Kelompok 6 :
1. Tri Gunawan
2. Valerian Haidar
3. Vanny Puspita sari
4. Venni harmeilawati R
5. Veny Eka Marisca
6. Welda Anjelina
Pengertian
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis
(Brunner & Suddarth, 2001). Trauma medulla spinalis adalah
kerusakan tulang dan sumsum yang mengakibatkan gangguan sistem
persyarafan didalam tubuh manusia yang diklasifikasikan sebagai :
a. Komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)
b. Tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi motorik)
Beberapa yang berhubungan dengan trauma medula spinalis seperti :
a. Quadriplegia adalah keadaan paralisis/kelumpuhan pada ekstermitas
dan terjadi akibat trauma pada segmen thorakal 1 (T1) keatas.
Kerusakan pada level akan merusak sistem syaraf otonom khsusnya
syaraf simpatis misalnya adanya gangguan pernapasan .
Pengertian
c. Komplit Quadriplegia adalah gambaran dari hilangnya
fungsi modula karena kerusakan diatas segmen serfikal 6
(C6).
d. Inkomplit Quadriplegia adalah hilangnya fungsi neurologi
karena kerusakan dibawah segmen serfikan 6 (C6).
e. Refpiratorik Quadriplegia (pentaplagia) adalah kerusakan
yang terjadi pada serfikal pada bagian atas (C1-C4)
sehingga terjadi gangguan pernapasan.
f. Paraplegia adalah paralisis ekstermitas bagian bawah,
terjadi akibat kerusakan pada segmen parakal 2 (T2)
kebawah.
Anatomi Fisiologi
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Status Nutrisi
Patofisiologi
Whiplash adalah gerakan dorsapleksi dan
anterofleksi berlebihan dari tulang belakang secara
cepat dan mendadak.Trauma whiplash terjadi pada
tulang belakang bagian servikalis bawah maupun
torakalis bawah misal; pada waktu duduk dikendaraan
yang sedang cepat berjalan kemudian berhenti secara
mendadak.
Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa
hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertical (terutama
pada T.12 sampai L.2)
Patofisiologi
Akibat hiperekstensi dislokasio, fraktur dan whislap radiks
saraf spinalis dapat tertarik dan mengalami jejas/reksis.pada
trauma whislap, radiks columna 5-7 dapat mengalami hal
demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler spontan
yang bersifat hiperpatia, gambaran tersebut disebut hematorasis
atau neuralgia radikularis traumatik yang reversible. Jika radiks
terputus akibat trauma tulang belakang, maka gejala defisit
sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan
terputusnya arteri radikuler terutama radiks T.8 atau T.9 yang
akan menimbulkan defisit sensorik motorik pada dermatoma dan
miotoma yang bersangkutan dan sindroma sistema anastomosis
anterial anterior spinal.
Mekanisme Terjadinya Cedera Medulla
Spinalis
1) Fleksi
2) Fleksi dan Rotasi
3) Kompresi Vertikal (aksial)
4) Hiperekstensi atau retrofleksi
5) Fleksi lateral
6) Fraktur dislokasi
Klasifikasi Cedera Medulla Spinalis
a. Perubahan refleks
b. Spasme otot
c. Spinal shock
d. Autonomik dysrefleksia
e. Gangguan fungsi seksual.
Komplikasi
a. Pendarahan mikroskopik
b. Hilangnya sensasi, kontrol motorik, dan refleks.
c. Syok spinal.
d. Hiperrefleksia otonom.
e. Syok hipovolemik
f. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati
intravaskuler diseminata (KID).
g. Emboli lemak
Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X spinal
b. CT-Scan
c. MRI
d. Mielografi.
e. Foto rontgen thorak, memperlihatkan keadan paru (contoh :
perubahan pada diafragma, atelektasis)
f. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi
g. Serum kimia, adanya hiperglikemia atau hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, kemungkinan menurunnya Hb dan
Hmt.
h. Urodinamik, proses pengosongan bladder.
Penatalaksanaan
a. Analgesik.
Obat-obatan anti-inflammatory drugs
(NSAID)
b. Suntikan kortikosteroid
c. Fisioterapi
d. Stimulasi Listrik
e. Ultrasound
f. Traksi tulang
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama , usia , jenis kelamin , pendidikan , alamat , pekerjaan ,
agama , suku bangsa , tanggal dan jam masuk rumah sakit , nomor register,
dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama trauma medulla spinalis biasanya nyeri,kelemahan dan
kelumpuhan ekstremitas, inkontinensia urine dan inkontinensia alvi, nyeri
tekan otot,hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada
daerah trauma.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang akibat kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, jatuh dari pohon atau bangunan,
luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman (fraktur chance), dan
kejatuhan benda keras. Pengkajian yang didapat meliputi hilangnya
sensibilitas, paralisis (dimulai dari paralisis layu disertai hilangnya
sensibilitassecara total dan melemah/menghilangnya refleks alat dalam)
ileus paralitik, retensi urine, dan hilangnya refleks-refleks.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila
klien tidak sadar tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan
alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka kebut-kebutan.
f. Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,
yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya
perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan manifestasi
yang berbeda pada setiap klien yang mengalami cedera tulang belakang.
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan
akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan
aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
Konsep Asuhan Keperawatan
2. Pola Kebiasaan
a. Aktifitas /Istirahat.
Tanda:Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok spinal pada bawah lesi.
Kelemahan umum / kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).
b. Sirkulasi.
Gejala: berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi.
Tanda:hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.
Hilangnya keringat pada daerah yang terkena.
c. Eliminasi.
Tanda: retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis
berwarna seperti kopi tanah /hematemesis, Inkontinensia defekasi berkemih.
d. Integritas Ego
Gejala: menyangkal, tidak percaya, sedih, marah.
Tanda: takut, cemas, gelisah, menarik diri.
e. Makanan /cairan
Tanda: mengalami distensi abdomen yang berhubungan dengan omentum., peristaltik
usus hilang (ileus paralitik)
f. Higiene.
Tanda: sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)
g. Neurosensori.
Tanda: kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada
syok spinal). Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembaki normak setelah
syok spinal sembuh). Kehilangan tonus otot /vasomotor, kehilangan refleks /refleks
asimetris termasuk
tendon dalam. Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat bagian tubuh yang
terkena karena pengaruh trauma spinal.
Gejala: kebas, kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flaksid atau
spastisitas dapat terjadi saat syok spinal teratasi, bergantung pada area spinal yang
sakit.
h. Nyeri /kenyamanan.
Gejala: Nyeri atau nyeri tekan otot dan hiperestesia tepat di atas
daerah trauma,
Tanda: mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.
i. Pernapasan.
Gejala: napas pendek, kekurangan oksigen, sulit bernapas.
Tanda: pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi
napas, ronki, pucat, sianosis.
j.Keamanan.
Suhu yang berfluktasi (suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).
k. Seksualitas.
Gejala: keinginan untuk kembali berfungsi normal.
Tanda: ereksi tidak terkendali (priapisme), menstruasi tidak teratur.
Pemeriksaan Fisik
a)Keadaan Umum
Kesadaran umumnya mengalami penurunan kesadaran. Tanda-tanda vital kadang
abnormal dan bervariasi
2. Kardiovaskular
Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien cedera tulang belakang didapatkan
renjatan (syok hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat. Hasil pemeriksaan
kardiovaskular kliencedera tulang belakang pada beberapa keadaan adalah
tekanan darah menurun, bradikardia, berdebar-debar, pusing saat melakukan
perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau pucat.
3. Persyarafan
Tingkat kesadaran. Tingkat keterjagaan dan respons terhadap Iingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Pemeriksaan fungsi
serebral. Pemeriksaan dilakukan dengan mengobservasi penampilan, tingkah laku,
gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Klien yang telah lama
mengalami cedera tulang belakang biasanya mengalami perubahan status mental.
Pemeriksaan Saraf kranial:
Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulang belakang dan
tidak ada kelainan fungsi penciuman.
Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi
normal.
Saraf III, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata dan pupil isokor.
Saraf V. Klien cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Ada
usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi, Indra pengecapan normal.
4. Refleks:
Pemeriksaan refleks dalam. Refleks Achilles menghilang dan refleks patela biasanya
melemah karena kelemahan pada otot hamstring.
Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks fisiologis akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali yang didahului dengan refleks
patologis.
Refleks Bullbo Cavemosus positif menandakan adanya syok spinal
Pemeriksaan sensorik. Apabila klien mengalami trauma pada kaudaekuina, mengalami
hilangnya sensibilitas secara me-netap pada kedua bokong, perineum, dan anus.
Pemeriksaan sensorik superfisial dapat memberikan petunjuk mengenai lokasi cedera
akibat trauma di daerah tulang belakang
5. Perkemihan
Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis
urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
perfusi pada ginjal.
6. Pencernaan
ada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering dida-patkan adanya ileus paralitik. Data
klinis menunjukkan hilangnya bising usus serta kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini
merupakan gejala awal dari syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan kurangnya asupan nutrisi.
7. Muskuloskletal.
Paralisis motor dan paralisis alat-alat dalam bergantung pada ketinggian
terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi
segmental dari saraf yang terkena
Diagnosa Keperawatan