Anda di halaman 1dari 32

MATERNITAS

KOMPLIKASI PERSALINAN

“PERDARAHAN POST PARTUM”

Dosen Pembimbing: Dr. Nur Elly, SKp. MKes

Disusun oleh: Kelompok 1

1. Dika
2. Dina Anggraini
3. Dinda Rupita
4. Tamara Anelva
5. Venni Harmeilawati Rizki

Kelas : 2 B DIII Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha
Esa,yang mana telah memberikan berkat-Nya kepada kami untuk
menyelesaikan tugas Mata Kuliah “ Maternitas “.
Kami berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini. Dan juga teman-teman
yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, kami menyadari betapa masih banyak nya kekurangan
dari makalah kami ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang cukup
membantu dari teman-teman semua. Terima Kasih.

Manna, 21 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................4
C. Tujuan........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perdarahan Post Partum...........................................6
B. Klasifikasi Perdarahan Post Partum..........................................6
C. Etiologi Perdarahan Post Partum...............................................6
D. Manifestasi Klinis Perdarahan Post Partum .............................8
E. Patofisiologi Perdarahan Post Partum.......................................9
F. Woc Perdarahan Post Partum..................................................10
G. Komplikasi Perdarahan Post Partum.......................................12
H. Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Post Partum..................12
I. Pencegahan Perdarahan Post Partum.......................................13
J. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum...............................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PERDARAHAN
POST PARTUM
I. Pengkajian...............................................................................17
II. Analisa Data............................................................................22
III. Diagnosa Keperawatan............................................................23
IV. Intervensi Keperawatan...........................................................24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................31
B. Saran........................................................................................31
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum
hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat
implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya,
atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai
meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam
setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat
perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi
perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang
keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas
tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650
ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan
oleh  perdarahan post partum.
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus
dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk
plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia
merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20
tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab
tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan
dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat
terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi
perineum, laserasi vagina, cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perdarahan post partum ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan perdarahan post
partum?

4
C. Tujuan
Membantu mahasiswa untuk memahami konsep dasar perdarahan
post partum dan asuhan keperawatan pada pasien dengan perdarahan post
partum.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500
ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih
setelah seksio sesaria (Leveno, 2009; WHO, 2012).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih
dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr.
Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500
ml selama dan atau setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca partum (akhir dari
puerperium) (Doenges, 2001 : 487).
B. Klasifikasi Perdarahan Post Partum
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan pasca
persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal. 
C. Etiologi Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk
berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi
penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi
pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya

6
pendarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh
darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas
sebagian atau lepas keseluruhan. Miometrium terdiri dari tiga lapisan
dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal
kontraksi untuk menghentikan pendarahan pasca persalinan.
Miometrum lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh
pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah
lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk
angka delapan. Setelah partus, dengan adanya susunan otot seperti
tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh darah.
Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan
menyebabkan terjadinya pendarahan pasca persalinan. 
2. Robekan jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi (Prawirohardjo, 2010).
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan.
4. Inversio uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan
mengalami inverse jika bagian dalam menjadi diluar saat melahirkan
plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya
waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil
dan uterus akan terisi darah. Inversio uteri dapat menyebabkan

7
pendarahan pasca persalinan segera, akan tetapi kasus inversio uteri ini
jarang sekali ditemukan.
5. Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada
pembekuan darah. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor
pembekuan dan penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala
kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa hipofibrinogenemia,
(Wiknjosastro, 2006; Prawirohardjo, 2010).
D. Manifestasi klinis Perdarahan Post Partum
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah,
letih, tekanan darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syok
hemorogik
Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima
yaitu :
1) Antonia Uteri
Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir
2) Robekan jalan lahir
Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi
lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang
timbul pucat, lemah, menggigil.
3) Retensio plasenta
Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi
uterus baik.
4) Tertinggalnya sisa plasenta
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,
perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

5) Inversio uterus
Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera,
nyeri berat.

8
E. Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam
uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah
dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat
insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka
tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan
darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan
kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor
utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan
menambah perdarahan seperti robekan serviks, vagina dan perineum.

9
F. WOC Perdarahan Post Partum
etiologi

Atonio uteri Persalinan dg tindakan Retensio Inversio uteri


(episotomi), robekan servik, plasenta
robekan perinueum
Kegagalan miometrum Fundus uteri terbalik
Plasenta tdk dpt terlepas, sbgn/seluruhnya masuk kedlm
u/ berkontraksi
Terputusnya kontiniutas masih ada sisa plasenta dlm cavum uteri
pembuluh darah rahim
Uterus dlm keadaan relaksasi,
melebar, melembek Lingkaran kontriksi uterus
Mengganggu kontraksi akn mengecil
uterus
Pembuluh darah tdk mampu
Uterus akan
berkontraksi Pembuluh darah tdk dpt terisi dg darah
menutup

Pembuluh darah tetap


terbuka

PENDARAHAN POST PARTUM (PENDARAHAN


PASCA PERSALINAN)

10
Penurunan jml Berlangsung secara Terbentuknya porte de Persalinan dg tindakan
cairan intra terus menerus entre (pintu masuknya (episiotomi), robekan servik,
veskuler virus & bakteri patogen) robekan perineum

Jumlah HB dlm Volume darah Virus & bakteri dpt dg mudah Prosedur invansif
darah menurun menurun masuk ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan infeksi
Terputusnya
Mk: Hipovolemia kontinuitas jaringan
Suplai O2 ke
jaringan Mk : Resiko
menurun infeksi

nyeri
Hipoksia jaringan

Mk : Nyeri akut
5L, mukosa pucat, akral
MK: Gangguan perfusi
dingin, konjungtiva anemis,
jaringan
nadi lebih cepat tapi lemah

11
G. Komplikasi Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
1. Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya
kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan
gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan
hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat,
maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan
selanjutnya merusak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di
ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak
terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan
perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah.
Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu
pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan
ASI bayi.
3. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum
sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat
menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat
mempengaruhi sistem endokrin.
H. Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Post Partum
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan.
2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan
konsepsi intrauterine.
3. Kultur uterus dan vaginal

12
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi.
4. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan
fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial.
5. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
6. Sonografi
Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
I. Pencegahan Perdarahan Post Partum
Pencegahan PPP dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III.
Manajemen aktif kala III adalah kombinasi dari pemberian uterotonika segera
setelah bayi lahir, peregangan tali pusat terkendali, dan melahirkan plasenta.
Setiap komponen dalam manajemen aktif kala III mempunyai peran dalam
pencegahan perdarahan postpartum (Edhi, 2013).
Semua wanita melahirkan harus diberikan uterotonika selama kala III
persalinan untuk mencegah perdarahan postpartum. Oksitosin ( IM/IV 10 IU )
direkomendasikan sebagai uterotonika pilihan. Uterotonika injeksi lainnya
dan misoprostol direkomendasikan sebagai alternatif untuk pencegahan
perdarahan postpartum ketika oksitosin tidak tersedia. Peregangan tali pusat
terkendali harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dalam
menangani persalinan. Penarikan tali pusat lebih awal yaitu kurang dari satu
menit setelah bayi lahir tidak disarankan (WHO, 2012).
J. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi
dengan kuat, uterus harus diurut :
o   Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian
bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.
Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat
meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan

13
nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi
karena penyebab lain selain atoni uteri.
o   Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus
uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus
dilakukan.
o   Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai
selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang
berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau
fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang
dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya
laserasi.
o   Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang
beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan
rendam duduk setelah 12 jam.
o   Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran
jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh
darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan
ini belum dilakukan diruang persalinan.
o   Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal,
terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan
mengurut uterus secara efektif
o   Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,
dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,
untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
o   Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan
kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
o   Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10
L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.
 Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia

14
o   Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus
segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah
terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan
dengan urutan sebagai berikut:
o   Pasang infus.
o   Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau
ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc.
o   Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.
o   Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;
o   Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
o   Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
o   Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau
kompresi aorta.
 Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:
o   Pemberian uterotonika intravena.
o   Kosongkan kandung kemih.
o   Menekan uterus-perasat Crede.
o   Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta. Tentu saja, urutan di
atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan penolong
memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan
operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika
intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama.
o   Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir. Perdarahan
pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa
terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan
lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari
perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut
dan jarum bulat.

15
o   Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon
pada liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu
memasang infus dan pemberian uterotonika intravena
Penatalaksanaan Keperawatan
1)      Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase pada uterus jika uterus
masih dapat teraba.
2)      Kaji kondisi pasien (misalnya kepucatan, tingkat kesadaran) dan perkiraan
darah yang keluar.
3)      Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan
pencocokan silang.
4)      Pasang infus IV sesuai instruksi medis.
5)      Jika pasien mengalami syok pastikan jalan nafas selalu terbuka palingkan
wajah kesamping dan berikan oksigen sesuai dengan indikasi sebanyak 6-
8 liter/menit melalui masker atau nasal kanul.
6)      Mengeluarkan setiap robekan uterus yang ada dan menjahit ulang jika
perlu.
7)      Pantau kondisi pasien dengan cermat. Meliputi TTV, darah yang hilang,
kondisi umum (kepucatan, tingkat kesadaran) asupan kesadaran dan
haluaran urine dan melakukan pencatatan yang akurat.
8)      Berikan kenyamanan fisik (posisi yang nyaman) dan hygiene, dukungan
emosionil, lakukan instruksi medis dan laporkan setiap perubahan pada
dokter.

16
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Identitas klien Meliputi nama klien, Jenis kelamin, usia/tanggal lahir,
status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, dan alamat.
B. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien yang mengalami perdarahan postpartum yaitu
pasien mengalami perdarahan dalam jumlah cukup banyak, merasa pusing,
nyeri perut, dan lemah.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien kehilangan darah cukup banyak
( >500ml ), tekanan darah rendah, pucat, merasa mual muntah, badan
menggigil, pusing, CRT : >3 detik.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh pasien
sebelumnya, misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan
penyakit apa, seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat keluarga yang pernah atau sedang
menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
F. Riwayat Obstetrik
1)      Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT

17
2)      Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa,
Usia mulai hamil
3)      Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
o   Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta
o   Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir
o   Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan,
ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri
dan kontraksi
G. Riwayat Pola Kebiasaan:
Tabel 1.1 riwayat pola kebiasaan
N POLA KEBUTUHAN DSAR POLA KEBIASAAN
O MANUSIA

1. KEBUTUHAN Klien yang mengalami gangguan pada


OKSIGENISASI system pernafasan yaitu sianosis, pucat
serta anemis.

2. KEBUTUHAN NUTRISI Porsi yang dihabiskan, keluhan mual dan


DAN CAIRAN muntah, dan biasanya klien menglami
perubahan pola makanan serta tidak
nafsu makan.

3. KEBUTUHAN ELIMINASI Mengakaji kebiasaan eliminasi (jumlah,


warna, apakah ada gangguan).
Pada pasien mengeluh sulit BAK, BAK
sedikit-sedikit, dan pasien mengatakan
tidak nyaman dipasang kateter.

18
4. KEBUTUHAN ISTIRAHAT Kebiasaan tidur siang dan malam, berapa
DAN TIDUR jam sehari, bagaimana perubahannya
setelah sakit, dan biasanya klien sering
terbangun dan susah tidur karena nyeri
perut dan menggigil.

5. KEBUTUHAN Apakah ada pembatas aktifitas dan


AKTIVITAS/MOBILISASI mobilisasi, apabila terasa sesak nafas
saat beraktivitas. Dan biasanya pada
pasien perdarahan postpartum
mengalami gangguan aktivitas terpasang
kateter dan nyeri bawah perut.

6. KEBUTUHAN RASA Pada pasien perdarahan lostpartum


NYAMAN biasanya mengalami gangguan rasa
nyaman yang meliputi PQRST
P : nyeri biasanya timbul disebabkan
oleh perdarahan yang dialami
Q : kualitas nyeri biasanya seperti
tertekan dan sakit.
R : Nyeri yang dirasakan biasanya
dibagian perut bawah
S : skala nyeri yang biasa dialami yaitu
skala 5-6 ( sedang).
T : Nyeri biasanya hilang timbul

7. KEBUTUHAN PERSONAL Mandi, kebersihan badan, gigi dan


HYGIENE mulut, rambut, kuku dan pakaian. Dan
biasanya klien yg mengalami gangguan
dalam proses pemenuhan personal

19
hygiene nya.

H. Pengakajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi, Olfaksi)


1. Pemeriksaan fisik umum
Biasanya keadaan umum klien compos mentis (CM) dan tampak lemah,
anemis dan akan berubah sesuai tingkatan gangguan yang melibatkan
perfusi sistem saraf pusat.
2. Sistem pengelihatan
Biasanya penglihatan pada klien tidak terganggu.
3. Sistem pendengaran
Biasanya klien tidak terdapat masalah pada pendengaran dan
keseimbangan
4. System pernafasan
Biasanya klien mengalami gangguan pernafasan yaitu sianosis, pucat dan
akan terganggu bila telah parah komplikasinya.
5. System kardiovaskuler
Pada pemeriksaan nadi lemah, tekanan darah menurun dan temperature
kulit biasanya terasa dingin, menggigil serta warna kulit biasanya klien
tampak pucat.
6. System hematologi
Biasanya keadaan umum klien tampak pucat dan terdapat pendarahan
pada klien
7. System syaraf pusat
Kesadaraan klien kompos mentis, pengkajian objektif klien berupa adanya
wajah meringis, nyeri perut.
8. System pencernaan
Klien biasanya kehilangan nafsu makan, terdapat mual muntah.
Abdomen : distensi, nyeri tekan, TFU 2 jari di atas pusat
9. System reproduksi

20
Pasien terpasang kateter, terdapat luka antara jalan lahir juga anus, pada
vulva terdapat lochea berwarna merah kecoklatan jumlahnya sedikit dan
tidak berbau tidak ada hemoroid dan pasien mengatakan terasa nyeri.
10. System endokrin
Biasanya klien tidak terdapat gangguan pada sistem endokrin
11. System urogenital
Klien biasanya mengeluh sulit BAK dan tidak nyaman akibat dipasang
kateter
12. System integument
Biasanya klien mengalami kulit pucat, sianosis, turgor kulit menurun dan
dingin, CRT > 3 detik
13. System muskuloskletal
Biasanya klien mengalami nyeri perut yang mengganggu aktivitas dan
ektremitas terasa dingin.
I. Riwayat Psikososial Dan Spritual
1. Riwayat psikologis
yaitu meliputi prilaku klien, perasaan, dan emosi yg dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
2. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll.
3. Riwayat spiritual
Yaitu kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah, apakah sering atau
tidak.
II. Analisa Data

No Data senjang Penyebab Masalah


1. Ds : Kehilangan Hipovolemia
- Merasa lemah cairan aktif

21
Do : ( perdarahan )
- Turgor kulit menurun
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah
menurun
- Volume urine
menurun
- kehilangan darah
cukup banyak
( >500ml )

2. Do : Kekurangan Perfusi
- CRT > 3 detik volume cairan perofer tidak
- Nadi lemah efektif
- Akral teraba digin
- Warna kulit pucat
- Turgor kulit menurun
3. Do : Agen pencendera Nyeri Akut
- Tampak meringis fisiologis
- Pola napas berubah (mis.perdarahan
- Gelisah postpartum)
- Nafsu makan berubah

III. Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat
perdarahan postpartum
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan kekurangan volume
cairan

22
3. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencendera fisiologis
(mis.perdarahan postpartum)

23
IV. Intervensi Keperawatan

PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO. Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Tindakan RASIONAL
KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)
1. Hipovolemia b/d Setelah dilakukan asuhan SLKI : Manajemen
kehilangan cairan aktif keperawatan selama ...X 24 hipovolemia 1. Meng
Gejala dan tanda mayor jam, diharapkan pasien 1. Periksa tanda dan etahui tanda dan
Ds : mampu menunjukkan gejala hipovolemia gejala
- Merasa lemah hipovolemia
Do : SLKI : Status cairan pada pasien
- Turgor kulit Dipertahankan pada ... 2. Meng
menurun Ditingkatkan pada ... 2. Monitor intake dan etahui balance
- Nadi teraba lemah output cairan cairan pada
- Tekanan darah 1. Memburuk pasien
menurun 2. Cukup memburuk 3. Hitung kebutuhan 3. Meng
- Volume urine 3. Sedang cairan etahui
menurun 4. Cukup membaik kebutuhan
- kehilangan darah 5. Membaik cairan passien,
cukup banyak untuk dapat

24
( >500ml ) Dengan kriteria hasil : memenuhi
1. Frekuensi nadi kebutuhan
1/2/3/4/5 4. Anjurkan cairannya
2. Tekanan darah memperbanyak 4. Meny
1/2/3/4/5 asupan cairan oral uruh pasien
3. Tekanan nadi banyak minum
1/2/3/4/5 agar memenuhi
4. Membran mukosa kebutuhan
1/2/3/4/5 cairan pada
5. Kadar Hb 1/2/3/4/5 5. Kolaborasi tubuh pasien
pemberian cairan IV 5. Meme
isotonis (mis. NaCl, nuhi kebutuhan
RL) cairan pada
6. Kolaborasi pasien
pemberian cairan IV 6. Meme
hipotonis (mis. nuhi kebutuhan
Glukosa 2,5%, NaCl cairan pada
0,4%) pasien
7. Kolaborasi
pemberian produk 7. Meng

25
darah gantikan darah
yang hilang
pada pasien
2. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen cairan
b/d kekurangan volume keperawatan selama ...X 24 1. Monitor status hidrasi 1. Mengetahui
cairan jam, diharapkan pasien (mis. Frekuensi nadi, status Frekuensi
- CRT > 3 detik mampu menunjukkan kekuatan nadi, akral, nadi, kekuatan
- Nadi lemah pengisian kapiler, nadi, akral,
- Akral teraba digin SLKI : Tingkat perdarahan kelembaban mukosa, pengisian
- Warna kulit pucat turgor kulit, tekanan kapiler,
- Turgor kulit Dipertahankan pada ... darah) kelembaban
menurun Ditingkatkan pada ... mukosa, turgor
1. Memburuk kulit, tekanan
2. Cukup memburuk darah pada
3. Sedang pasien dan
4. Cukup membaik mengetahui
5. Membaik perkembnganny
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor hasil a
1. Hemoglobin 1/2/3/4/5 pemeriksaan 2. Mengetahui
2. Hematokrit 1/2/3/4/5 laboratorium (mis. perkembanga

26
3. Tekanan darah MAP, CVP, PAP, hasil
1/2/3/4/5 PCWP jika tersedia ) laboratorium
4. Denyut nadi apikal 3. Cata intake-output pasien
1/2/3/4/5 dan hitung balance 3. Mengethui
Suhu tubuh 1/2/3/4/5 cairan 24 jam balance cairan
4. Berikan asupan pada pasien
cairan sesuai 4. Memenuhi
kebutuhan kebutuhan
cairan sesuai
kebutuhan
5. Berikan cairan pasien
intravena bila perlu 5. Memenuhi
kebutuhn cairan
6. Kolaborasi pada pasien
pemberian diuretik 6. Untuk
jika perlu mengeluarkan
kelebihan cairan
yang
menumpuk pada
pasien

27
3. Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen Nyeri
pencendera fisiologis keperawatan selama ...X 24
(mis.perdarahan jam, diharapkan pasien 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui
postpartum) mampu menunjukkan karakteristik, durasi, lokasi,
frekuensi, kualitas, karakteristik,
SLKI : Tingkat nyeri intensitas nyeri durasi,
Dipertahankan pada ... frekuensi,
- Tampak meringis Ditingkatkan pada ... kualitas, dan
- Pola napas berubah intensitas nyeri
- Gelisah 1. Meningkat yang dirasakan
- Nafsu makan 2. Cukup meningkat klien
berubah 3. Sedang 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui
4. Cukup menurun tingkat nyeri
5. Menurun yang dirasakan
pada klien
Dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang 3. Mengetahui
1. Keluhan nyeri memperberat dan faktor apa saja
1/2/3/4/5 memperingan nyeri yang dapat
2. Meringis 1/2/3/4/5 memperberat
3. Sikap protektif dan

28
1/2/3/4/5 memperingan
4. Gelisah 1/2/3/4/5 nyeri
Kesulitan tidur 1/2/3/4/5 4. Berikan teknik 4. Memberikan
Setelah dilakukan asuhan nonfarmakologis untuk edukasi dan
keperawatan selama ...X 24 mengurangi rasa nyeri kemudahan bagi
jam, diharapkan pasien klien apabila
mampu menunjukkan rasa nyeri
tersebut muncul
SLKI : Tingkat perdarahan klien mampu
mengontrol
Dipertahankan pada ... nyeri secara
Ditingkatkan pada ... mandiri
6. Memburuk 5. Memberikan
7. Cukup memburuk 5. Jelaskan penyebab, informasi
8. Sedang periode, dan pemicu nyeri kepada klien
9. Cukup membaik mengenai
10. Membaik penyebab,
Dengan kriteria hasil : waktu dan
5. Hemoglobin 1/2/3/4/5 faktor pemicu
6. Hematokrit 1/2/3/4/5 terjadinya nyeri

29
7. Tekanan darah 6. Memberikan
1/2/3/4/5 6. Jelaskan strategi informasi
8. Denyut nadi apikal meredakan nyeri mengenai
1/2/3/4/5 langkah-
9. Suhu tubuh 1/2/3/4/5 langkah yang
dapat
mengurangi rasa
nyeri

30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau
lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah
seksio sesaria (Leveno, 2009; WHO, 2012).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24
jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600
cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar,
MPH, 1998).
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan
lahir dan inversio uteri.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan pasca persalinan
sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak
baik, atau sisa plasenta yang tertinggal. 
B. Saran
Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dan untuk para tim medis agar dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan
perdarahan postpartum.

31
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB.
Lippincot Company, Philadelpia.
Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia,
Jakarta.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya
Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.
Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung

32

Anda mungkin juga menyukai