perdarahan
postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang
kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan pendarahan pada
akhir masa nifas,. Kadang – kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang
obstetric membuat batas – batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai
upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta sehingga pendarahan akibat
terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Efek pendarahan
banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat
9
anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang dapat
mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas
normal sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Faktor predisposisi
yang mempengaruhi perdarahan postpartum antaralain : Pembesaran
uterus lebih dari normal selama kehamilan yang disebabkan karena jumlah
air ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi besar, Kala satu dan
atau kala dua yang lama atau memanjang, Persalinan cepat, Persalinan
yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin.
10
D. Pathway
Trombin -
Antoni uterus Laserasi jalan lahir Produk tertinggal disseminated
Hipofibrinoge
Suply darah mia
histerektomi Nyeri Trombositope
nia
Kekurangan
Luka insisi Idiopathic
volume cairan HB turun HELP
Pendarahan >500cc Disseminated
Syok hipovalemia
Anemia Dilutional
Kelelahan Psikologis
Penurunan
Suhu tubuh curah jantung Perfusi
jaringan otak Trauma
Perubahan
perfusi jaringan Resiko cidera
Hipertermi Ketakutan
ginjal
Pola nafas
tidak efektif 11
Ansietas
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut Astutik (2018) antara lain :
1. Manifestasi klinis perdarahan postpartum secara umum :
a. Darah berwarna terang mengalir terus-menerus
b. Mual, haus, pusing, letih gelisah
c. Pucat, kulit basah berkeringat, ekstremitas dingin
d. Palpasi uterus lembek
e. Tanda hypovolemi dan syok perdarahan
f. Kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
g. Nadi lemah, tekanan darah rendah
h. Lochea berwarna merah
2. Manifestasi perdarahan postpartum berdasarkan penyebabnya :
12
tarikan, perdarahan lanjutan
Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) Plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembulu darah) tidak
lengkap dan perdarahan segera
Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus uterus berkurang
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang perdarahan postpartum menurut Achadiat (2004)
antaralain :
1. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Hematokrit, golongan darah, masa
pembekuan, masa perdarahan
b. Urine lengkap
2. USG
G. Komplikasi
Komplikasi persalinan post partum sangat bervariasi, dari yang
ringan sampai berat. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi
ortostastik, kelelahan, animia (transfusi darah), depresi (post partum
blues), sindroma sheecha (iskemia kelenjar hipofisis anterior), edema
paru, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan faal pembekuan darah, dan
syok perdarahan sampai kematian (Hidayat, 2018).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan pendarahan postpartum berdasarkan penyebabnya
menurut (Damayanti, 2014) dan Manuaba (2004) antara lain :
a. Penanganan Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
a) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk
tanda vital.
13
c) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika
tanda-tanda syok tidak terlihat ingatlah saat melakukan
evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk
dengan cepat
d) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok,
oksigenasi dan pemberian cairan cepat. Pemeriksaan
golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan tranfusi darah.
e) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
f) Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan
darah.Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif .berikan 10
unit oksitosin IM
g) Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk
h) Periksa kelengkapan plasenta, Periksa kemungkinan
robekan serviks , vagina dan perineum.
i) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah
j) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan
berhenti), periksa kadar Hemoglobin.
2) Penanganan khusus
a) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
b) Teruskan pemijatan uterus massase uterus akan
menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan
perdarahan
c) Oksitoksin dapat diberikan bersamaan atau beruntutan
d) Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus
berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsusng, periksa
apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi
dan jahit atau rujuk segera.
e) Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkanlah bekuan
darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks.
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Antisipasi
14
dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan.
f) Jika perdarahan terus berlangsung
g) Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap, jika terdapat
tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan
maternal atau robeknya membrane dengan pembuluh
darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.
b. Penanganan Retensio Plasenta
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk
mengejan, jika merasa adanya plasenta dalam vagina,
keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan.
Lakukan katerisasi kandung kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berian oksitoksin 10 unit IM,
jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III
4) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian
oksitoksin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan
penarikan tali pusat terkendali
5) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual, jika
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembedahan
darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembentukuan
setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah
dengan menunjukan koagulapati.
c. Penanganan Robekan Jalan Lahir
15
Teknik menjahit :
Upayakan menjahit mukosa
rectum sehingga melipat kearah
luman
Jahit submukosa rectum berlapis
Jahit sfingter ani ekstermum
Jahit dindin vagina dengan
denominator hymen sehingga rapi
16
penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan post partum,
seperti solutio plasenta, sindroma HELLP (hemolysis, elevnted
liver enzim, trombositopenia, pre dan eklamsia), fatty liver pada
kehamilan, IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil
langkah spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari
dan kelainan hemostatic. Penggunaan DIC identic dengan klien
yang mengalami koagulopati delusional. Restorasi dan
penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah
bersifat sangat esensial. Perlu saran dari para ahli hematologi
pada kasus transfusi masih dan koagulopati (Yulianti, 2019).
e. Penanganan robekan serviks
1) Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena
serviks yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi
spina isiadika tertekan oleh kepala bayi
2) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi
terjadi pendarahan banyak maka segera lihat bagaian lateral
bawah kiri dan kanan dari portio
3) Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek
sehingga perdarahan dapat segera dihentikan, jika setelah
eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan
penjahitan. Jahitan dimulai dari ujung atas robekan
kemudian kea rah luar sehingga semua robekan dapat
dijahit.
4) Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan
5) Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-
tanda infeksi
6) Bila terdapat deficit cairan, lakukan restorasi dan bia kadar
Hb < 8 g% berikan transfusi darah.
f. Penanganan sisa plasenta
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuratase. Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa
17
plasenta dapat dikeluarkan secara manual. Kuretase harus
dilakukan dirumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim
relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus
(Manuaba, 2004).
g. Penanganan manual plasenta
1) Setelah 15 menit pemberian oksitoksin 10 IU IM, plasenta
belum lepas, ulangi pemberian oksitoksin 10 IU IM, tunggu
15 menit
2) Bila sudah 15 menit belum ada tanda-tanda pelepasan,
tidak ada perdarahan pasang infus segera rujuk
3) Bila ada tanda perdarahan lakukan plasenta manual
(Yulianti, 2019).
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.slideshare.net%2Fannisalh%2Fretensio-plasenta-
46199914&psig=AOvVaw2lUT5CqLPtRxXfg1gv53DW&ust
=1581942478881000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQj
RxqFwoTCODP17aH1ucCFQAAAAAdAAAAABAD
2. Terapi penanganan perdarahan post partum secara umum antara lain :
a. Infus dan transfusi darah
b. Tergantung dari sumber perdarahannya :
1) Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka
a) Dijahit kembali
18
b) Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma
2) Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :
a) Lakukan anestesi dengan demikian kuretase dapat dilakukan
dengan aman dan bersih
b) Jaringan yang didapatkan harus dilakukan pemeriksaan
untuk memperoleh kepastian
3) Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
a) Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
b) Berikan antibiotika
c) Berikan pengobatan suportif:
Gizi yang baik
Vitamin dan praparat Fe
4) Hasil patologi anatominya
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan kritis menurut Kurniati (2013) dan
Novialiantoko (2019) antara lain :
1. Pengkajian primer
a. Danger :
Periksa situasi dan kondisi bahaya, pastikan lingkungan aman bagi
pasien dan perawat , sebelum melakukan pertolongan.
b. Response :
Kaji respon pasien, apakah pasien berespons ketika ditanya : Untuk
menentukan kesadaran pasien, gunakan skala AVPU (Alert,
Verbal, Pain, Unresponsive)
c. Airways :
Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan Airways : Jalan
nafas paten, tidak ada benda asing, darah, sputum, lendir, tidak ada
snouring (ngorok), tidak ada gurgling (kumur – kumur), tidak ada
stridor.
d. Breathing :
Cek pernafasan, dan cek apakah ventilasinya adekuat
Pertimbangkan : Oksigen, assist ventilation
19
Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan breathing :
penggunaan otot tambahan, Frekuensi meningkat, Irama nafas
tidak teratur, Kedalaman pernafasan dalam, penggunaan nafas
cuping idung, terdapat bunyi tambahan Wheezing, pasien
terpasang O2,
Diagnosa yang mungkin muncul :
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia
e. Circulation :
1) Kaji denyut nadi (pols) pasien apakah nadi positif, tentukan
apakah nadi adekuat
2) Cek capillary refill.
3) Pertimbangkan : defibrillator, RJP, control perdarahan, elevansi
kaki (kecuali pada spinal injury)
Hasil yang akan muncul pada pemeriksaan Circulation : Turgor
kulit menurun, akral dingin, CTR > N, adanya perdarahan
postpartum, mukosa kering, pucat hingga sianosis, curah jantung
masih adekuat sampai sekitar 15% hingga 20% dari volume darah
total ibu hilang. Kemudian, nadi dan tekanan darah dapat berubah
secara tiba – tiba ketika curah jantung dan volume isi sekuncup
menurun. Pada saat takikardi (100 – 120 kali/menit) dan hipotensi (
sistolik kurang dari 90 – 100 mmHg) terjadi, wanita telah
kehilangan darah sekitar 25% sampai 32% dari volume darahnya,
adanya syok hipovolemik
Diagnosa yang mugkin muncul :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
darah yang berlebihan
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia
3) Perubahan perfusi jaringan, otak berhubungan dengan
hipovolemia
4) Perubahan perfusi jaringan, ginjal berhubungan dengan
hipovolemia
5) Syok berhubungan dengan hipovolemia
20
f. Disability :
Kaji singkat trauma neurologis, cek kemampuan gerak
ekstermitas, cek GCS, latelarisasi pupil/reflek pupil : isokor,
reflek cahaya, dilatasi, lakukan stabilisasi.
Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan disability : adanya
kelemahan, reflek patologis, dilatasi pupil, adanya keluhan nyeri
Diagnosa yang mungkin muncul :
1) Resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan perfusi
jaringan otak
2) nyeri berhubungan dengan prosedur dan terapi
g. Exposure/Envirnmental control :
Kaji pasien dari kepala sampai kaki, lepaskan pakaian pasien agar
dapat mengkaji lebih baik untuk mencari trauma ditempat lain.
Hasil pemeriksaan exposure didapatkan peningkatan suhu tubuh
pasien karena kehilangan cairan.
Diagnosa yang mungkin muncul :
1) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
2. Secondary survey
Secondary survey menurut Herdman, T. Heather. (2015) dan Kurniati
(2013) adalah pengkajian yang terstruktur dan sistematis, bertujuan untuk
mengidentifikasi kondisi pasien lebih detail yang berokus pada :
a. Identas Klien
1) Identitas klien meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya,
tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat
rumah
2) Identitas suami meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan
b. Riwayat kesehatan
Pengkajian terhadap riwayat kesehatan pasien menjadi sangat
penting untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keluhan
saat ini atau kondisi saat ini.
c. Riwayat kehamilan
21
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan
yang direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal (ANC), dan
imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil
d. Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan,
posisi partus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan,
jahitan pada perineum dan perdarahan.
e. Data bayi
Kesulitan dalam melahirkan, APGAR SCOR, untuk menyusui atau
pemberian susu formula dan kelaian kongenitas, yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian
f. Pengkajian masa postpartum
Pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan umum. Tingkat
aktivitas setelah melahirkan, gambaran locea, keadaan perineum,
abdomen, payudara, episiotomy, kebersihan menyusui, dan respon
orang terhadap bayi
g. Pengkajian keperawatan
Perawat mengevaluasi riwayat klien dan data pemeriksaan fisik
untuk mengidentifikasi kemungkinan faktor resiko terjadinya
perdarahan. Kondisi fundus uterus, jumlah perdarahan, dan aliran
lokea diamati secara saksama pada klien selama periode pascapartum.
Perdarahan dapat ditandai dengan keluarnya darah dalam jumlah
yang sangat banyak dan tiba – tiba dari vagina atau genangan darah
yang sangat banyak ditemukan dibawah panggul ibu. Sering kali
perdarahan berlangsung terus, lebih banyak dari perdarahan yang
biasa terjadi pervaginam yang berlanjut selama beberapa jam. Kondisi
ini mungkin tidak dapat dikenali dengan segera sebagai perdarahan,
terutama jika fundus uterus kontraksi dengan baik. Aliran darah yang
terus menerus dari vagina ketika uterus berkontraksi kuat menandakan
perdarahan akibat laserasi pada serviks atau vagina. Adanya bekuan
darah dalam vagina ibu menandakan terjadinya perdarahan berat atau
penggenangan darah di vagina. Kegelisahan, kecemasan, dan rasa
22
haus juga dapat menunjukkan adanya perdarahan yang berlebihan.
Seiring dengan kehilangan darah bertambah banyak, tanda dan gejala
syok hipovolemik menjadi semakin jelas.
Karena mekanisme kompensasi kardiovaskular, perubahan
frekuensi nadi dan tekanandarah mungkin tidak terjadi sampai
kehilangan darah berjumlah besar (1500 mL). Curah jantung masih
adekuat sampai sekitar 15% hingga 20% dari volume darah total ibu
hilang. Kemudian, nadi dan tekanan darah dapat berubah secara tiba –
tiba ketika curah jantung dan volume isi sekuncup menurun. Pada saat
takikardi (100 – 120 kali/menit) dan hipotensi ( sistolik kurang dari 90
– 100 mmHg) terjadi, wanita telah kehilangan darah sekitar 25%
sampai 32% dari volume darahnya.
Ketika diduga ada perdarahan, perawat harus memantau frekuensi
nadi dan tekanan darah setiap 5 sampai 10 menit. Tanda – tanda
perubahan frekuensi nadi dan tekanan darah pada awal terjadinya syok
hipovolemik tidak tampak ketika klien berbaring telentang, perawat
dapat membantu klien untuk duduk. Tindakan ini dapat menyebabkan
pusing, dan takikardi, yang menandakan adanya kehilangan darah
yang signifikan dan syok. Perawat harus waspada terhadap wanita
yang menderita hipertensi yang diinduksi kehamilan (PH, pregnancy
induced hypertension) yang mungkin tekanan darahnya tampak
normal pada awal syok hipovolemik. Namun, wanita tersebut
mengalami gejala syok lebih awal daripada wanita dengan ukuran
tekanan darah normal karena PIH menyebabkan perpindahan cairan
interstisial yang dengan cepat menyebabkan hipovolemia.
h. Pengkajian faktor resiko perdarahan postpartum tertunda atau lambat
23
3. Fibroid uterus makrosomia)
4. Penyakit sistemik 2. Masalah perdarahan
(leukemia, trombositopenia (plasenta previa, solusio
idiopatik, defek koagulasi) plasenta)
3. Trauma persalinan atau
pelahiran (forsep letak
sedang, pelahiran dengan
seksio sesaria, manipulasi
intrauterus)
4. Kontraksi hipertonik –
hipotonik (presipitatus,
disfungsional, persalinan
lama)
5. Anestesi mendalam
6. Hipertensi yang diinduksi
kehmilan
7. Korioamnionitis
8. subinvolusi
24
(1.250 – 1.750ml)
Tekanan darah sistolik < 90
sampai 100 mmHg
Takikardi sedang 100 sampai 120
kali/menit
Vasokontriksi sedang (kulit
pucat, ekstremitas dingin dan
lembab)
Penurunan haluan urine
(oliguaria)
Peningkatan kegelisahan, dapat
mengalami disorientasi
Atoni uterus Penurunan sebanyak 35% - 50%
Tekanan darah sistolik < 60 (1. 800 – 2.500ml)
mmHg, bahkan dapat tidak
teratur oleh menset
Takikardi berat > 120 kali/menit
Vasokontriksi berat (bbir dan jari
– jari tangan pucat, dingin,
lembab dan sianosis)
Haluaran urine berhenti (anuria)
Kondisi mental stupor, letargi,
semikoma
25
- L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi)
- E : Events prior to the illness or injury (kejadian sebelum
injuri/sakit)
2) Poin penting tersebut dikembangkan, OPQRST, sebagai berikut :
- O : Onset
- P : Provication
- Q : Quality
- R : Radiation
- S : Serverity
- T : timing
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang akan muncul pada pasien dengan
perdarahan postpartum menurut Herdman, T. Heather. (2015) dan Reeder,
Sharon J. (2011) antara lain :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
yang berlebihan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia
4. Perubahan perfusi jaringan, otak berhubungan dengan hipovolemia
5. Perubahan perfusi jaringan, ginjal berhubungan dengan hipovolemia
6. Syok berhubungan dengan hipovolemia
7. Resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan perfusi jaringan
otak
8. Nyeri berhubungan dengan prosedur dan terapi
9. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
10. Ketakutan berhubungan dengan kondisi yang mengancam atau
kemungkinan kematian
11. Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan bayi baru lahir,
dampak jangka panjang pada perawatan diri dan perawatan bayi,
kebutuhan tranfusi darah.
26
K. Intervensi Keperawatan
27
volume cairan intake dan pasien
akan teratasi output yang 3 Menjaga
dengan kriteria akurat balance cairan
hasil : 4. Anjurkan pasien
pasien untuk 4 Menjaga
Balance
menginform masukan
cairan
asikan cairan pasien
seimbang
perawat bila 5 Menambah
Tidak ada
haus darah pada
tanda-
5. Atur pasien
tanda
ketersediaan 6 Memantau
dehidrasi
produk intake dan
Intake oral
darah untuk output pasien
dan
transfuse
intravena
bila perlu
adekuat
6. Monitor
intake dan
urin output
setiap 8 jam
28
rentang er 5 mengetahui
normal status
Tidak ada kardiovaskuler
penurunan
kesadaran
29
5. Syok Setelah 1 Membatasi 1 Untuk
Hipovolemi dilakukan jumlah pengurangan
k tindakan perdarahan perdarahan
keperawatan dari uterus postpartum
selama jam postpartum 2 Untuk
diharapkan 2 Mendeteksi pencegahan
pasien tidak dan syok
akan menangani 3 Pemantauan
mengalami pasien yang TTV
syok dengan beresiko 4 Mengetahui
kriteria hasil : mengalami TTV pasien
syok 5 Membantu
TTV dalam
3 Mengumpul pasien
rentang normal
kan dan mengurangi
Asupan dan menganalisi syok
haluaran cairan s data
seimbang kardiovasku
lar,
Kulit hangat
pernafasan,
dan kering
dan suhu
tubuh untuk
menentukan
dan
mencegah
komplikasi
4 Pantau
tanda-tanda
vital
5 Berikan
oksigen, jika
gejala
mengindikas
30
i
perkembang
an ke syok
actual atau
jika
diperlukan
untuk
pengobatan
tanpa henti
faktor resiko
31
7. Nyeri Setelah 1 Kaji nyeri 1. Mengetahui
dilakukan secara nyeri pasien
tindakan komprehensi 2. Mengetahui
keperawatan f reaksi nyeri
selama jam 2 Observasi pasien
diharapkan reaksi 3. Mengurangi
nyeri pasien nonverbal nyeri pasien
teratasi dengan dari 4. Membantu
kriteria hasil : ketidakmamp mengurangi
uan nyeri secara
Nyeri
3 Ajarkan farmakologis
berkurang
pasien teknik 5. Mengetahui
Ekspresi
relaksasi pengalaman
rileks
nafas dalam nyeri pasien
4 Kolaborasi
pemberian
analgetik
5 Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
32
Suhu mukosa suhu pasien
dalam 4 Kompres 5. Memberikan
rentang pasien pada sirkulasi
normal lipat paha udara pasien
36,5-37,5 dan aksila
C 5 Tingkatkan
Nadi dan sirkulasi
RR dalam udara
rentang
normal
33
untuk
menemani
pasien
5 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
34
(Wilkinson, 2017).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui
vagina yang berlebihan kapanpun setelah melahirkan atau aborsi sampai
35
dengan 6 minggu. Perdarahan terjadi dalam 24jam disebut perdarahan
postpartum primer. Kehilangan darah pada persalinan adalah normal dan
ibu telah memiliki persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi,
kehilangan lebih dari 500mL menjadi perunjuk pertimbangan
kemungkinan perdarahan postpartum. Klasifikasi perdarahan postpartum
adalah perdarahan postpartum primer dan sekunder. Perdarahan post
pasrtum disebabkan oleh 4T yaitu tone atau atonia uteri, trauma atau
sobekan vagina, tissue atau adanya produk konsepsi yang tertinggal, dan
thrombin atau koagulopati.
Komplikasi dari perdarahan postpartum antara lain adalah
hipotensi ortostastik, kelelahan, animia (transfusi darah), depresi (post
partum blues), sindroma sheecha (iskemia kelenjar hipofisis anterior),
edema paru, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan faal pembekuan
darah, dan syok perdarahan sampai kematian. Manifestasi klinis secara
umum yang terjadi pada pasien perdarahan postpartum adalah darah
berwarna terang mengalir terus-menerus, mual, haus, pusing, letih
gelisah, pucat, kulit basah berkeringat, ekstremitas dingin, palpasi uterus
lembek, tanda hypovolemi dan syok perdarahan, kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (>500 ml), nadi lemah, tekanan darah rendah,
lochea berwarna merah. Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
dengan perdarahan postpartum adalah kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan darah yang berlebihan, penurunan
curah jantung berhubungan dengan hypovolemia, perubahan perfusi
jaringan, otak berhubungan dengan hypovolemia, perubahan perfusi
jaringan, ginjal berhubungan dengan hypovolemia, syok berhubungan
dengan hypovolemia, pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hypovolemia, resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan perfusi
jaringan otak, nyeri berhubungan dengan prosedur dan terapi, ketakutan
berhubungan dengan kondisi yang mengancam atau kemungkinan
kematian, ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan bayi baru
lahir, dampak jangka panjang pada perawatan diri dan perawatan bayi,
kebutuhan tranfusi darah, resiko gangguan pendekatan orang tua/bayi
36
berhubungan dengan komplikasi dab keharusan pemisahan dari bayi
baru lahir selama terapi. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa
keperawatan pada perdarahan postpartum adalah monitor TTV,
melakukan pendekatan kepada pasien untuk menurunkan ketakutan,
mengkaji tingkat nyeri pasien, memberikan keamanan pasien, memantau
pola nafas pasien dan memantau balance cairan pasien.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan
dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
37
Damayanti, I. P. ( 2014). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin
Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Herdman, T. Heather. (2015).Nanda International Inc. diagnosis
keperawatan:definisi & klasifikasi. Jakarta : EGC
Hidayat, A. N. (2018). Gawat Darurat Medis Dan Bedah . Surabaya: Airlangga
University Press.
Oxorn, Harry dan William R.Forte.(2010).Ilmu Kebidanan : Patologi &
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : ANDI
Rukiyah, Yeyeh Ai, dkk.(2012).Asuhan Kebidanan 4 (Patologi) bagian
2.Jakarta : TIM
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. (2018).Asuhan Kebidanan pada Masa Ibu
Nifas Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi diSertai dnegan contoh
– contoh soal. Jakarta : CV. Trans Info Media
Kurniati Amelia, dkk. (2013). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy, Ist Indonesia.Elsevier Singapore : ELSEVER
Kamitsuru, Shigemi dan Herdman, Heather. 2017. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi Edisi 10. Jakarta:Kedokteran EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004.Penutun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi Ed2.Jakarta : EGC
Novialiantoko, Dwi. 2019.Buku Ajar Asuhan Keperawatan PostPartum
dilengkapi dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa
Keperawatan.Yogyakarta : IKAPI
Reeder, Sharon J. (2011).Keperawatan Martenitas: kesehatan wanita,
bayi&keluarga.Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith. 2017. Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta:Kedokteran
EGC
Yulianti, N. T. (2019). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir .
Makkasar: Cendekia Publisher
38