Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan,
pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan
kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut
dengan keperawatan komunitas.
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari keperawatan komunitas?
2. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas?
3. Bagaimana prinsip keperawatan komunitas?
4. Bagaimana teori dan model keperawatan komunitas?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui teori dan model keperawatan komunitas
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi keperawatan komunitas
b. Mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas
c. Mengetahui prinsip keperawatan komunitas
1
d. Mengetahui teori dan model keperawatan komunitas

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun et. al, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat
dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok
masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
2
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing
process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga
mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok
dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan
membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup
mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai
subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-
16,yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang
sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun
1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948
cacar masuk ke indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di indonesia,
sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu
indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Gubernur Jendral Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan
dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
menurunkan angka kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini

3
tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di
tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawat persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr.
Bosch dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia.
Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche
Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah
dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische Artsen School).
Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
universitas indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai
dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938
pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-
laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar,
Surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria,
lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935
penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau Jawa. Pada tahun
1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat
sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich-
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap
masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan
kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan,
masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari
sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya
sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga
Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah
percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
indonesia.

4
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung
plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan
dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya
pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan.
Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada
tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti
dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/ model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia dan sebagai
pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim
dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat, yaitu :
Sumatra utara : indrapura, Lampung, Jawa Barat: Bojong Loa, Jawa tengah : Sleman,
Yokyakarta : Godean, Jawa timur : Mojosari, Bali : Kesiman, Kalimantan Selatan :
Barabai
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang
ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad
Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar
ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe
A,B, dan C.
Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu,
yang kemudian di Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah
kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini
terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening
puskesmas).
Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan
masyarakat disarankan lebih efektif dan penting. Departemen kesehatan telah membuat

5
usaha intensif untuk membangun puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam
master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok
dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu :
1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB) kembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan )
menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulut
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatrik
14. Latuhan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas
tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang
paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang
dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai
mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang
dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya
diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih
diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan
administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa

6
Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan
masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian
puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk
perencanaan dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan
kerjasama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (posyandu)
yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan
penyakit diare, dan imunisasi. Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di
Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau
satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003,
yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan
rumah sakit yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus
dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang
prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar
jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa
kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit.
Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi
sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.

C. PRINSIP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat
dan kerugian (Mubarak, 2005).

7
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi,
2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
(Mubarak, 2005).

D. TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

Model keperawatan ini pada hakikatnya mengatur hubungan antara perawat


komunitas dengan klien, yaitu keluarga, kelompok, dan komunitas. Klien telah
memberikan kepercayaan dan kewenangannya untuk membantunya meningkatkan
kesehatan melalui asuhan keperawatan komunitas yang berkualitas. Seperti yang Anda
ketahui tentang berbagai model yang pernah dibahas pada topik lain, sebenarnya banyak
model yang dapat digunakan oleh perawat komunitas.

Namun, pada topik ini hanya dibatasi tiga model yang sering digunakan di
komunitas, berikut uraiannya:

1. Model self care menurut Dorothy Orem


Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata self care (mandiri). Ya,
kemandirian komunitas adalah tujuan akhir dari pelayanan keperawatan
8
komunitas. Model ini lebih menekankan kepada self care (mandiri) untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan komunitas dalam
keadaan, baik sehat maupun sakit (Orem, 1971, dalam Marriner, 2001). Bila kita
me-review empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan, maka model ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Konsep Sentral dalam Falsafah Keperawatan


1) Manusia. Orem (1971, dalam Marriner, 2001), memandang manusia
sebagai kesatuan yang utuh yang mempunyai fungsi biologis, sosial,
mempunyai inisiatif, dan mampu melakukan aktivitas perawatan diri
untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
komunitas. Kemampuan komunitas untuk melakukan self care (mandiri)
mencerminkan kekuatan komunitas yang ada, dan ini sangat tergantung
pada tingkat kematangan atau pengalaman, tingkat pengetahuan, dan
kesehatan komunitasnya.
2) Kesehatan. Model ini memandang bahwa kesehatan komunitas dapat
tercapai ketika komunitas mampu memenuhi kebutuhan self care-nya.
Bila komunitas tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi
self care defisit. Berikut kebutuhan self care yang harus dipenuhi oleh
komunitas.
b. Model Orem menjelaskan ada tiga jenis kebutuhan self care (mandiri)
1) Universal self care dibutuhkan oleh semua manusia, seperti udara, air,
makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, serta interaksi sosial. Bila
kebutuhan tersebut terpenuhi, maka komunitas akan dapat mencapai
kesehatan yang diharapkannya. Contoh, Anda mungkin pernah melihat
kekeringan di suatu desa, akan sangat memengaruhi kehidupan
komunitasnya. Masyarakat menjadi sulit untuk mencari air bersih, dan
bahkan untuk bercocok tanam pun menjadi sulit. Penyakit akan banyak
muncul dan kegagalan panen juga akan terjadi. Hal ini tentu saja akan
berpengaruh pada kehidupan komunitas di dalamnya.
2) Developmental self care, adalah kebutuhan yang mencakup proses
kehidupan untuk menjadi lebih dewasa. Contoh, akhir-akhir ini media
massa sering menayangkan kejadian tawuran antarwarga atau
antarkelompok masyarakat. Penyebabnya sangat bervariasi dari hal yang
9
sepele sampai yang paling prinsip. Coba Anda pikirkan, kira-kira apa
penyebabnya? Sebenarnya yang terjadi adalah ketidakmampuan
komunitas untuk berkembang, ketika ada perubahan sedikit, masyarakat
langsung bergejolak. Memang ketika kebutuhan universal self care
(mandiri), seperti di atas dapat terpenuhi khususnya kemampuan
membina interaksi sosial yang baik, maka komunitas akan lebih dewasa
dalam menghadapi permasalahan.
3) Health deviation self care, adalah kebutuhan komunitas untuk bertahan
karena adanya penyakit atau trauma yang dapat mengganggu fungsi
struktur, fisiologis dan psikologis manusia. Perubahan ini akan
mengakibatkan komunitas membutuhkan bantuan untuk tetap bertahan
hidup. Contoh, Anda masih ingat awal Juli 2013 terjadi gempa di Aceh
Tengah yang menyebabkan sedikitnya 50 orang meninggal dunia, ratusan
orang luka-luka, banyak rumah yang hancur, sehingga tidak memiliki
tempat tinggal. Gempa ini mengingatkan mereka pada tragedi gempa dan
tsunami tahun 2004, baru saja mereka berkembang untuk menata kembali
kehidupannya bencana sudah datang lagi. Tentu saja kejadian ini menjadi
trauma buat mereka. Dari kasus ini, keperawatan komunitas dapat
berperan memenuhi kebutuhan komunitas agar trauma tersebut tidak
terlalu lama memengaruhi fungsi manusia yang lain. Logikanya asuhan
keperawatan komunitas dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan
komunitas dalam melakukan self care (mandiri).

c. Keperawatan

Baiklah, Anda untuk lebih jelasnya model ini akan membahas tentang
tiga sistem keperawatan yang dapat digunakan perawat untuk membantu
komunitas dalam memenuhi gangguan kebutuhan, seperti uraian di atas.
Tindakan self care (mandiri) adalah reaksi komunitas terhadap tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan self care dalam upaya mencapai kesehatan.

d. Tipe sistem keperawatan


1) Wholly Compensatory Nursing System
Perawat komunitas mengambil seluruh kegiatan self care untuk
memenuhi kebutuhan komunitas secara total. Contoh, daerah yang
10
mengalami bencana alam, yang komunitasnya tidak mampu memenuhi
seluruh kebutuhannya, maka perawat komunitas dapat bermitra dengan
lintas sektoral atau lintas program untuk membantu memenuhi kebutuhan
komunitas.

2) Partly Compensatory Nursing System


Perawat komunitas dan masyarakat bersama-sama memenuhi kebutuhan
self care. Perawat mengidentifikasi kebutuhan, kemampuan, dan
kelemahan yang ada di komunitas. Untuk kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh komunitas, perawat melakukan tindakan keperawatannya,
dan bila komunitasnya mampu, perawat tetap memberikan motivasi agar
kemampuan tersebut dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Kemitraan
dengan komunitas pada sistem ini sangat dibutuhkan. Contoh, daerah
bencana alam yang tidak terlalu parah kondisinya dan komunitasnya masih
dapat diajak bekerjasama. Perawat komunitas dapat melakukan perawatan
luka pada klien yang mengalami fraktur atau memberikan konseling
trauma, sedangkan komunitasnya dapat membantu mempertahankan
kebersihan lingkungan dan memenuhi nutrisinya. Masih banyak contoh
lain yang dapat Anda kembangkan.

3) Supportive Educative System


Pada situasi ini komunitas mampu melakukan pemenuhan
kebutuhan self care, tetapi harus dengan bimbingan dan dukungan dari
perawat dalam hal mengambil keputusan, mengontrol perilaku,
memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Contoh: daerah yang
mengalami bencana, komunitasnya perlu diajarkan dan dibimbing tentang
manajemen stres dan pendampingan adaptasi dengan kondisi saat ini.

Komunitas yang tidak mampu memenuhi kebutuhan self care-nya


karena adanya gangguan kesehatan, penyakit atau keterbatasan komunitas,
maka komunitas tersebut akan mengalami self care defisit.
Ketidakmampuan tersebut akan mengakibatkan ketergantungan komunitas
terhadap pihak lain, salah satunya perawat. Perawat sebagai nursing
agency adalah orang yang dipercaya komunitas memiliki kemampuan
dalam hal pengetahuan, dan keterampilan yang diakui dapat membantu
11
orang lain memenuhi kebutuhan self care melalui tindakan keperawatan
secara terapeutik. Kemampuan komunitas memenuhi kebutuhan self care-
nya bukan semata-mata, karena adanya nursing agency, tetapi juga karena
adanya kemampuan komunitas untuk menjaga keseimbangan, struktur, dan
fungsi yang dapat mendukung tercapainya kesejahteraan dan kesehatan.

e. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang
berinteraksi dengan individu, baik secara aktif maupun pasif. Lingkungan dan
individu akan sama-sama berpikir, menganalisis dan membuat kesimpulan selama
interaksi. Sifat lingkungan yang mungkin saja berupa lingkungan hidup, seperti
adanya individu lain dapat memengaruhi lingkungan internal seseorang.

Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang


bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dapat
memengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan
dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga
tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.

2. Model Health Care System menurut Betty Neuman


Model kedua yang akan dibahas adalah model health care system (Neuman,
1972, dalam Anderson & McFarlane, 2000). Model ini dikembangkan berdasarkan
philosophy primary health care (pelayanan kesehatan utama) yang memandang
komunitas sebagai klien. Kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga,
komunitas atau kumpulan agregat lainnya yang dipandang sebagai suatu sistem terbuka
yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola yang
dinamis.
Pandangan model ini terhadap empat konsep sentral paradigma keperawatan
adalah sebagai berikut.
a. Manusia
Model ini memandang manusia sebagai sistem terbuka yang berinteraksi
secara konstan dan dinamis seiring dengan adanya respon terhadap stresor baik dari
lingkungan internal maupun eksternal. Model ini juga memandang manusia atau
klien secara keseluruhan (holistik) yang terdiri atas faktor fisiologis, psikologis,

12
sosial budaya, perkembangan, dan spiritual yang berhubungan secara dinamis dan
tidak dapat dipisah-pisahkan.

Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dalam lingkaran konsentrik yang
saling berkaitan. Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang
merupakan gambaran yang unik dari sistem klien, seperti range temperatur normal,
struktur genetik, pola respon, kekuatan dan kelemahan organ, struktur ego, dan
pengetahuan atau kebiasaan. Stresor yang ada akan sangat memengaruhi kondisi
klien, contoh ketika di suatu daerah terdapat banyak agregat remaja awal (usia 12-
13 tahun) sudah banyak yang merokok, karena mencontoh orang dewasa.
Mengingat bahaya merokok usia dini sangat besar, maka perawat komunitas akan
melakukan upaya pencegahan primer dengan memberikan pendidikan kesehatan
pada remaja tersebut dengan melibatkan orang dewasa di sekitarnya. Ini
menunjukkan komunitas membutuhkan informasi dan dukungan untuk melakukan
perilaku sehat untuk mengatasi stresor.

b. Kesehatan
Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap stresor
yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan subbagian
keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa sehat merupakan
respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu lingkaran konsentris core (inti)
dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel, normal, dan resisten, dengan lima
variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual
dan perkembangan.

c. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada di
sekitar klien, dan memiliki hubungan yang harmonis dan seimbang. Anda harus
mengenal stresor yang berasal dari lingkungan intrapersonal, interpersonal dan
extrapersonal, berikut uraiannya.

1) Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam sistem klien.


Contoh, melihat sekelompok pelajar SMP tawuran, perawat tentu harus
mengkaji mengapa remaja berperilaku demikian, apakah remaja memiliki
kepribadian yang mudah marah, gangguan konsep dirinya, atau tidak

13
terpenuhinya kebutuhan remaja, sehingga marah menjadi kompensasi dari
gangguan kebutuhan tersebut.
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu atau keluarga atau
lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Contoh, apakah perilaku tawuran
tersebut dicontoh remaja dari lingkungan keluarganya atau lingkungan
komunitasnya? Lalu siapakah yang berperan dalam mengatasi masalah
tawuran remaja ini?
3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem, individu atau
keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem komunitas. Contoh, sosial politik,
mungkin remaja tawuran, karena ada sisipan unsur politik untuk mengalihkan
permasalahan yang sedang terjadi di wilayah tersebut.

d. Keperawatan
Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara
utuh untuk mempertahankan semua variabel yang memengaruhi respons klien
terhadap stresor. Melalui penggunaan model keperawatan ini, diharapkan dapat
membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan
level maksimum dari total wellness. Perawat membantu komunitas menjaga
kestabilan dengan lingkungannya dengan melakukan prevensi primer untuk garis
pertahanan fleksibel, prevensi sekunder untuk garis pertahanan normal, dan prevensi
tersier untuk garis pertahanan resisten.

Pelayanan keperawatan juga disesuaikan dengan kondisi yang dialami


komunitasnya. Contoh, jika stresor ada di lingkungan klien, yaitu menembus garis
pertahanan fleksibel, maka yang dilakukan perawat adalah melakukan prevensi
primer (tingkat pencegahan primer), seperti mengkaji faktor-faktor risiko, memberi
pendidikan kesehatan atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stresor
telah menembus garis pertahanan normal, maka yang dilakukan perawat adalah
melakukan prevensi sekunder, seperti melakukan deteksi dini, menentukan sifat dari
proses penyakit dan memberikan pelayanan keperawatan segera. Jika stresor telah
mengganggu garis pertahanan resisten, maka upaya prevensi tersier dapat dilakukan
oleh perawat untuk membatasi atau mengurangi efek dari proses penyakitnya atau
mengoptimalkan potensi komunitas sebagai sumber rehabilitasi.

14
3. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner) menurut
Anderson & Mc Farlane
Model komunitas sebagai mitra (community as partner) yang dikembangkan
berdasarkan model Neuman dengan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang ada. Model ini sekaligus menekankan
bahwa primary health care (PHC) sebagai filosofi yang mendasari komunitas untuk
turut aktif meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mengatasi masalah melalui
upaya pemberdayaan komunitas dan kemitraan. Perlu Anda ketahui bahwa ada tiga
pendekatan utama primary health care (PHC), yaitu memberikan pelayanan
kesehatan dasar dengan teknologi tepat guna, menjalin kerja sama lintas sektoral, dan
meningkatkan peran serta masyarakat. Oleh karenanya, model ini sangat
menitikberatkan pada kemitraan, melalui kemitraan komunitas akan merasa masalah
kesehatannya juga menjadi tanggung jawabnya.

Pada pembahasan sebelumnya tentang model health care system menurut


Neuman sudah dijelaskan, bahwa klien adalah sebagai sistem terbuka. Klien dan
lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis dan memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance
defense. Intinya ada dua komponen penting dalam model ini, yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri atas dua
bagian utama, yaitu inti (core) sebagai intrasistem yang terdiri atas, demografi,
riwayat, nilai dan keyakinan komunitas. Ekstrasistemnya terdiri atas delapan
subsistem yang mengelilingi inti, yaitu lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi. Proses keperawatan yang dimaksud mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas,
1999; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002).

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan komunitas merupakan sebuah sintesis dari praktek keperawatan
dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk mempromosikan dan
melestarikan kesehatan pendudu. Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan
kesehatan, manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan perawatan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dalam masyarakat.
Prinsip dari keperawatan komunitas antara lain berfokus pada komunitas,
memberikan prioritas terhadap kebutuhan komunitas, bekerja bersama-sama dengan
masyarakat sebagai klien, focus pada pencegahan primer, berfokus kepada strategi
yang menciptakan lingkungan sosial dan kondisi ekonomi yang sehat,
mengidentifikasi secara aktif dan meningkatkan benefit atas pelayanan,
mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang ada, bekerja sama dengan berbagai
pihak di komunitas.
Empat konsep yang terkait dalam keperawatan komunitas yaitu manusia,
lingkungan, sehat, dan keperawatan.
Model self care menurut Orem lebih memfokuskan bagaimana komunitas dapat
mandiri memenuhi kebutuhan self care-nya melalui tindakan keperawatan secara
terapeutik. Model health care system menurut Betty Neuman lebih menekankan pada
keseimbangan terhadap stresor yang ada, dan mempertahankan keharmonisan antara
bagian dan subbagian keseluruhan komunitas dalam satu lingkaran konsentris.
Lingkaran tersebut terdiri atas core (inti) dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel,

16
normal, dan resisten, dengan lima variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi,
psikologi, sosiobudaya, spiritual, dan perkembangan.
Model komunitas sebagai mitra (community as partner) menurut Anderson &
McFarlane lebih menekankan bahwa primary health care (PHC) yang mendasari
komunitas untuk turut aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi
masalah melalui upaya pemberdayaan komunitas dan kemitraan

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu untuk menambah ilmu
keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan komunitas dan memahami lebih
dalam tentang keperawatan komunitas.

17

Anda mungkin juga menyukai