Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT PADA SISTEM


PERSYARAFAN
“ TRAUMA MEDULA SPINALIS ”
KELOMPOK 2 :

• AAZ ABI ZIKRI


• HASRIDAWATI SIMATUPANG
• ADE KIKI ZAKIAH
• HERDINU RAHMA NINGRUM
• AGYL RAMADHANI
• JUWITA PRAYITNO
• ANASTASYA SORAYA • MUAMAR
• DIDI ISMAIL • RENIYAH
Konsep Dasar
Trauma Medulla Spinalis
Pengertian Trauma Medulla Spinalis
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada
daerah medulla spinalis (Brunner & suddarth,2001).Trauma medulla spinalis adalah buatan kerusakan
tulang dan sumsum yang mengakibatkan gangguan system persyarafan didalam tubuh manusia
yang diklasifikasikan sebagai:
• Komplet(kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)
• Tidak komplet (campuran kehilangan sensori dan fungsi motorik)

Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkanseringkali oleh
kecelakaan lalu lintas.Apabila trauma ini mengenai daerah servikal pada lengan,badan dan tungkai maka
penderita tidak tertolong.dan apabila saraf fremitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan
buatan,sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan.
Penyebab dari trauma medulla spinalis yaitu:
a) Kecelakaan oto mobil,industri
b) Terjatuh,olahraga,menyelam
Etiologi c) Luka tusuk,tembak
d) tumor
Patofisiologis

Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosia sementara (pasien sembuh


sempurna) sampai kontusio,laserasi dan kompresi sibstansi medulla (lebih salah
satu atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien
paralisis).Bila hemoragi terjasi pada daerah medulla spinalis,darah dapat merembes
ke skstradural,subdural atau daerah subaranoid pada kanal spinal,segera sebelum
terjadi kontusio atau robekan pada trauma,serabut serabut saraf mulai
membengkak dan hancur.
Lesi L1 : Kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat pada dan bagian
dari bokong.

Trauma Lesi L2 : Ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.
medulla Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
spinalis dapat Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
terjadi pada
lumbal 1-5
a. Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar
sepanjang saraf yang terkena
b. Paraplegia
c. Tingkat neurologic
Manifestasi d. Paralisis sensorik motoric total

Klinis e. Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine,


distensi kandung kemih)
f. Penurunan keringat dan tonus vasomoto
g. Penurunan fungsi pernafasan
h. Gagal nafas
1. Sinar X Spinal
2. Skan ct
3. MRI

Pemeriksaan 4. Mielografi
5. Foto ronsen torak
diagnostik 6. Pemeriksaan fungsi paru
7. GDA
a. Neurogenik shock
b. Hipoksia
c. Gangguan paru-paru
d. Instabilitas spinal
e. Orthostatic Hipotensi
Komplikasi f. Ileus Paralitik
g. Infeksi Saluran Kemih
Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Kedaruratan
pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena penatalaksanaan yang tidak tepat
dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi neurologic. Korban kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan
berkendara, Trauma olahraga kontak, jatuh, atau trauma langsung pada kepala dan leher harus dipertimbangkan
mengalami Trauma medulla spinalis sampai bukti trauma ini disingkirkan.

b. Penatalaksanaan Trauma Medula Spinalis (Fase Akut)


Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah Trauma medulla spinalis lebih lanjut dan untuk
mengobservasikan gejala perkembangan deficit neurologis. Lakukan resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahkan
oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler
Farmakoterapi
Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan eduma medulla.
Tindakan Respiratori
1. Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 arterial yang tinggi.
2. Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau eksitensi keher bila diperlukan inkubasi
endrotakeal.
3. Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikusi) untuk pasien dengan lesi servikal yang tinggi.

Reduksi dan fraksi skeletal


4. Trauma medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi, dan stabilitas koluma vertebrata.
5. Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk traksi skeletal, yaitu teknik tong /capiller
skeletal atau halo vest.
6. Gantung memberat dengan batas sehingga tidak mengganggu traksi.
Intervensi bedah = Laminektomi

Dilakukan bila :
1. Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi
2. Terdapat ketidak stabilan signifikan dari spinal servikal
3. Trauma terjadi pada legion lumbal atau torakal
4. Status neurologis mengalami penyimpananuntuk mengurangi dislokasi atau
dekompres medulla
Pencegahan

Faktor-factor resiko untuk dominan traumamedulla spinalis meliputi uia dan jenis kelamin.frekuensi dengan mana
factor-factor resiko ini dikaitkan dengan trauma medulla spinalis bertindak untuk menekankan pentingnya
pencegahan primer.Untuk mencegah kerusakan dan bencana ini,langkah – langkah berikut perlu dilakukan:
1. Menurunkan kecepatan berkendara
2. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu
3. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda
4. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendara sambil mabuk
5. Mengajarkan penggunaan air yang aman
6. Mencegah jatuh
7. Menggunakan alat – alat pelindung dan tekhnik latihan
personel medis diajarkan pentingnya memindahkan korban kecelakaan mobil dari mobilnya dengan tepat dan
mengikuti metode pemindahan korbanyang tepat kebagian kedaruratan rumah sakit untuk menghindari
kemungkinankerusakan lanjut dan menetap pada medulla spinalis
Asuhan
Keperawatan Gawat
Darurat Pada
Cedera Medulla
Spinalis
A. Pengkajian Trauma Medula Spinalis
1. Primary Survey
a. Airway
pengkajian pernafasan yang lengkap sangat penting untuk menentukan kelangsungan hidup pasien dan prognosisnya.
Pengkajian utama dimulai dengan mengevaluasi kebersihan nafasnya. Bila ada sumbatan maka dapat dihilangkan dengan
cara membersihkan dengan jari atau suction jika tersedia. Pada pasien yang tidak sadar, alat pernafasan melalui mulut
dimasukkan dan disamping itu juga leher pasien dipertahankan dalam posisi netral. Pasien harus dibantu dengan
memberikan intubation sebelum dapat terjadi hipoksia berat yang mana dapat merusak medulla spinalis.
- Look : lihat gerakan pergerakan naik turunnya dada.
- Listen : dengar suara nafas pada mulut pasien. Kaji ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti snoring, gurgling
dan crowing.
- Feel : rasakan adanya aliran udara pernafasan.
b. Breathing
Kaji ada atau tidaknya kelainan pada pernafasan misalnya dyspnea, takipnea, bradipnea, ataupun sesak. Kaji juga apakah
ada suara nafas tambahan seperti snoring, gargling, rhonki atau wheezing. Selain itu kaji juga kedalaman nafas klien.
Berikan oksigenasi yang adekuat dan bantuan ventilasi bila diperlukan. Waspadai adanya sesak napas dan gagal napas.
c. Cirkulation
ada 3 penemuan klinis yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik, yaitu:
tingkat kesadaran, warna kulit, dan nadi.
d. Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat. Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil.
- Penilaian tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat level cedera spinal.
- Penilaian GCS
e. Exposure
akral dingin, kering, penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara mengunting untuk memeriksa dan
visualisasi head- to-toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma medulla spinalis. Setelah pakaian dibuka,
penderita harus diselimuti agar penderita tidak kedinginan.
1. Secondary Survey

a. Pemeriksaan TTV
b. Pemeriksaan Fisik
- B1 (Breath) : Klien sulit bernapas, pernapasan dangkal atau labored apnea, penurunan bunyi napas, dan ronkhi.
- B2 (Blood) : Hipotensi, hipotensi postural, bradikardi, ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat
- B3 (Brain): Nyeri tekan otot,hiperestesia tepat diatas daerah trauma
- B4 (Bladder) : Inkontinensia defekasi dan berkemih,dan retensi urine
- B5 (Bowel0 : distensi abdomen,peristaltic usus hilang dan melena
- B6 (B0ne); Terjadi kelemahan dan kelumpuhan otot pada / dibawah lesi
Identitas pasien meliputi nama,umur,jenis
kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan,suku/bangsa,alamat
,jenis kelamin,status perkawinan dan penanggung biaya

Identitas
Terjadi deficit neurologis pada pasien trauma berat pada
kepala

Keluhan
Utama
Pengkajian ini sangat penting dalam menentukan derajat
kerusakan dan adanya kehilangan fungsi
neurologis.medulla spinalis dapat terjadi melalui
Riwayat beberapa mekanisme yang disebabkan oleh penyakit
tertentu,benturan,laserasi dan trauma tembak,olah raga
penyakit saat dan lainnya.
ini
Kaji adanya penyakit keluarga seperti;
osteoporosis,osteoarthritis dan lain nya
Riwayat
penyakit
keluarga
Kaji obat – obatan yang dikonsumsi pasien,seperti
penggunaan obat penenang,anastesi lumbal/spinal.
Riwayat
penggunaan
obat
Pemeriksaan diagnostik
1. Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur,dislokasi),untuk kesejajaran
traksi atau operasi
2. Scan CT: menentukan tempat luka / jejas,mengevaluasi gangguan structural.
3. MRI: Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal,edem DAN KOMPRESI
4. Mielografi;Untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdapat oklusi pada subarachnoid
medulla spinalis
5. Rongent thorax; untuk memperlihatkan keadaan paru
6. Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal
terutamapada kasus trauma servikal bagian bawah
7. GDA; menunjukkan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi
1) Pola nafas tidak efektif b.d cedera pada medulla
spinalis
2) Nyeri akut b.d agens cedera fisik
Diagnosa
3) Penurunan curah jantung b.d perubahan
keperawatan kontraktilitas
4) Gangguan integritas kulit b.d kerusakan
neuromuskuletal.
Intervensi
Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Pola napas tidakefektif b.d cedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
pada medula spinalis keperawatan selama 2×24 jam, 1. Monitor adanya kecemasan
diharapkan pola nafas kembali pasien terhadap oksigenasi
efektif dengan kriteria hasil: 2. Monitor vital sign
3. Informasikan pada pasien dan
1. Trama pernafasan klien keluarga tentang tehnik relaksasi
normal. untuk memperbaiki pola nafas.
2. Tidak ada penggunaan otot 4. Posisikan pasien untuk
bantu nafas. memaksimalkan ventilasi.
3. Tidak ada suara napas 5. Buka jalan napas dengan teknik
tambahan. chin lif/ jaw thrust, sebagaimana
4. Tidak ada sianosis. mestinya.
6. Instruksikan bagaimana
melakukan batuk efektif
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Monitor Pernapasan

7. Lakukan penyedotan melalui


endotrachea atau nasotrachea
sebagaimana mestinya

8. Monitor status pernafasan dan


oksigenasi sebagaimana mestinva

9. Kolaborasi dengan tim dokter


mengenai kelola pemberian
bronkodilator atau nebulizer
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
2. Nyeri akut b.d agens cedera fisik Setelah dilakukan tindakan Pemberian Analgesik
keperawatan selama 2 × 24 jam 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
diharapkan nyeri yang dirasakan kualitas dan keparahan nyeri
klien berkurang dengan criteria sebelum mengobati pasien.
hasil: 2. Kolaborasi dengan tim dokter
mengenai pengobatan meliputi
1. Nyeri yang dilaporkan obat, dosis dan frekuensi obat
berkurang. analgesic yang diresepkan.
2. Ekspresi nyeri wajah 3. Tentukan pilihan obat analgesic
berkurang. berdasarkan tipe dan keparahan
3. Klien dapat beristirahat nyeri.
dengan tenang. 4. Dokumentasikan respon terhadap
analgesic dan adanya efek
samping.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Manajemen Nyeri
1. Kurangi / eliminasi faktor-faktor
yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri.
2. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri.
3. Monitor Tanda-Tanda Vital.
4. Monitor tekanan darah, nadi, suhu
dan status pernafasan dengan
tepat.
5. Monitor irama dan tekanan
jantung.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
3. Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukantindakan Pengaturan Hemodinamik
perubahan kontraktilitas keperawatanselama 2 x 24
jam,diharapkan curah jantung 1. Kaji hemodinamik komprehensif.
klien meningkat dengan kriteria 2. Kaji status cairan
hasil: 3. Kaji CRT
4. Monitoring TTV secara berkala
1.Tekanan darahsistol dan 5. Periksa adanya edema periferatau
diastol normal. pitting edema.
2. Tidak ada sianosis. 6. Monitoring tanda dan
3. Denyut nadi normal. gejalagangguan perfusi
jaringandengan mengecek JVP,
kajistatus perfusi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
4. Gangguan integritas kulit b.d faktor Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka
mekanis tindakan keperawatan selama 4×
24 jam, diharapkan integritas 1. Monitor karakteristik luka.
kulit pasien mulai membaik 2. Berikan perawatan pada luka
strukturnya dengan kriteria yang diperlukan.
hasil: 3. Berikan balutan yang sesuai
dengan jenis luka.
1. Suhu kulit normal. 4. Periksa luka setiap kali perubahan
2. Integritas kulit tidak balutan.
terganggu. 5. Dorong cairan yang sesuai
3. Lesi pada kulit mulai
membaik.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
5. Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan Terapi Latihan
kerusakan neuromuskuler keperawatan selama 3 × 24 jam,
diharapkan pasien terbebas dari 1. Monitor vital sign sebelum dan
hambatan mobilitas fisik dengan sesudah aktivitas
kriteria hasil: 2. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi.
1. Peningkatan aktivitas 3. Dampingi dan bantu pasien saat
pasien. mobilisasi dan bantu penuhi
2. Memperagakan penggunaan kebutuhan sehari hari pasien
alat bantu untuk mobilisasi (ADLS)
4. Ajarkan keluarga untuk membatu
pasien memenuhiADL's pasien
selama di rumah.
5. Berikan alat bantu jika pasien
membutuhkan.
6. Ajarkan pasien bagaimana
mengubah posisi dan berikan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai