PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan,
pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan
kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut
dengan keperawatan komunitas.
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari keperawatan komunitas?
2. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas?
3. Bagaimana prinsip keperawatan komunitas?
4. Bagaimana teori dan model keperawatan komunitas?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui teori dan model keperawatan komunitas
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi keperawatan komunitas
b. Mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas
c. Mengetahui prinsip keperawatan komunitas
1
d. Mengetahui teori dan model keperawatan komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
3
tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di
tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawat persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr.
Bosch dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia.
Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche
Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah
dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische Artsen School).
Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
universitas indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai
dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938
pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-
laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar,
Surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria,
lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935
penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau Jawa. Pada tahun
1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat
sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich-
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap
masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan
kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan,
masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari
sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya
sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga
Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah
percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
indonesia.
4
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung
plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan
dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya
pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan.
Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada
tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti
dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai
pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim
dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat, yaitu :
Sumatra utara : indrapura, Lampung, Jawa Barat: Bojong Loa, Jawa tengah : Sleman,
Yokyakarta : Godean, Jawa timur : Mojosari, Bali : Kesiman, Kalimantan Selatan :
Barabai
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang
ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad
Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar
ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe
A,B, dan C.
Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu,
yang kemudian di Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah
kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini
terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening
puskesmas).
Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan
masyarakat disarankan lebih efektif dan penting. Departemen kesehatan telah membuat
5
usaha intensif untuk membangun puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam
master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok
dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu :
1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB) kembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan )
menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulut
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatrik
14. Latuhan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas
tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang
paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang
dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai
mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang
dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya
diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih
diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan
administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa
6
Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan
masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian
puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk
perencanaan dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan
kerjasama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu)
yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan
penyakit diare, dan imunisasi. Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di
Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau
satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003,
yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan
rumah sakit yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus
dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang
prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar
jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa
kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit.
Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi
sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.
7
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi,
2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
(Mubarak, 2005).
Namun, pada topik ini hanya dibatasi tiga model yang sering digunakan di
komunitas, berikut uraiannya:
c. Keperawatan
Baiklah, Anda untuk lebih jelasnya model ini akan membahas tentang
tiga sistem keperawatan yang dapat digunakan perawat untuk membantu
komunitas dalam memenuhi gangguan kebutuhan, seperti uraian di atas.
Tindakan self care (mandiri) adalah reaksi komunitas terhadap tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan self care dalam upaya mencapai kesehatan.
e. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang
berinteraksi dengan individu, baik secara aktif maupun pasif. Lingkungan dan
individu akan sama-sama berpikir, menganalisis dan membuat kesimpulan selama
interaksi. Sifat lingkungan yang mungkin saja berupa lingkungan hidup, seperti
adanya individu lain dapat memengaruhi lingkungan internal seseorang.
12
sosial budaya, perkembangan, dan spiritual yang berhubungan secara dinamis dan
tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran konsentrik yang
saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang
merupakan gambaran yang unik dari sistem klien, seperti range temperatur normal,
struktur genetik, pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktur ego, dan
pengetahuan atau kebiasaan. Stresor yang ada akan sangat memengaruhi kondisi
klien, contoh ketika di suatu daerah terdapat banyak agregat remaja awal (usia 12-
13 tahun) sudah banyak yang merokok, karena mencontoh orang dewasa.
Mengingat bahaya merokok usia dini sangat besar, maka perawat komunitas akan
melakukan upaya pencegahan primer dengan memberikan pendidikan kesehatan
pada remaja tersebut dengan melibatkan orang dewasa di sekitarnya. Ini
menunjukkan komunitas membutuhkan informasi dan dukungan untuk melakukan
perilaku sehat untuk mengatasi stresor.
b. Kesehatan
Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap stresor
yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan subbagian
keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa sehat merupakan
respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu lingkaran konsentris core (inti)
dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel, normal, dan resisten, dengan lima
variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual
dan perkembangan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada di
sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis dan seimbang. Anda harus
mengenal stresor yang berasal dari lingkungan intrapersonal, interpersonal dan
extrapersonal, berikut uraiannya.
13
terpenuhinya kebutuhan remaja, sehingga marah menjadi kompensasi dari
gangguan kebutuhan tersebut.
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau keluarga atau
lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Contoh, apakah perilaku tawuran
tersebut dicontoh remaja dari lingkungan keluarganya atau lingkungan
komunitasnya? Lalu siapakah yang berperan dalam mengatasi masalah
tawuran remaja ini?
3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu atau
keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas. Contoh, sosial politik,
mungkin remaja tawuran, karena ada sisipan unsur politik untuk mengalihkan
permasalahan yang sedang terjadi di wilayah tersebut.
d. Keperawatan
Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara
utuh untuk mempertahankan semua variabel yang memengaruhi respons klien
terhadap stresor. Melalui penggunaan model keperawatan ini, diharapkan dapat
membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan
level maksimum dari total wellness. Perawat membantu komunitas menjaga
kestabilan dengan lingkungannya dengan melakukan prevensi primer untuk garis
pertahanan fleksibel, prevensi sekunder untuk garis pertahanan normal, dan prevensi
tersier untuk garis pertahanan resisten.
14
3. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner) menurut
Anderson & Mc Farlane
Model komunitas sebagai mitra (community as partner) yang dikembangkan
berdasarkan model Neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang ada. Model ini sekaligus menekankan
bahwa primary health care (PHC) sebagai filosofi yang mendasari komunitas untuk
turut aktif meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mengatasi masalah melalui
upaya pemberdayaan komunitas dan kemitraan. Perlu Anda ketahui bahwa ada tiga
pendekatan utama primary health care (PHC), yaitu memberikan pelayanan
kesehatan dasar dengan teknologi tepat guna, menjalin kerja sama lintas sektoral, dan
meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh karenanya, model ini sangat
menitikberatkan pada kemitraan, melalui kemitraan komunitas akan merasa masalah
kesehatannya juga menjadi tanggung jawabnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan komunitas merupakan sebuah sintesis dari praktek keperawatan
dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk mempromosikan dan
melestarikan kesehatan pendudu. Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan
kesehatan, manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan perawatan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dalam masyarakat.
Prinsip dari keperawatan komunitas antara lain berfokus pada komunitas,
memberikan prioritas terhadap kebutuhan komunitas, bekerja bersama-sama dengan
masyarakat sebagai klien, focus pada pencegahan primer, berfokus kepada strategi
yang menciptakan lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang sehat,
mengidentifikasi secara aktif dan meningkatkan benefit atas pelayanan,
mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang ada, bekerja sama dengan berbagai
pihak di komunitas.
Empat konsep yang terkait dalam keperawatan komunitas yaitu manusia,
lingkungan, sehat, dan keperawatan.
Model self care menurut Orem lebih memfokuskan bagaimana komunitas dapat
mandiri memenuhi kebutuhan self care-nya melalui tindakan keperawatan secara
terapeutik. Model health care system menurut Betty Neuman lebih menekankan pada
keseimbangan terhadap stresor yang ada, dan mempertahankan keharmonisan antara
bagian dan subbagian keseluruhan komunitas dalam satu lingkaran konsentris.
Lingkaran tersebut terdiri atas core (inti) dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel,
16
normal, dan resisten, dengan lima variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi,
psikologi, sosiobudaya, spiritual, dan perkembangan.
Model komunitas sebagai mitra (community as partner) menurut Anderson &
McFarlane lebih menekankan bahwa primary health care (PHC) yang mendasari
komunitas untuk turut aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi
masalah melalui upaya pemberdayaan komunitas dan kemitraan
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu untuk menambah ilmu
keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan komunitas dan memahami lebih
dalam tentang keperawatan komunitas.
17