PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma spinal atau cedera medulla spinalis merupakan salah satu
penyebab gangguan fungsi saraf yang sering menimbulkan kecacatan
permanen pada usia muda. Kelainan yang lebih banyak dijumpai pada usia
produktif ini sering mengakibatkan penderita harus terbaring di tempat tidur
atau duduk di kursi roda karena tetraplegia atau paraplegia.
Data epidemiologi dari berbagai negara menyebutkan bahwa angka
kejadian (insidensi) trauma ini sekitar 11,5 – 53,4 kasus per 100.000
penduduk tiap tahunnya. Belum termasuk dalam data tersebut jumlah
penderita yang meninggal pada saat terjadinya cedera akut (Islam, 2006).
Sedangkan 40% trauma spinal ini disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20%
jatuh, 40% luka tembak, olahraga, kecelakaan kerja. Lokasi trauma dislokasi
cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia
decade 3 (Japardi, 2002).
Cedera akut tulang belakang spinal cord merupakan penyebab yang
paling sering dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma, oleh karena itu,
evaluasi dan pengobatan pada cedera tulang belakang, spinal cord, dan
nervous roots memerlukan pendekatan yang terintegrasi. Diagnosa ini,
prevervasi fungsi spinal cord dan pemeliharaan aligment dan stabilitas
merupakan kunci keberhasilan manajemen. Penanganan, rehabilitasi spinal
cord dan kemajuan perkembangan multidispliner tim trauma dan
perkembangan metode modern dari fungsi cervical dan stabilitas merupakan
hal penting harus dikenal masyarakat (Japari, 2002).
Melihat fenomena semacam ini, tenaga medis, kususnya perawat
sangat perlu mendapatkan pengetahuan dan pelatihan mengenai penanganan
pasien trauma spinal agar nantinya dapat merencanakan asuhan keperawatan
yang tepat sehingga dapat mengurangi kompilkasi dan meningkatkan
kesehatan optimal pasien.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang konsep dasar
manajemen keperawatan berkaitan dengan adanya gangguan pada tubuh
manusia yang diakibatkan oleh cedera medula spinalis serta mengetahui
bagaimana konsep penyakit atau cedera medula spinalis dan bagaimana
Asuhan Keperawatannya..
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian Cedera Medula Spinalis.
b. Mengetahui Penyebab atau Etiologi adanya Cedera Medula
Spinalis.
c. Mengetahui Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Cedera Medula
Spinalis.
d. Memahami mekanisme terjadinya Cedera Medula Spinalis.
e. Memahami Komplikasi yang akan terjadi pada kasus Cedera
Medula Spinalis..
C. Patofisiologi
Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus
terbanyak cedera spinal cord mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera
dapat terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi pada
tulang belakang. Fraktur pada cedera spinal cord dapat berupa patah tulang
sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi. Sedangkan kerusakan pada
cedera spinal cord dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang
laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, dan perdarahan.
Kerusakan ini akan memblok syaraf parasimpatis untuk melepaskan mediator
kimia, kelumpuhan otot pernapasan, sehingga mengakibatkan respon nyeri
hebat dan akut anestesi.
Iskemia dan hipoksemia syok spinal, gangguan fungsi rektum serta
kandung kemih. Gangguan kebutuhan gangguan rasa nyaman nyeri, oksigen
dan potensial komplikasi, hipotensi, bradikardia dan gangguan eliminasi.
Temuan fisik pada spinal cord injury sangat bergantung pada lokasi
yang terkena: jika terjadi cedera pada C-1 sampai C-3 pasien akan mengalami
tetraplegia dengan kehilangan fungsi pernapasan atau sistem muskular total;
jika cedera mengenai saraf C-4 dan C-5 akan terjaditetraplegia dengan
kerusakan, menurunnya kapasitas paru, ketergantungan total terhadap
aktivitas sehari-hari; jika terjadi cedera pada C-6 dan C-7 pasien akan
mengalami tetraplegia dengan beberapa gerakan lengan atau tangan yang
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Trauma Medula Spinalis (Brunner dan Suddarth, 2001)
1. Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang
terkena
2. Paraplegia
3. Tingkat neurologik
4. Paralisis sensorik motorik total
5. Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung
kemih)
6. Penurunan keringat dan tonus vasomoto
7. Penurunan fungsi pernafasan
8. Gagal nafas
9. Pasien biasanya mengatakan takut leher atau tulang punggungnya patah
10. Kehilangan kontrol kandung kemih dan usus besar
11. Biasanya terjadi retensi urine, dan distensi kandung kemih, penurunan
keringat dan tonus vasomotor, penurunan tekana darah diawalai dengan
vaskuler perifer.
12. Penurunan fungsi pernafasan sampai pada kegagalan pernafasan
13. Kehilangan kesadaran
14. Kelemahan motorik ekstermitas atas lebih besar dari ekstermitas bawah
15. Penurunan keringat dan tonus vasomotor
I. Komplikasi
1. Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang
desending pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan
tonus vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung
sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah visceral serta
ekstremitas bawah maka terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya
terjadi hipotensi.
2. Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah
terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan
tampak seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.
3. Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan
hasil dari cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah
servikal bawah atau torakal atas
4. Hiperfleksia autonomik
Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut , keringat banyak,
kongesti nasal, bradikardi dan hipertensi.
K. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Medis
Tindakan-tindakan untuk imobilisasi dan mempertahankan
vertebral dalam posisi lurus: pemakaian kollar leher, bantal pasir atau
kantung IV untuk mempertahankan agar leher stabil, dan menggunakan
papan punggung bila memindahkan pasien; melakukan traksi skeletal
untuk fraktur servikal, yang meliputi penggunaan Crutchfield, Vinke,
atau tong Gard-Wellsbrace pada tengkorak, tirah baring total dan
pakaikan brace haloi untuk pasien dengan fraktur servikal stabil ringan;
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi Nama, Umur, Alamat
b. Keluhan Utama
1) Kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas
2) Nyeri Tekan otot
3) Hiperparestesi tepat di atas daerah trauma
4) Mengalami deformitas pada daerah trauma
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang
akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga,
kecelakaan industri, kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon
atau bangunan, luka tusuk, atau luka tembak
2) Pengkajian yang didapat yaitu hilangnya sensibilitas,
paralisis ( dimulai dari paralisis layu disertai hilangnya
sensiblitas yang total dan melemah/menghilangnya reflex
profunda
3) Ileus paralitik
4) Retensi urin
5) Hilangnya reflex-reflex
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
1) Adanya riwayat hipertensi
2) Riwayat cedera tulang belakang sebelumnya
3) DM
4) Penyakit Jantung
5) Anemia
6) Penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif dan konsumsi alkohol berlebihan
e. Riwayat Keluarga Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu
yang menderita hipertensi dan DM
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth,
2001). Penyebab dari Trauma medulla spinalis yaitu: kecelakaan otomobil,
industri terjatuh, olah-raga, menyelam, luka tusuk, tembak dan tumor.
Cedera medula spinalis adalah suatu trauma yang mengenai medula
spinalis atau sumsum tulang akibat dari suatu trauma langsung yang mengenai
tulang belakang. Penyebab cedera medula spinalis adalh kejadian-kejadian yang
secara langsung dapat mengakibatkan terjadinya kompresi pada medula spinalis
seperti terjatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
olaghara dan lain-lain.
Cedera medula spinalis dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan jika
mengenai saraf-saraf yang berperan terhadap suatu organ maupun otot. Cedera
medula spinalis ini terbagi menjadi 2 yaitu cedera medula spinalis stabil dan
tidak stabil.
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat
merembes ke ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera
sebelum terjadi kontusio atau robekan pada Trauma, serabut-serabut saraf mulai
membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi
terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan
yang terjadi pada Trauma medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian-
kejadian yang menimbulakn iskemia, hipoksia, edema, lesi, hemorargi.
Penatalaksanaan pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting,
karena penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan
kehilangan fungsi neurologik.Pada kepala dan leher dan leher harus
dipertimbangkan mengalami Trauma medula spinalis sampai bukti Trauma ini
disingkirkan. Memindahkan pasien, selama pengobatan didepartemen
kedaruratan dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan pemindahan.
B. Saran
Cedera medula spinalis adalah suatu kejadian yang sering terjadi
dimasyarakat. Tingkat kejadiannya cukup tinggi karena bisa terjadi pada siapa
saja dan dimana saja. Sehingga perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi dalam
melakukan setiap aktivitas agar tidak terjadi suatu kecelakaan yang dapat
mengakibatkan cedera ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat
menjaga kesehatannya terutama pada bagian tulang belakang agar Trauma
medula spinalis dapat terhindar. Adapun jika sudah terjadi, mahasiswa dapat
melakukan perawatan seperti yang telah tertulis dalam makalah ini
Brunner and Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8, volume 2. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 3,
Jakarta : EGC
Laurralee Sherwood. .2001. Fisiologi Manusia. Edisi 2, Jakarta : EGC
Sylvia and Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi
6, volume 2. Jakarta : EGC.
W.F.Ganong. 2005. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGCs
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB
Lippincott company, Philadelpia.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice,
fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.