Anda di halaman 1dari 17

Makalah Manajemen Keperawatan

“Perilaku Organisasi”

Dosen Pembimbing : Ns. Mardiani,S.Kep,MM

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Jevi Opini ( P05120218012)


2. Melissa Desfa Fitri ( P05120218020 )
3. Nabila Fitriani ( P05120218024 )
4. Obi Aji Husein ( P05120218028 )
5. Retno Ajeng Wulandari ( P05120218031 )
6. Rinsi Utami ( P05120218033)

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat,
petunjuk dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Perilaku Organisasi” ini telah selesai
disusun untuk memenuhi tugas Manajemen keperawatan.

Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini, yang telah membimbing kami sehingga makalah ini telah selesai
disusun.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu kami meminta maaf dan tentunya juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan bagi para pembaca.

Bengkulu, 4 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.....................................................................................................1
2. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
3. Tujuan.................................................................................................................2
4. Manfaat...............................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Perilaku Organisasi..............................................................3-4


2. Tingkatan Analisis Dari Perilaku Organisasi..........................................4
3. Model Dari Perilaku Organisasi.............................................................5
4. Bekerja Dengan Tim............................................................................5-9
5. Iklim Dan Model Dari Perilaku Organisasi..........................................9-11
6. Sistem Sosial Dalam Perilaku Organisasi...........................................11-13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan ....................................................................................................14
2. Saran ..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang


perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatuorganisasi serta
dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi ini adalah
sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi,dengan
memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan
psikologi.

Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber
daya manusia dan psikologi industri.Organisasi dalam pandangan beberapa pakar
seolah-olah menjadi suatu “binatang” yang berwujud banyak, namun tetap memiliki
kesamaan konseptual. Atau dengan kata lain, rumusan mengenai organisasi sangat
tergantung kepada konteks dan perspektif tertentu dari seseorang yang merumuskan
tersebut.
Setiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda dalam hidupnya, karena
pengaruh pengetahuan dan pengalamannya yang berbeda. Namun setiap manusia akan
sama dalam satu hal yaitu ingin mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Bagi masyarakat pada era industrialisasi sekarang ini, pekerjaan merupakan
suatu aspek kehidupan yang sangat penting. Bagi masyarakat modern bekerja
merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan
berupa uang atau jasa, ataupun dalam rangka mengembangkan dirinya.
Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang
mengirim dan menerima pesan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. hal Ini
mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari
apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau
komunikasi masa. Dalam komunikasi ini kita juga akan menyinggung sedikit tentang
Perhatian, Pemahaman dan Mengingat Informasi.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu pengertian dari perilaku organisasi?
2. Apa tingkatan dari perilaku organisasi?
3. Apa model dalam perilaku organisasi ?
4. Bagaimana bekerja dengan tim ?
5. Apa saja iklim dan model dalam perilaku organisasi?
6. Apa itu sistem sosial dalam perilaku organisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa dapat memahami manajamen keperawatan tentang
perilaku organisasi
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian dari perilaku organisasi
b. Agarmahasiswa dapat memahami tingkatan analisis dari perilaku organisasi
c. Agarmahasiswa dapat menguraikan model dari perilaku organisasi
d. Agarmahasiswa dapat menguraikan bagaimana bekerja dengan tim
e. Agarmahasiswa dapat menguraikan iklim dan model dari perilaku organisasi
f. Agarmahasiswa dapat memahami sistem sosial dalam perilaku organisasi

D. MANFAAT
1. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian dari perilaku organisasi
2. Agarmahasiswa dapat memahami tingkatan analisis dari perilaku organisasi
3. Agarmahasiswa dapat menguraikan model dari perilaku organisasi
4. Agarmahasiswa dapat menguraikan bagaimana bekerja dengan tim
5. Agarmahasiswa dapat menguraikan iklim dan model dari perilaku organisasi
6. Agarmahasiswa dapat memahami sistem sosial dalam perilaku organisasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Perilaku organisasi adalah suatu studi yang mempelajari tingkah laku manusia
dimulai dari tingkah laku secara individu, kelompok dan tingkah laku ketika
berorganisasi, serta pengaruh perilaku individu terhadap kegiatan organisasi dimana
mereka melakukan atau bergabung dalam organisasi tersebut.
Perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang mengamati tentang
pengaruh perilaku individu, kelompok dan perilaku dalam struktur organisasi dengan
maksud untuk mendapatkan pengetahuan guna memperbaiki keefektifan organisasi.
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap
kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).

Pengertian prilaku organisasi menurut beberapa ahli,sebagai berikut :

Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang
menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu
kelompok tertentu.

John (1983) yang menyebutkan bahwa perilaku organisasi merupakan suatu


istilah yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan perilaku individu dan
kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi sistematis tentang sikap dan
perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antar pribadi di dalam konteks
organisasi.

James L. Gibson, John. M. Ivancevich, James. H. Donelly Jr. (1986)


menyebutkan bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah studi tentang perilaku
manusia, sikapnya dan hasil karyanya dalam lingkungan keorganisasian.

Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam
organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki
keefektifan organisasi.
Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana organisasi di bentuk, tumbuh
dan berkembang

Drs. Adam Indrawijaya, perilakuorganisasi adalah suatu bidang studi yang


mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek
pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap anggota.

Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan
pengaruh lingkungan.

Larry L Cummings bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, suatu
cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil
penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.

B. TINGKATAN ANLISIS

Kejadian-kejadian atau permasalahan yang terjadi dalam organisasi dapatdianalisis


dari tiga tingkatan analisis, yaitu : tingkat individu, kelompok dan organisasi. Pada tingkat
individu, kejadian yang terjadi dalam organisasi dianalisis dalam hubungannya dengan
perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam suatu situasi. Masing-masing orang
dalam organisasi memiliki sikap, kepribadian, nilai dan pengalaman yang berbeda bedayang
mempengaruhinya dalam berperilaku.
a. Pada tingkat kelompok, perilaku anggota kelompok dipengaruhi oleh dinamika
anggota kelompok, aturan kelompok, aturan kelompok dan nilai-nilai yang dianut
oleh kelompok.
b. Pada tingkat organisasi, kejadian-kejadian yang terjadi dalam kontek struktur
organisasi, struktur dan posisi seseorang dalam organisasi membawa pengaruh pada
setiap interaksi sosial dalam organisasi.
c. Struktur organisasi mempengaruhi bagaimana informasi dikomunikasikan dan
keputusan tersebut. Faktor lingkungan eksternal memiliki pengaruh yang kuat pada
masing-masing tingkatan analisis. Misalnya rendahnya produktivitas, karyawan yang
malas/tidak masuk kerja. Kelambanan dalam penyelesaian unjuk rasa dan dipihak lain
banyaknya desakan factor lingkungan yang mempengaruhi efektifitas organisasi,
seperti: Tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas tinggi, persaingan yang
bersifat global, fluktuasi ekonomi, tuntutan gaya hidup dll.
C. MODEL PERILAKU ORGANISASI

Menurut Davis dan Newstorm (1985), ada empat model perilaku organisasi
yang menunjukkan evolusi pemikiran dan perilaku pada bagian manajemen dan
manajer. Empat model atau kerangka kerja organisasi adalah:
a. Otokratis – Dasar dari model ini adalah kekuatan dengan orientasi manajerial
otoritas. Para karyawan pada gilirannya berorientasi terhadap ketaatan dan
ketergantungan pada bos. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah
subsisten. Hasil kinerja minimal.
b. Kustodian – Dasar dari model ini adalah sumber daya ekonomi dengan
orientasi manajerial uang. Para karyawan pada gilirannya berorientasi pada
keamanan dan manfaat dan ketergantungan pada organisasi. Kebutuhan
karyawan yang terpenuhi adalah keamanan. Hasil kinerja adalah kerjasama
pasif.
c. Mendukung – Dasar dari model ini adalah kepemimpinan dengan orientasi
manajerial dukungan. Para karyawan pada gilirannya berorientasi terhadap
prestasi kerja dan partisipasi. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah
status dan pengakuan. Hasil kinerja terbangun drive.
d. Kolegial – Dasar dari model ini adalah kemitraan dengan orientasi manajerial
kerja sama tim. Para karyawan pada gilirannya berorientasi ke arah perilaku
yang bertanggung jawab dan disiplin diri. Kebutuhan karyawan yang
terpenuhi adalah aktualisasi diri. Hasil kinerja adalah antusiasme moderat.

D. BEKERJA DENGAN TIM


Bekerja dengan tim adalah bentuk khusus kelompok kerja yang harus
diorganisasikan dan dikelola secara berbeda dengan bentuk kelompok kerja lain. Tim
beranggotakan orang-orang yang dikoordinasikan untuk bekerja bersama yang
merupakan satu sisi dari suatu jenis kontes. Bukan kontes melawan tim-tim lain di
dalam organisasi bersangkutan, melainkan kontes melawan pemborosan, kualitas
yang buruk, keterlambatan, pengulangan pekerjaan, produktivitas yang rendah, dan
para pesaing.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
kehidupannya, hampir tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia secara sendirian.
Mereka akan senantiasa membutuhkan peran dari yang lainnya. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan jika hampir semua pekerjaan yang dilakukan selalu
melibatkan sekelompok orang yang bekerja secara bersama dengan tujuan yang sama.
Sekelompok orang yang bekerja secara bersama untuk maksud tertentu inilah yang
disebut sebagai tim.
Bekerja dengan tim akan meringankan beban yang harus dipikul. Namun perlu
diingat bahwa hal ini dapat dicapai jika tim tersebut benar-benar efektif. Tim yang
efektif dicirikan oleh tujuan (goal) bersama yang jelas dan dipahami oleh paradigma
yang sama dari setiap anggota tim. Semua anggota akan merasa terdorong untuk
mencapai tujuan tersebut dan menempatkan prioritas tim lebih tinggi dibandingkan
dengan prioritas masing-masing. Dengan pemahaman yang sama tentang goal yang
ingin dicapai, semua anggota tim dapat bersinergi sehingga pekerjaan yang beratpun
akan terasa lebih ringan.
Secara sederhana, kunci dalam membangun dan mengelola tim itu adalah
komunikasi dan rasa saling percaya dalam tim tersebut. Orang-orang yang berada di
dalam tim dengan penempatan sesuai dengan skill masing-masing merupakan potensi
besar bagi tim. Namun, tanpa komunikasi serta rasa saling percaya, potensi tersebut
tidak mampu berkontribusi untuk kemajuan tim. Komunikasi serta rasa saling percaya
saling berkaitan. Komunikasi yang baik dibangun di atas rasa saling mengerti dan
memahami antar anggota tim, termasuk di dalamnya pemimpin tim. Rasa saling
mengerti dan memahami ini dapat muncul ketika satu sama lain mengenal sifat atau
pun karakter masing-masing. Secara naluriah, manusia adalah makhluk yang
senantiasa ingin dipahami dan dimengerti. Rasa saling percaya sangat dibutuhkan saat
bekerja dengan tim. Rasa percaya ini akan menumbuhkan komitmen untuk bekerja
dengan tim. Ketika seorang pemimpin tidak menaruh rasa percaya kepada
anggotanya, dia akan ragu-ragu dalam memberikan suatu tugas ataupun
tanggungjawab kepada anggotanya.
Anggota tim dapat menangkap pesan keraguan tersebut dari pemimpinnya.
Hal ini dapat menibulkan ketidak percayaan terhadap pemimpin mereka dan terhadap
diri mereka sendiri. Respon yang muncul kemudian adalah mereka tidak seratus
persen berkomitmen dengan tugas ataupun tanggungjawab yang diberikan oleh
pemimpin tim. Oleh karena itu, hargailah semua pekerjaan ataupun tugas yang telah
dilakukan dengan baik oleh setiap anggota tim. Akhirnya, semua hal yang ada dalam
tim pasti membutuhkan seorang pemimpin untuk memandu mereka. Pemimpin yang
baik harus mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Ketika tim berada
dalam kondisi dan situasi yang menguntungkan, pemimpin harus mampu untuk
senantiasa menghargai anggotanya dan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik
guna mencapai tujuan bersama.
Bekerja dengan tim merupakan suatu upaya untuk menigkatkan kualitas
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ciri-ciri bekerja dengan tim
yang baik, yaitu:
Tujuan yang sama. Jika semua anggota tim memiliki tujuan yang sama dan
searah akan mempermudah untuk melakukan pekerjaan dalam tim. Anggota harus
benar-benar mengetahui tujuan yang hendak dicapai bersama.
1. Antusiasme yang tinggi. Antusiasme yang tinggi dapat dibangkitkan jika
kondisi kerja juga menyenangkan. Anggota tima diberikan kesempatan
untuk menyatakan pendapat, mereka juga diberi kesempatan untuk
menunjukkan keahlian mereka dengan menjadi diri sendiri sehingga
kontribusi yang diberikan bias optimal.

2. Peran dan tanggung jawab yang jelas. Setiap anggota tim harus
mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing yang jelas.
Sehingga mereka paham tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai
tujuan bersama.

3. Komunikasi yang efektif. Dalam proses meraih tujuan bersama, harus ada
komunikasi yang baik dan efektif antar anggota tim. Semua anggota tim
tahu apa yang harus menjadi prioritas utama untuk diselesaikan.

4. Resolusi konflik. Dalam mencapai tujuan mungkin saja ada konflik yang
harus dihadapi. Tetapi konflik ini tidak harus menjadi sumber kehancuran
tim, sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola dengan baik bisa dijadikan
senjata ampuh untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek yang
berbeda sehingga bisa diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun
perubahan yang memang diperlukan untuk melaju lebih cepat ke arah
tujuan.

5. Shared power. Jika ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala
sesuatu dilakukan sendiri, atau sebaliknya, jika ada anggota tim yang
terlalu banyak menganggur, maka pasti ada ketidakberesan dalam tim yang
lambat laun akan membuat tim menjadi tidak efektif. Jadi, tiap anggota tim
perlu diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin, menunjukkan
kemampuannya dibidang yang menjadi keahlian dan tanggung jawab
mereka masing-masing. Sehingga mereka merasa ikut bertanggung jawab
untuk kesuksesan tercapainya tujuan bersama.
6. Keahlian. Tim yang terdiri dari anggota-anggota tim dengan berbagai
keahlian yang saling menunjang akan lebih mudah bekerja sama mencapai
tujuan.

7. Apresiasi. Apabila anggota tim telah berhasil melakukan apa yang menajdi
tanggung jawabnya dengan baik, pantas mendapatkan apresiasi.

8. Sikap dan pikiran positif. Kesulitan akan terasa lebih mudah untuk diatasi,
karena kesulitsn bukanlah masalah yang harus dihindari tetapi tantangan
yang harus ditangani. Sikap dan pikiran yang positif merupakan modal
utama sebuah tim untuk menyelesaikan masalah.

9. Evaluasi. Evaluasi yang dilakukan secara periodik selama proses


pencapaian tujuan masih berlangsung bisa membantu mendeteksi lebih
dini penyimpangan yang terjadi, sehingga bisa segera diperbaiki. Evaluasi
juga bisa dilakukan tidak sekadar untuk koreksi, tetapi untuk mencari cara
yang lebih baik.

Dapat simpulkan bahwa bekerja dengan tim harus memiliki tanggung jawab
yang jelas antara anggota tim agar tujuan yang dinginkan mudah tercapai. Bekerja
dengan tim, sering menimbulkan konflik antar anggota tim, kelola konflik agar
menjadi motivasi bagi anggota tim lebih baik dalam bekerja. Bekerja dengan tim,
kekompakan sangat dibutuhakan, tanpa itu akan sulit untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

E. IKLIM & MODEL PRILAKU DALAM PERILAKU ORGANISASI

Empat variabel model prilaku individu yang mempengaruhi iklim dalam berorganisasi :

1. Karakteristik Biografis

Merupakan Pengaruh Karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, dan


status perkawinan, banyaknya tanggungan, dan masa kerja yang objektif serta
tingkat kemampuan dalam menyelesaikan sesuatu

2. Usia atau umur berpengaruh terhadap :

a. Tingkat Pengunduran Diri -> Semakin Tua Usia maka tingkat pengunduran
dirinya semakin rendah
b. Tingkat Keabsenan -> Semakin tua biasanya tingkat keabsenannya rendah
tetapi ada yang sebaliknya, hal ini berkaitan dengan kamangkiran.

c. Tingkat Produktivitas -> Usia bertambah biasanya produktivitasnya turun


tetapi hal itu bisa ditutupin dengan pengalaman yang cukup lama

d. Tingkat Kepuasan Kerja -> Hubungan dengan karyawan profesional


artinya semakin bertambah usia tingkat kepuasan kerja tinggi

e. Jenis Kelamin : berpengaruh terhadap tingkat keabsenan, tingkat


keabsenan wanita lebih tinggi daripada pria, hal ini dikarenakan fungsi dan
tanggung jawab wanita sebagai ibu rumah tangga

f. Status Perkawinan : berpengaruh terhadap tingkat pengunduran diri dan


keabsenan, bagi wanita tingkat pengunduran diri dan keabsenannya lebih
rendah daripada laki2 karena adanya tugas2 baru wanita setelah menikah

g. Masa Kerja : Berpengaruh terhadap tingkat keabsenan dan pengunduran


diri misalnya karyawan senior lebih rendah tingkat absensi dan
pengunduran dirinya daripada karyawan junior

h. Kemampuan : kapasitas individu dalam melaksanakan berbagai macam


tugas dalam pekerjaan tertentu

i. Kemampuan Intelektual -> Merupakan Kemampuan untuk melaksanakan


kegiatan mental seperti kemampuan verbal, kemampuan penalaran,
kemampuan konseptual, kemampuan pemahaman dsb

j. Kemampuan Fisik -> Merupakan kemampuan untuk manjalankan tugas


yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik

3. Pembelajaran

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang
terjadi sebagai hasil pengalaman. Untuk menjelaskan proses harus melakukan
pola-pola perilaku :

a. Pengkondisian Klasik -> Suatu tipe pengkondisian di mana seorang


individu menanggapi beberapa rangsangan yang tidak akan selalu
menghasilkan respons semacam itu.
b. Pengkondisian Operan -> Suatu tipe pengkondisian dalam mana perilaku
sukarela yang diinginkan menghantar ke suatu ganjaran atau mencegah
suatu hukuman.

c. Pembelajaran Sosial -> Suatu perpanjangan dari pengkondisian operan


yaitu mengandaikan perilaku sebagai fungsi dari konsekuensi dan
mengakui pentingnya eksistensi pembelajaran observasional (lewat
pengamatan).

4. Pembentukan Perilaku

Tujuannya : Memperkuat secara sistematis tiap langkah berurutan yang


menggerakkan seorang individu lebih mendekati respons yang diinginkan.

Ada 4 cara untuk membentuk perilaku yaitu :

a. Penguatan Positif

Respons terhadap sesuatu yang menyenangkan.

b. Penguatan Negatif

Bila tanggapan diikuti oleh penghentian atau penarikan sesuatu yang


tidak menyenangkan

c. Hukuman

Mengakibatkan suatu kondisi yang tidak menyenangkan dalam upaya


menyingkirkan suatu perilaku yang tidak diinginkan.

d. Pemusnahan

Menyingkirkan penguatan apa saja yang mempertahankan suatu


perilaku

F. SISTEM SOSIAL

Pengertian sosial adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para
anggotanya. Jadi, sistem sosial merupakan orang-orang dalam masyarakat dianggap
sebagai sistem yang disusun oleh karakteristik dari suatu pola hubungan dimana sistem
tersebut bekerja untuk mewujudkan keinginannya. Beberapa hal yang menggambarkan
organisasi sebagai sistem sosial antara lain dengan adanya organisasi sosial dan
organisasi sosial.
Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana
orang bertindak di dalam organisasi. Dengan demikian dalam kaitannya dengan
organisasi sebagai sistem sosial maka kajian perilaku organisasi mencakup berbagai
aspek seperti : publik, bisnis, sosial dll.
Menurut John Willey faktor-faktor organisasi antara lain:
a. Manusia
b. Teknologi yang digunakan
c. Tugas/ kerja
d. Budaya organisasi
Karena manusia adalah makhluk sosial, maka mereka saling membutuhkan satu
sama lainnya. Begitu juga dalam organisasi, organisasi sebagai sistem sosial karena
dalam organisasi terdapat beberapa orang yang mempunyai tujuan dan bekerja sama
dalam memenuhi ketercapaian tujuan tersebut. Organisasi bisa menciptakan suasana
keterkaitan dan saling berhubungan satu sama lainnya, karena itulah organisasi
disebut juga suatu sistem sosial.
Dalam organisasi orang ingin memuaskan kebutuhannya. Orang mempunyai
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh organisasi dengan perannya. Hal ini digambarkan
oleh Getzels dan Guba dalam pendekatannya mengenai model sistem sosial.
Getzels dan Guba mengadakan studi yang menganalisa perilaku pemimpin dalam
sistem sosial. Mereka mengemukakan dua katagori perilaku.
a. Pertama ialah perilaku kepemimpinan yang bergaya normatif dengan dimensi
nomotetis yang meliputi usahanya untuk memenuhi tuntutan organisasi.
Dimensi ini mengacu kepada lembaganya yang ditandai dengan peranan-
peranan dan harapan tertentu sesuai dengan tujan-tujuan organisasi.
b. Kedua ialah perilaku kepemimpinan yang bergaya personal yang disebut
dimensi idiografis yaitu pemimpin mengutamakan kebutuhan dan ekspektasi
anggota organisasinya. Dimensi kedua ini mengacu kepada individu-individu
dalam organisasi yang masing-masing dengan kepribadian dan disposisi
kebutuhan tertentu.
Dimensi pertama disebut juga dimensi sosiologis, sedangkan dimensi kedua
disebut dimensi psikologis. Sekolah selaku sistem sosial bisa dibayangkan memiliki
kedua dimensi tersebut, yang bisa dianggap berdiri sendiri-sendiri, tetapi dalam situasi
sebenarnya saling mempengaruhi.
Jadi dalam model Getzels dan Guba, keseimbangan antara individu, kelompok
dan organisasi harus seimbang agar hubungan dalam memenuhi kebutuhan hidup
seseorang bisa tercapai secara kerja sama. Karena adanya sistem sosial dalam
organisasi terciptalah suatu perilaku organisasi yang membuat organisasi tersebut
mempunyai hubungan sosial.
Indik (Soedijanto, 1980) menyatakan bahwa untuk menganalisis suatu organisasi
sebagai suatu sistem sosial dapat dilakukan dengan menganalisis komponen: (1)
taksonomi (sistem) organisasi; (2) struktur organisasi; (3) proses organisasi; dan (4)
individu yang terlibat dalam organisasi. Menurut Ginting (Rosa, 2001), agar
organisasi sebagai suatu sistem sosial dapat bergerak dinamis maka diperlukan aspek
kepemimpinan yang berkaitan dengan keempat komponen lainnya. Komponen
kepemimpinan memiliki peranan yang lebih spesifik dan menjadi lebih kompleks
apabila organisasi menjadi lebih formal. Seluruh komponen organisasi, yaitu
kepemimpinan dan empat komponen lainnya saling mempengaruhi dalam mencapai
tujuan organisasi dan terdiri atas beberapa variabel yang dapat mempengaruhi tingkat
dinamika organisasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
perilaku tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatuorganisasi serta
dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun
organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi.
Iklim organisasi adalah persepsi individu terhadap praktek dan prosedur yang
berasal dari pengalamannya berinteraksi di lingkungan organisasinya, dalam
hubungannya dengan kesejahteraan mereka dan dapat mempengaruhi perilakunya
di organisasi.
Iklim organisasi memiliki sumbangan efektif terhadap kualitas pelayanan
sebesar sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap
dalam analisis ini.  

B. Saran
Penulis sangat mngharapkan kritik dan saran dari makalah ini. Penulis
berharap agar makalah ini bisa lebih baik, dan bisa dijadikan sumber terutama bagi
mahasiswa keperawatan agar lebih baik nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Muchlas, M. 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Rivai,Veithzal.2003.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Rivai,Veithzal.2006.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi 2.Jakarta:Raja Grafindo


Persada

Hasibuan,Malayu SP.2003.Organisasi dan Motivasi.Jakarta:Bumi Aksara

Muhammad,Arni.1989.Komunikasi Organisasi.Jakarta:Bumi Aksara

Stephen.P.2008. Organizational Behaviour, edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Ahmad Hudiyamin.2006.Makalah Iklim Dan Kesehatan Dalam Organisasi. UNM

Anda mungkin juga menyukai