Disusun Oleh :
INDAH PURNAMASARI
PO713201221016
2A
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Etiologi
Penyebab dari Trauma medulla spinalis yaitu:
a. kecelakaan otomobil, industri
b. terjatuh, olah-raga, menyelam
c. luka tusuk, tembak
d. tumor.
C. Patofisiologi
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien
sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla,
(lebih salah satu atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla
(membuat pasien paralisis). Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis,
darah dapat merembes ke ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada
kanalspinal, segera sebelum terjadi kontusio atau robekan pada Trauma,
serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur.
Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini
saja tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada
Trauma medulla spinalis akut.
Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia,
hipoksia, edema, lesi, hemorargi.
Trauma medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5
- Lesi LI : Kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha
dan bagian dari bokong
- Lesi L2 : Ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
-Lesi 13 : Ekstremitas bagian bawah.
-Lesi L4: Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha
- Lesi L5: Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
D. Manifestasi Klinis
a. nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena
b. paraplegia
c. tingkat neurologik
d. paralisis sensorik motorik total
e. kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)
f. penurunan keringat dan tonus vasomoto
g. penurunan fungsi pernafasan
h. gagal nafas
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X spinal
Menentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran,
reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi
b. Skan ct
Menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi ganggaun struktural
c. MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
d. Mielografi.
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor
putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub
anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami
luka penetrasi).
e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh perubahan pada
diafragma, atelektasis)
f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) mengukur volume
inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian
bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot
interkostal).
g. GDA: Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi
F. Komplikasi
a. Neurogenik shock.
b. Hipoksia.
c. Gangguan paru-paru
d. Instabilitas spinal
e. Orthostatic Hipotensi
f. Ileus Paralitik
g. Infeksi saluran kemih
h. Kontraktur
i Dekubitus
j. Inkontinensia blader
k. Konstipasi
G. Penatalaksanaan.
a. Penatalaksanaan Kedaruratan
pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena
penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan
fungsi neurologik Korban kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan
berkendara, Trauma olahraga kontak, jatuh, atau trauma langsung pada kepala
dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami Trauma medula spinalis
sampai bukti Trauma ini disingkirkan.
1) Ditempat kecelakaan, korban harus dimobilisasi pada papan spinal
(punggung) dengan kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah
Trauma komplit.
H. Farmakoterapy
Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medulla.
Tindakan Respiratori
1) Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 arterial yang tinggi.
2) Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau
eksistensi leher bila diperlukan inkubasi endrotakeal.
I. PENCEGAHAN.
Faktor-faktor resiko dominan untuk Trauma medula spinalis meliputi
usia dan jenis kelamin. Frekuensi dengan mana faktor-faktor resiko ini dikaitkan
dengan Trauma medula spinalisbertindak untuk menekankan pentingnya
pencegahan primer. Untuk mencegah kerusakan dan bencana ini, langkah-
A. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas
kemungkinan besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi
jalan napas sering terjadi pada penderita yang tidak sadar,
yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan,
jatuhnya pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah.
Usaha untuk membebaskan jalan napas harus melindungi
vertebra servikalis (cervical spine control). yaitu tidak
boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang
berlebihan dari leher. Dalam hal ini, kita dapat melakukan
chin lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan
napas yang keluar melalui hidung.
Rencana Keperawatan
Kontrol Nyeri
Klien mengetahui 2. Cek jenis obat, dosis,
penyebab nyeri klien dan frekuensi
mengetahui waktu pemberian.
timbulnya nyeri klien
3. Cek adanya riwayat
menggunakan analgetik
alergi pada pasien.
jika diperlukan
4. Evaluasi kemampuan
pasien untuk
menggunakan rute
analgesic (oral, IM, IV,
suppositoria).
6. Evaluasi efektifitas
dan efek samping
yang ditimbulkan
akibat pemakaian
analgetik.
7. Kolaborasi dengan
dokter jika ada
perubahan advis
dalam pemakaian
analgetik.
Distraksi
1. Tentukan jenis
distraksi yang sesuai
dengan pasien (musik,
televisi, membaca, dll)
2. Ajarkan teknik
buka-tutup mata
dengan fokus pada
satu obyek, jika
memungkinkan.
Terapi Oksigen
2. Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
5. Beri penjelasan
kepada klien tentang
pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
Mengatur Posisi
4. Bak/bab
a. Bantu pasien
bak/bab
b. Lakukan perawatan
inkontinensia usus
c. Manajemen nutrisi
d. Libatkan keluarga
dalam perawatan
3. Kerusakan eliminasi Eliminasi urine Lakukan manajemen
urin b.d dengan Tujuan: eliminasi urin
kerusakan sensori Setelah dilakukan 1. Monitor eliminasi urine
motorik tindakan keperawatan (frekuensi, konsistensi,
Batasan karakteristik : selama … x 24 jam bau, volume, warna)
kebutuhan eliminasi urine 2. Monitor tanda dan
pasien terpenuhi gejala retensi urine
Indikator: 3. Ajarkan pada pasien
1. Pengosongan tanda dan gejala ISK
kandung kemih 4. Catat waktu urinal
komplit terakhir jika diperlukan
2. Mampu 5. Libatkan
menahan/mengontrol pasien/keluarga untuk
urine mencatat urine output
3. Terbebas dari ISK jika diperlukan
6. Masukkan
suppositoria uretral
jika diperlukan
7. Siapkan specimen
urine midstream untuk
analisa jika perlu
8. Laporkan ke dokter
jika ditemukan tanda
dan gejala ISK
9. Anjurkan pasien
minum 8 gelas sehari
saat makan, anatara
makan dan saat pagi
hari
10. Bantu pasien
mengatur toileting
rutin kalau perlu
11. Anjurkan pasien
untuk memeonitor
tanda dan gejala ISK
Bowel Training
1. Rencanakan program
latihan dengan pasien
2. Konsul dengan dokter
dalam pemakaian
suppositoria/laksatif
3. Ajarkan pasien dan
keluarga
prinsip-prinsip bowel
training
4. Anjurkan pasien
tentang jemis
makanan yang harus
diperbanyak
5. Berikan diit yang
cukup sesuai jenis
yang diperlukan
6. Pertahankan intake
cairan yang adekuat
7. Pertahankan latihan
fisik yang cukup
8. Jaga posisi pasien
9. Evaluasi status bowel
secara teratur
10. Modifikasi
program usus jika
diperlukan
Terapi Oksigen
.
2. Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen
sesuai instruksi
4. Monitor aliran
oksigen, kanul
oksigen, dan
humidifier
5. Beri penjelasan
kepada klien tentang
pentingnya
pemberian oksigen
6. Observasi
tanda-tanda
hipoventilasi
Mengatur Posisi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi
neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla
spinalis (Brunner & Suddarth, 2001).Penyebab dari Trauma medulla
spinalis yaitu :kecelakaan otomobil, industri terjatuh, olah-raga,
menyelam ,luka tusuk, tembak dan tumor.
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat
merembes ke ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal
spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau robekan pada Trauma,
serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi
darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja
tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada
Trauma medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder
kejadian-kejadian yang menimbulakn iskemia, hipoksia, edema, lesi,
hemorargi.
Penatalaksanaan pasien segera ditempat kejadian adalah
sangat penting, karena penatalaksanaan yang tidak tepat dapat
menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi neurologik.Pada kepala
dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami Trauma
medula spinalis sampai bukti Trauma ini disingkirkan.
Memindahkan pasien, selama pengobatan didepartemen
kedaruratan dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan
pemindahan.
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien dengan
Trauma medula spinalis berbeda penanganannya dengan
perawatan terhadap penyakit lainnya,karena kesalah dalam
memberikan asuhan keperawatan dapat menyebabkan Trauma
semakin komplit dan dapat menyebabkan kematian.
B. SARAN
https://www.academia.edu/6661140/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_CEDERA_MED
ULA_SPINALIS_LUMBAL
https://www.academia.edu/34698144/Makalah_askep_trauma_medula_spinalis
https://id.scribd.com/document/383437347/Askep-Trauma-Medulla-Spinalis