Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui
ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan
menciptakan serta mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan
kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan
oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai
tujuan (Leininger, 1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu
rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan keluarga, dimanan
pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian
(assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan
tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan
(Implementation) dan Evaluasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana metode pengkajian asuhan keperawatan keluarga?
b. Bagaimana metode diagnosa asuhan keperawatan pada asuhan keperawatan
keluarga?
c. Bagaimana metode perencanaan asuhan keperawatan keluarga ?
d. Bagaimana metode implementasi asuhan keperawatan keluarga ?
e. Bagaimana metode evaluasi asuhan keperawatan keluarga ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui metode pengkajian asuhan keperawatan keluarga.
b. Untuk mengetahui metode diagnosa asuhan keperawatan keluarga.
c. Untuk mengetahui metode perencanaan asuhan keluarga.
d. Untuk mengetahui metode implementasi asuhan keperawatan keluarga.
e. Untuk mengetahui metode evaluasi asuhan keperawatan keluarga.

1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengkajian asuhan keperawatan keluarga.
b. Mahasiswa dapat mengetahui metode diagnosa asuhan keperawatan keluarga.
c. Mahasiswa dapat mengetahui metode perencanaan asuhan keperawatan
keluarga.
d. Mahasiswa dapat mengetahui metode implementasi asuhan keperawatan
keluarga.
e. Mahasiswa dapat mengetahui metode evaluasi asuhan keperawatan keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori / model family centre
Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
I. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
1. Nama kepala keluarga ( KK ):
2. Umur ( KK ) :
3. Pekerjaan Kepala Keluarga ( KK ) :
4. Pendidikan kepala keluarga ( KK ) :
5. Alamat dan nomor telepon :
b. Komposisi gangguan keuarga
Nama umur sex Hub pendidikan pekerjaan keterangan
dengan
KK

c. Genogram :
Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama,
umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan
gambar dengan simbul berbeda ( Friedman, 1988) seperti :

3
d. Tipe keluarga
e. Suku bangsa :
1. Asal suku bangsa keluarga
2. Bahasa yang di pakai keluarga
3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
f. Agama :
1. Agama yang dianut keluarga
2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
g. Status sosial ekonomi keluarga :
1. Rata – rata penghasilan seluruh anggota keluarga
2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
3. Tabungan khusus kesehatan
4. Barang ( harta benda ) yang dimiliki keluarga ( perabot, transportasi)
h. Aktifitas rekreasi keluarga
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ( ditentukan dengan anak tertua )
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti :
1. Riwayat terbentuknya keluarga inti
2. Penyakit yang diderita keluarga rang tua ( adanya pnyakit menular
atau penyakit menular di keuarga)
d. Riwayat keluarga sebelumnya ( suami istri ) :
1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
2. Riwayat kebiasaan / gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
III. Lingkungan
a. Karakteristik rumah :
1. Ukuran rumah ( luas rumah )
2. Kondisi dalam dan luar rumah
3. Kebersihan rumah
4. Ventilasi rumah

4
5. Saluran pembuangan air limbah ( SPAL _)
6. Air bersih
7. Pengelolaan sampah
8. Kepemilikan rumah
9. Kamar mandi / wc
10. Denah rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal :
1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
3. Budaya setempat yang memepengaruhi kesehatan
c. Mobilitas geografis keluarga :
1. Apakah keluarga sering pindah rumah
2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga ( apakah
menyebabkan stress)
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
1. Perkumpulan / organisasi sosial yang diikuti oleh anggota keluarga
2. Digambarkan dalam ecomap
e. Sistem pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah
IV. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
2. Cara keluarga memecahkan masalah
b. Struktur kekuatan keluarga :
1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah
2. Power yang digunakan keluarga
c. Struktur peran ( formal dan informal ) :
1. Peran seluruh anggota keluarga
d. Nilai dan norma keluarga
V. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif :
1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang .

5
2. Perasaan saling memiliki
3. Dukungan terhadap anggota keluarga
4. Saling menghargai, kehangatan
b. Fungsi sosialisasi :
1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan duni a luar
2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga
c. Fungsi perawatan kesehatan :
1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga ( bukan
hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi/ promosi )
2. Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajagan tahap II (
berdasar 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal
masalah, mengambil keputusan , merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan ).
VI. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga.
b. Respon keluarga terhadap stress
c. Strategi koping yang digunakan
d. Strategi adaptasi yang disfungsional :
Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif
VII.Pemeriksaan fisik ( head to toe )
a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT , leher,
thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah , sistem genitalia.
d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
VIII. Harapan keluarga
1. Terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada

6
2.2 Diagnosis
Setelah dilakukan pengkajian , selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan
perumusan diagnosis keperawatan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks seperti
tabel berikut

Analisis data keperawatan

No DATA Diagnosis keperawatan


1 Data subjektif : Gangguan rasa
- Keluarga mengatakan anak L nyaman , nyeri haid
mengalami nyeri haid yang pada keluarga
berlangsung 1-2 hari bapak A khususnya
- Keluarga mengatakan tidak diobati Anak L
apapun tetapi terkadang diberikan berhubungan
feminax 1 butir sehari bila terasa dengan
nyeri. ketidakmampuan
- Anak L mengatakan bila haid, badan keluarga merawat
terasa malas beraktivitas , perut anggota keluarga
mulas, pegal, merasa lelah dan yang mengalami
inginnya marah- marah. nyeri haid.
- Anak L mengatakan kadanag
mendapatkan haid 2 kali sebulan.
- Keluarga mengatakan tidak tahu
penyebab, akibat, cara perawatan
nyeri haid.
Data objektif :
- Anak L tampak malas
- Nyeri bila ditekan pada abdomen

Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti:

1. Diagnosis sehat / wellness


Diagnosis sehat/ wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladaptif . perumusan diagnosis keperawatan

7
keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P ( problem
) dan S ( symptom / sign ) tanpa komponen etiologi ( E ).
Contoh perumusan diagnosis sehat / wellness :
Potensial peningkatan kemampuan keluarga Bapak A dalam
meningkatkan kesehatan reproduksi pada ibu N.
2. Diagnosis ancaman ( risiko )
Diagnosis ancaman , digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan,
namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan
timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga risiko , terdiri
dari problem (P), entiologi (E) dan symptom / sign (S).
Contoh diagnosis risiko :
Risiko cedera pada keluarga bapak A khususnya ibu N berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi.
3. Diagnosis nyata / gangguan
Diagnosis gangguan , digunakan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatan
di keluarga , didukung dengan adanya beberapa data maladaptif perumusan
diagnosis keperawatan keluarga nyata/ gangguan, terdiri dari problem ( P) ,
etiologi ( E ) dan sympton / sign ( S ).
Contoh diagnosis nyata / aktual :
Gangguan cerebral pada keluarga Bapak A khususnya ibu N berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi .
Perumusan problem ( P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi ( E) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah , meliputi :
a. Persepsi terhadap keparahan penyakit
b. Pengertian
c. Tanda dan gejala
d. Faktor penyebab
e. Persepsi keluarga terhadap masalah
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan , meliputi :

8
a. Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
b. Masalah dirasakan keluarga
c. Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami
d. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
e. Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
f. Informasi yang salah
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi :
a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c. Sumber – sumber yang ada di dalam keluarga
d. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan , meliputi :
a. Keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan
b. Pentingnya higyene sanitasi
c. Upaya pencegahan penyakit
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi :
a. Keberadaan fasilitas kesehatan
b. Keuntungan yang didapat
c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
d. Pengalaman keluarga yang kurang baik
e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,


selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang
dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga seperti
berikut :

9
Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga

KRITERIA BOBOT SKOR


Sifat masalah : 1 Aktual = 3
Risiko = 2
Potensial =1
Kemunkinan masalah 2 Mudah = 2
untuk dipecahkan Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk 1 Tinggi = 3
dicegah Cukup = 2
Rendah = 1

Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi =2


Tidak segera diatasi =1
Tidak dirasakn adanya masalah =0

2.3 Perencanaan
Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan keluarga adalah
melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang
ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan
dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi
dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder utuk memperkuat
garis pertahanan sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan resisten ( Anderson dan Mc Farlane,2000 ).
Tujuan tersendiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang ( tujuan umum ) mengacu pada bagaimana
mengatasi problem / masalah ( P ) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan

10
jangka pendek ( tujuan khusus ) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (
E ). Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik , M = measurable/ dapat
diukur , A = achievable / dapat dicapai , R = reality , T = time limited / punya
limit waktu.

Contoh pembuatan rencana keperawatan keluarga seperti berikut :


Rencana keperawatan bapak A
DIAGNOSIS TUJUAN KRITE STANDAR RENCAN
KEPERAW RIA EVALUASI A
ATAN EVALU INTERVE
ASI NSI

Gangguan Yujuan umum :setelah


rasa nyaman, dilakukan tindakan
nyeri haid keperawatan selama 6
pada minggu , diharapkan
keluarga nyeri haid berkurang.
bapak A
khususnya
Anak L
berhubungan
dengan
ketidakmamp
uan keluarga
merawat
anggota
keluarga
yang
mengalami
nyeri haid.
Tujuan khusus :setelah
pertemuan 6X 24

11
menit,keluarga
mampu :
1. Mengenal Respon Haid adalah Diskusikan
masalah nyeri verbal peristiwa dengan
a. Menjelask meluruhnya keluarga
an apa lapisan dinding pengertian
yang di rahim yang haid.
maksud banyak Anjurkan
nyeri haid mengandung keluarga
pembuluh darah untuk
mengungka
p kembali
pengertian
haid.

b. Menjelask Respon Menyebutkan 5 Diskusikan


an tanda/ verbal dari 8 tanda / tanda dan
hejala haid gejala yang gejala yang
terjadi sebelum biasanya
haid : malas terjadi pada
beraktivitas, anak L
lemas, mudah Anjurkan
lelah, emosi keluarga
labil, kram untuk
perut, nyeri menyebutk
kepala, pingsan, an kembali
sakit pada tanda
payudara. sebelum
haid .
Beri pujian
atas

12
jawaban
yang benar.

c. Menjelask Respon Menyebutkan 3 Diskusikan


an verbal dari 4 penyebab brsama
penyebab nyeri haid : keluarga
nyeri haid. hormin, posisi penyebab
rahim , penyakit nyeri haid.
infeksi rahim , Motivasi
faktor psikis keluarga
seperti stress untuk
mengulang
kembali
penyebab
nyeri haid.
Jelaskan
kembali
tentang hal
– hal yang
telah
didiskusika
n.

2. Mengambil Respon Menyebutkan Identifikasi


keputusan verbal akibat bila nyeri akibat nyeri
untuk haid tidak haid yang
mengatasi diatasi seperti lalu.
masalah nyeri syok, TD / N / Motivasi
haid : RR meningkat . keluarga
a. Menjelaskan untuk
akibat yang mengungka
terjadi bila pkan
kembali

13
nyeri haid akibat nyeri
tidak diatasi haid bila
tidak
diatasi.

b. Mengambil Respon Keputusan Diskusikan


keputusan verbal keluarga untuk dengan
untuk mengatasi nyeri keluarga
mencegah haid agar tidak tentang
nyeri haid bertambah rentangan
agar tidak berat. nyeri yang
bertambah dialami
parah. remaja
untuk
mengambil
keputusan
selanjutnya
.
Gali
pendapat
keluarga
bagaimana
cara
mengatasi
nyeri haid.
Motivasi
keluarga
untuk
memutuska
n mengatasi
nyeri haid
secara

14
tepat. Beri
resforceme
nt atas
keputusan
yang
diambil
keluarga.

3. Merawat Respon Cara perawatan Gali


keluarga verbal nyeri haid : pengetahua
dengan nyeri : 1. Kompre n keluarga
a. Menjelask s dengan dalam
an cara air mengatsi
perawatan hangat nyeri haid.
nyeri haid. 2. Mandi Diskusikan
air dengan
hangat keluarga
3. Minum cara
hangat perawatan
4. Kurangi nyeri haid.
makana Motivasi
n keluarga
bergara untuk
m mengungka
5. Posisi pkan
menung kembali
ging apa yang
6. Menggo telah di
sok sampaikan .
pinggan
g/perut

15
yang
sakit.
7. Kurangi
makan
yang
mengan
dung
cafein/
coklat.
8. Minum
air
putih ,
juice
buah –
buahan ,
teh
chamom
ile.
9. Jika
banyak
mengelu
arkan
darah,
makan
supleme
n zat
besi.
b. Mendemon Respon Keluarga Demonstra
strasikan psikomo mendemonstras sikan cara
cara tor ikan kembali perawatan
perawatan cara perawatan nyeri haid
nyeri haid. nyeri haid seperti

16
seperti yoga, yoga,
imagery imagery
guidance, guidance,
tehnik nafas nafas
dalam , dalam,
relaksasi, obat relaksasi ,
tradisional. obat
Keluarga dapat tradisional.
menilai Motivasi
keberhasilan keluarga
pelaksanaan untuk
tindakan yang redemonstr
dilakukan asi. Beri
dengan pujian
menggunakan positif atas
self control upaya
yang disediakan keluarga
dengan dalam
mengobservasi menilai
adanya keberhasila
penurunan skala n terapi
nyeri dan modalitas
lamanya nyeri yang
terjadi. dilakukan.

4. Keluarga Respon Menciptakan Diskusikan


mampu verbal suasana rumah dengan
memodifikasi yang tenang, keluarga
lingkungan kembangkan tentang
dalam komunikasi lingkungan
perawatan yang terbuka, dan
nyeri haid: menyediakan komunikasi

17
waktu dan yang efektif
mejadi untuk
pendengar yang mengurang
baik bagi i nyeri haid.
remaja. Beri
kesempatan
keluarga
untuk
bertanya
tentang hal
yang belum
jelas.

5. Keluarga Respon Menjelaskan Klasifikasi


mampu verbal manfaat pengetahua
memanfaatkan fasilitas n keluarga
pelayanan kesehatan yang tentang
kesehatan bila dapat manfaat
nyeri haid digunakan fasilitas
berlanjut : untuk kesehatan.
a. Menyebutk mengatasi nyeri Diskusikan
an manfaat bila haid dengan
fasilitas berlanjut. keluarga
kesehatan. tentang
manfaat
pelayanan
kesehatan.
Anjurkan
keluarga
untuk
periksa ke
pelayanan

18
kesehatan
bila haid
lebih dari 1
kali sebulan
dengan
jumlah
banyak dan
rasa nyeri
hebat.
Tanyakan
Respon perasaan
psikomo keluarga
tor setelah
b. Memanfaat Kunjungan mengunjun
kan keluarga ke gi fasilitas
fasilitas fasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan bila
kesehatan haid lebih dari
satu kali
sebulan.

2.4 Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program
dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan keluarga.
Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup
untuk merencanakn implementasi.

2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan . evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistimatik berkenan dengan program kerja dan efektifitas dari
serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil
yang telah dicapai ( patton, 1986 dalam Helvie,1998). Program evaluasi dilakukan untuk
memberikan informasi kepada prencana program dan pengambil kebijakan tentang

19
efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan
ketrampilan untuk menetukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan
tuntunan keluarga.

Evaluasi digunkan untuk mengetahui seberapa tujuan yang diterapkan telah


tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk keluarga setempat sesuai
dengan kondisi dan situasi keluarga, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat
mengatasi maslah keluarga. Evaluasi ditunjukan untuk menjawab apa yang menjadi
kebutuhan keluarga dan program apa yang ibutuhkan keluarga , apakah media yang
digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat diimplementasikan ,
apakah program dapat menjangkau keluarga, siapa yang menjadi target sasaran program,
apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Evaluasi juga
bertujuan untuk mengidentifikasi maslah dalam perkembangan program dan
penyelesaiannya.

Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil program sudah


sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program , sumber daya dan waktu
pelaksanaan program yang telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan
apakah prioritas program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan kelurga, dengan
membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi program
merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses
pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi
proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil.
Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan ( knowledge ), sikap (
attitude) dan perubahan perilaku.

Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif , menghasilkan informasi untuk umpan


balik selama program berlangsung . sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan tentang efektifitas pengambilan keputusan.
Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mngevaluasi kesuksesan
dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga, didokumentasikan
dalam SOAP ( subjektif, objektif, analysis, planning ) seperti table berikut :

20
Tanggal No Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1.1 Dengan menggunakan SUBJEKTIF :
leaflet, mendiskusikan - Keluarga
bersama keluarga mengatakan
tentang : pengertian nyeri haid yan
haid, gejala sebelum terjadi pada anak
haid, penyebab nyeri L termasuk nyeri
haid. ringan dengan
Menanyakan pada skla 2, terjadi 1-2
keluarga tentang hal – hari menjelang
hal yang belum haid.
dimengerti menyangkut - Keluarga
pengertian, gejala, mengatakan haid
penyebab nyeri haid. merupakan
Meminta keluarga proses
untuk menjelaskan meluruhnya/
kembali pengertian , pelepasan sel
gejala, penyebab nyeri telur yang tidak
haid . dibuahi , yang
Member pujian atas terkadang dapat
jawaban yang benar menimbulkan
dari keluarga. sakit perut pada
wanita.
- Keluarga
mengatakan
gejala yang
biasanya terjadi
sebelum haid
seperti adanya
perasaan malas
beraktivitas ,

21
le,as, emosi labil,
nyeri kepala,
keram perut,
pingasan.
- Keluarga
mengatakan
nyeri haid pada
remaja dapat
disebabkan
karena hormon ,
pengaruh posisi
rahim, faktor
psikis seperti
stress.
OBJEKTIF:
Keluarga menyimak
setiap penjelasan
dengan baik.
ANALYSIS:
Tujuan intruksional
khuus ( TUK 1) tercapai
sesuai rencana.
PLANNING :
Evaluasi kembali TUK 1
tentang pengertian,
gejala, penyebab nyeri
haid pada pertemuan
kunjungan berikut.

Lanjutkan ke TUK 2
tentang bagaimana
mengidentifikasi nyeri

22
haid untuk pengambilan
keputusan yang akan
diambil keluarga.

23
2.6 Contoh Asuhan Keperawatan
Kasus

Pengkajian tahap I

Bapak berumur 46 tahun memiliki seorang istri ibu B 39 tahun. Saat ini keluarga
Bapak A tinggal di Jalan Pulau Penang Gg Sabit No 2. Keluarga tinggal di rumah
kontrakan ukuran 5x6 dengan kondisi rumah semi permanen. Bapak A sudah menikah
dengan ibu B selama 20 tahun dan saat ini dikaruniai 2 orang anak. Anak pertama laki-
laki bernama Iko 19 tahun tamat SMA sudah bekerja di bengkel dan anak nomor 2
seorang wanita bernama Iki berumur 17 tahun masih SMA. Bapak A bekerja sebagai
buruh dengan penghasilan sekitar 1,5 juta sebulan. Istri tidak bekerja karena menderita
stroke sejak 2 tahun yang lalu. Iko berpenghasilan hanya 1 juta sebulan. Saat ini keluarga
tidak teratur memeriksakan ibu B karena sibuk dan tidak memiliki cukup uang.
Sedangkan Kartu tunjangan kesehatan tidak ada. Ibu B punya riwayat stroke dari kedua
orang tuanya yg meninggal karena stroke, sedangkan Bapak A tidak memiliki riwayat
orang tua yg sakit berat. Hubungan komunikasi terbuka, semua anak penurut.

Pengkajian tahap II

Dari hasil pengkajian lebih lanjut ditemukan bahwa keluarga tidak tahu tentang
pengertian, penyebab dan dampak stroke yang tidak ditangani. Bapak A selama ini hanya
membiarkan istrinya dirawat dirumah seadanya. Saat ini kaki ibu B kaku karena tidak
pernah dilatih dan tekanan darahnya 200/100 mmhg, karena tidak pernah diberikan obat
tensi. Ibu B mengeluh sakit kepala dan jika sakit hanya diberikan paramek. Ibu tidur di
tempat yang kotor dan sejak ngamar tidak pernah lagi diajak kontrol, baik ke puskesmas
maupun dokter karena alasan tidak punya uang dan tidak punya kartu tunjangan kesehatan

Hasil pengumpulan data lainya

Bapak A, Iko dan Iki tidak ditemukan kelainan , Ibu B hemi parese kanan,
kontraktur pada kaki dan tangan kanan. Tensi 200/100 mmhg.

24
HASIL DISKUSI KASUS

I. PENGKAJIAN
TAHAP 1
A. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. A
2. Alamat : Jalan Pulau Penang Gg Sabit No 2
3. Komposisi keluarga :
Hubungan
Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dengan KK

46 Kepala
Tn.A Laki-laki SMA Buruh Sehat
tahun Keluarga

39 Tidak
Ny. B Perempuan Istri - Sakit
tahun bekerja

19
Iko Laki-laki Anak SMA Montir Sehat
tahun

17
Iki Perempuan Anak SMA Pelajar Sehat
tahun

4. Genogram

Tn.F Ny. Tn. I Ny.


G J
Sehat Sehat Stroke Stroke

Tn.A 25
Ny.
B
Sehat Stroke
Keterangan :

Laki-Laki

Perempuan

Kawin

Meninggal

Anggota Serumah

Klien

5. Tipe keluarga
Tipe Keluarga Tn. A adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua
orang anak.
6. Suku
Keluarga Tn. A merupakan keluarga suku Bali.

7. Agama
Keluarga Tn. A beragama Hindu.
8. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn.A diperoleh dari Tn.A yang bekerja sebagai buruh
dengan penghasilan sekitar 1,5 jt /bulan dan anak pertama Tn.A yaitu Rmj.O

26
bekerja sebagai montir dengan penghasilan 1 juta/ bulan. Penghasilan tersebut
digunakan untuk membayar kontrakan rumah, membayar sekolah anak, dan
untuk membiayai keperluan makan sehari-hari. Keluarga Tn.A tidak memiliki
kartu tunjangan kesehatan.
9. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.A jarang pergi ke tempat rekreasi secara bersama, karena Tn.A
dan anaknya sibuk bekerja dan bersekolah.
B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dalam tahap keluarga dengan anak usia remaja, tugas perkembangan
keluarga dengan anak remaja seperti : mempertahankan pola komunikasi,
keluarga Tn. A memiliki hubungan komunikasi terbuka serta semua anak
penurut.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn. A selama ini hanya membiarkan istrinya dirawat dirumah seadanya. Saat
ini kaki Ny. B kaku karena tidak pernah dilatih dan tekanan darahnya 200/100
mmHg, karena tidak pernah diberikan obat tensi. Ibu tidur di tempat yg kotor
dan sejak ngamar tidak pernah lagi diajak kontrol, baik ke puskesmas maupun
dokter karena alasan tidak punya uang dan tidak punya kartu tunjangan
kesehatan
3. Riwayat keluarga inti
Kondisi kesehatan Ny.B menderita penyakit stroke sejak 2 tahun yang lalu dan
saat ini mengalami keluhan hemi parese kanan, kontraktur pada kaki dan
tangan kanan. Tn. A, Iko dan Iki tidak ditemukan kelainan.
4. Riwayat keluarga sebelumya
Riwayat orang tua pihak Tn.A tidak mempunyai riwayat sakit yang berat.
Riwayat orang tua Ny.B memiliki riwayat stroke dan kedua orang tua Ny.B
meninggal karena penyakit stroke tersebut.

C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah

27
Rumah yang dihuni Tn.A merupakan rumah kontrakan ukuran 5x6 m2, rumah
semi permanen dan kondisi rumah kotor.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Saat ini keluarga Tn. A tinggal di Jalan Pulau Penang Gg Sabit No 2.
3. Mobilitas geografis keluarga
-

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Ny.B tidak dapat mengikuti perkumpulan apapun di rumah, karena kondisinya
yang tidak memungkinkan akibat penyakit stroke yang dideritanya.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn.A bila ada masalah keluarga selalu membicarakan masalah
secara terbuka.

D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn. A mempunyai hubungan komunikasi terbuka serta semua anak
penurut.
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn.A saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga bila
ada anggota keluarga yang bermasalah selalu membicarakan secara
musyawarah.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn.A sebagai kepala keluarga, mencari nafkah dengan menjadi buruh. Ny.B
sebagai istri dan tidak bekerja karena menderita stroke sejak 2 tahun yang lalu.
Rmj.O sebagai anak pertama bekerja sebagai montir. Rmj.I yang menginjak
usia remaja masih sebagai pelajar SMA, kedua anak Tn. A bersifat terbuka
dan juga penurut.
4. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn.A menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga.

E. Fungsi Keluarga

28
1. Fungsi afektif
Respon keluarga sangat bangga bila ada anggota keluarga yang berhasil dan
keluarga sangat sedih bila ada anggota keluarga yang meninggal, sakit, atau
kehilangan.

2. Fungsi sosialisasi
Ny. B tidak dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungannya karena kondisi
yang kurang sehat akibat penyakit stroke yang dideritanya.
3. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga Tn. A tidak teratur memeriksakan kondisi Ny. B karena sibuk dan
tidak memiliki cukup uang. Dari hasil pengkajian lebih lanjut ditemukan
bahwa keluarga tidak tahu tentang pengertian, penyebab dan dampak stroke
yang tidak ditangani. Tn. A selama ini hanya membiarkan istrinya dirawat
dirumah seadanya. Saat ini kaki Ny. B kaku karena tidak pernah dilatih dan
tekanan darahnya 200/100 mmHg, karena tidak pernah diberikan obat tensi.
Ny. B mengeluh sakit kepala dan jika sakit hanya diberikan paramek.

F. Stres dan Koping Keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga
Stressor jangka pendek yang dirasakan keluarga Tn. A bersumber pada
masalah keuangan keluarga seperti baiya sekolah, anak, dan biaya kontrak
rumah tiap bulan. Sedangkan stressor jangka panjang yang dialami keluarga
Tn. A seperti cemas karena kondisi kesehatan Ny. B semakin memburuk
namun tidak dapat memeriksakannya ke pusat pelayanan kesehatan.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stressor
Upaya keluarga Tn. A dalam mengatasi stress adalah dengan tetap bekerja
keras dan berdoa.
3. Strategi koping yang digunakan
Ketika sedang ada masalah, keluarga Tn. A biasanya membicarakan masalah
secara terbuka.
4. Strategi adaptasi disfungsional

29
Dari hasil pengkajian, tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga dalam
mengatasi masalah secara maladaptif.

G. Pemeriksaan Fisik

Aspek Tn. A Ny.B Rmj. O Rmj. I

Tensi (mmHg) - 200/100 - -

Ekstremitas atas Tidak Hemi parese Tidak Tidak


dan bawah ditemukan kanan, kontraktur ditemukan ditemukan
kelainan pada kaki dan kelainan kelainan
tangan kanan.

H. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dapat memeriksakan kondisi Ny. B secara teratur ke pusat
pelayanan kesehatan, keluarga juga berharap tekanan darah Ny. B dalam batas
normal serta petugas kesehatan dapat mengupayakan agar keluarga Tn. A
mendapatkan kartu tunjangan kesehatan.

TAHAP II
A. Mengenal Masalah
1. Pengertian
Keluarga tidak mengetahui pengertian dari penyakit stroke.
2. Penyebab
Keluarga tidak mengetahui penyebab dari penyakit stroke.
3. Tanda dan gejala
Keluarga tidak mengetahui tanda dan gejala dari penyakit stroke.
4. Tingkat keseriusan masalah pada keluarga
Keluarga tidak menganggap serius masalah yang terjadi pada Ny.B ditandai
dengan keluarga hanya merawat seadanya di rumah, Ny.B tidak pernah diajak
kontrol ke puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainnya, jika sakit kepala

30
hanya diberikan obat paramek, dan saat tekanan darahnya tinggi Ny.B tidak
diberikan obat tensi.

B. Mengambil Keputusan
1. Akibat
Akibat yang terjadi bila Ny.B tidak di kontrol ke puskesmas adalah kondisi
Ny.B semakin memburuk. Akan tetapi apabila Ny.B rutin di kontrol ke
puskesmas maka tekanan darah Ny.B dapat terkontrol. Selain itu akibat dari
tidak pernahnya Tn.A melatih tangan dan kaki kanan istrinya menyebabkan
terjadinya kekakuan otot pada Ny. B.
2. Keputusan keluarga
Tn. A selama ini hanya membiarkan istrinya dirawat dirumah seadanya
karena sibuk dan tidak memiliki cukup uang.

C. Melakukan Perawatan Sederhana


1. Cara-cara perawatan yang sudah dilakukan keluarga
Ketika Ny. B mengeluh sakit kepala keluarga Tn. A hanya memberikan obat
paramek saja.
2. Cara-cara pencegahan
Tidak dilakukannya cara pencegahan apapun oleh keluarga Tn.A karena
kurangnya pengetahuan yang dimiliki keluarga untuk mencegah penyakit
stroke.

D. Modifikasi Lingkungan
1. Lingkungan fisik
Tidak dilakukannya modifikasi apapun oleh keluarga Tn.A karena kesibukan
anggota keluarga dan juga tidak memiliki cukup uang.
2. Lingkungan psikologis
Keluarga Tn. A memiliki hubungan komunikasi yang terbuka, dan semua
anak penurut.

31
E. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
1. Pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi keluarga
Keluarga Tn.A tidak mempunyai tempat pelayanan kesehatan yang biasa
dikunjungi.
2. Frekuensi kunjungan
Keluarga tidak teratur dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan
dikarenakan kesibukan keluarga dan tidak memiliki cukup uang.

ANALISIS DATA

No. Data Fokus Etiologi Masalah


1. DS : Keterbatasan Defisiensi
1. Keluarga tidak tahu kognitif pengetahuan
tentang pengertian,
penyebab dan dampak
stroke yang tidak
ditangan
DO : -
2. DS : Kontraktur Hambatan mobilitas
1. Keluarga mengatakan fisik
Ibu B sudah
mengalami stroke
sejak 2 tahun yang
lalu
2. Keluarga mengatakan
Ibu B punya riwayat
stroke dari kedua
orang tuanya yg
meninggal karena
stroke
DO :
1. Kaki Ibu B kaku
karena tidak pernah di
latihan
2. Ibu B hemi parese
kanan, kontraktur
pada kaki dan tangan
kanan

32
3. DS : Kelemahan fisik Defisit perawatan
1. Keluarga mengatakan diri
Ibu B sudah
mengalami stroke
sejak 2 tahun yang
lalu
DO :
1. Ibu B hemi parese
kanan, kontraktur
pada kaki dan tangan
kanan
4. DS : Kesulitan Ketidakefektifan
1. Keluarga mengatakan ekonomi manajemen regimen
tidak teratur terapeutik keluarga
memeriksakan ibu B
karena sibuk dan tidak
memiliki cukup uang
2. Keluarga mengatakan
tidak mempunyai
kartu tunjangan
kesehatan
3. Ibu B mengeluh sakit
kepala dan jika sakit
hanya diberikan
paramek
DO :
1. Ibu B dirawat
dirumah seadanya
2. Ibu tidur di tempat
yang kotor
5. DS : Imobilitas fisik Risiko kerusakan
1. Keluarga mengatakan integritas kulit
Ibu B sudah
mengalami stroke
sejak 2 tahun yang
lalu
DO :
1. Ibu B hemi parese
kanan, kontraktur
pada kaki dan tangan
kanan

33
II. DIAGNOSA
1. Defisiensi pengetahuan b/d keterbatasan kognitif d/d keluarga tidak tahu tentang
pengertian, penyebab dan dampak stroke yang tidak ditangan
2. Hambatan mobilitas fisik b/d kontraktur d/d keluarga mengatakan Ibu B sudah
mengalami stroke sejak 2 tahun yang lalu, keluarga mengatakan Ibu B punya
riwayat stroke dari kedua orang tuanya yg meninggal karena stroke, kaki Ibu B
kaku karena tidak pernah di latihan, dan Ibu B hemi parese kanan, kontraktur pada
kaki dan tangan kanan
3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik d/d keluarga mengatakan Ibu B sudah
mengalami stroke sejak 2 tahun yang lalu dan Ibu B hemi parese kanan, kontraktur
pada kaki dan tangan kanan
4. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik b/d kesulitan ekonomi d/d
keluarga mengatakan tidak teratur memeriksakan ibu B karena sibuk dan tidak
memiliki cukup uang, keluarga mengatakan tidak memiliki kartu tunjangan
kesehatan, Ibu B mengeluh sakit kepala dan jika sakit hanya diberikan paramek,
Ibu B dirawat dirumah seadanya, dan Ibu tidur di tempat yang kotor
5. Risiko kerusakan integritas kulit b/d imobilitas fisik d/d keluarga mengatakan Ibu
B sudah mengalami stroke sejak 2 tahun yang lalu dan Ibu B hemi parese kanan,
kontraktur pada kaki dan tangan kanan.

III. PRIORITAS MASALAH


1. Defisiensi pengetahuan = 9/2 = 4,5
a. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1
b. Kemungkinan untuk diubah : 2/2 x 2 = 2
c. Potensial dicegah : 3/3 x 1 = 1
d. Menonjolnya masalah : 1/2 x 1 = 1/2
2. Hambatan mobilitas fisik = 7/2 = 3,5
a. Sifat Masalah : 3/3 x 1 = 1
b. Kemungkinan untuk diubah : 1/2 x 2 = 1
c. Potensial dicegah : 3/3 x 1 = 1
d. Menonjolnya masalah : 1/2 x 1 = 1/2
3. Defisit perawatan diri = 19/6 = 3,2

34
a. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1
b. Kemungkinan untuk diubah : 1/2 x 2 = 1
c. Potensial dicegah : 2/3 x 1 = 2/3
d. Menonjolnya masalah : 1/2 x 1 = 1/2
4. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga = 3
a. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1
b. Kemungkinan untuk diubah : 1/2 x 2 = 1
c. Potensial dicegah : 3/3 x 1 = 1
d. Menonjolnya masalah : 0/2 x 1 = 0
5. Risiko kerusakan integritas kulit = 2
a. Sifat masalah : 2/3 x 1 = 2/3
b. Kemungkinan untuk dicegah : 1/2 x 2 = 1
c. Potensial dicegah : 1/3 x 1 =1/3
d. Menonjolnya masalah : 0/2 x 1 = 0

IV. RENCANA KEPERAWATAN


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Defisiensi NOC NIC
pengetahuan 1. Knowledge : disease proces Teaching : disease proces
2. Knowledge : health behavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
Kriteria hasil : penyakit yang spesifik
1. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan pengertian dan
menyatakan tentang patofisiologi dari penyakit serta
penyakit, kondisi, prognosis bagaimana hal ini berhubungan
dan program pengobatan dengan anatomi dan fisiologi
2. Pasien dan keluarga mampu ,dengan cara yang tepat.
melaksanakan prosedur yang 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
dijelaskan secara benar. biasa pada penyakit, dengan cara
3. Pasien dan keluarga mampu yang tepat
menjelaskan kembali apa 4. Identifikasi kemungkinan
yang dijelaskan perawat/tim penyebab, dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya. 5. Jelaskan dampak apabila penyakit
tidak ditangani
6. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
7. Hindari jaminan yang kosong

35
8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second informasi atau opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan.
12. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,dengan
cara yang tepat.
13. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan,dengan cara
yang tepat.
2. Hambatan NOC NIC
mobilitas fisik 1. Joint movement : Active Exercise therapy : ambulation
2. Mobility Level 1. Monitoring vital sign
3. Self care : ADLs sebelum/sesudah latihan dan lihat
4. Transfer performance respon pasien saat latihan
2. Ajarkan pasien dan keluarga
Kriteria hasil : tentang teknik ambulasi
1. Klien meningkat dalam 3. Kaji kemampuan pasien dalam
aktivitas fisik mobilisasi
2. Mengerti tujuan dari 4. Latih pasien dengan pemenuhan
peningkatan mobilitas kebutuhan ADLs ps
3. Memverbalisasikan perasaan 5. Berikan alat bantu jika klien
dalam meningkatkan memerlukan
kekuatan dan kemampuan 6. Ajarkan pasien bagaimana
berpindah merubah posisi dan berikan
4. Memperagakan penggunaan bantuan jika diperlukan
alat bantu untuk mobilisasi 7. Latih pasien dengan teknik ROM

3. Defisit perawatan NOC NIC


diri 1. Activity intolerance Self-care assistance: bthing/hygiene
2. Mobility: physical impaired 1. Pertimbangkan budaya pasien
3. Self care deficit hygiene ketika mempromosikan aktivitas
4. Self care deficit toileting perawatan diri

36
5. Self care: dressing 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
6. Ambulation mempromosikan aktivitas
Kriteria hasil : perawatan diri
1. Perawatan diri ostomi: 3. Tempat handuk, sabun, deodorant,
tindakan pribadi alat pencukur, dan aksesoris
mempertahankan ostomi lainnya yang dibutuhkan di
untuk eliminasi samping tempat tidur atau di
2. Perawatan diri: aktivitas kamar mandi
kehidupan sehari-hari 4. Memfasilitasi pasien menyikat
(ADL) mampu untuk gigi dengan sesuai
melakukan aktivitas 5. Memfasilitasi pasien mandi
perawatan fisik dan pribadi 6. Memantau pembersihan kuku
secara mandiri atau dengan menurut kemampuan perawatan
alat bantu diri pasien
3. Perawatan diri mandi: 7. Memantau integritas kulit pasien
mampu untuk
membersihkan tubuh Self-care assistance: toileting
sendiri secara mandiri 1. Pertimbangkan budaya pasien
dengan atau tanpa alat bantu ketika mempromosikan aktivitas
4. Perawatan diri hygiene: perawatan diri
mampu untuk 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
mempertahankan mempromosikan aktivitas
kebersihan dan penampilan perawatan diri
yang rapi secara mandiri 3. Lepaskan pakaian yang penting
dengan atau tanpa alat bantu untuk memungkinkan
5. Perawatan diri hygiene oral: penghapusan
mampu untuk merawat 4. Membantu pasien ke
mulut dan gigi secara toilet/commode/bedpan/fraktur
mandiri dengan atau tanpa pan/ urinoir pada selang waktu
alat bantu tertentu
6. Mampu mempertahankan 5. Pertimbangkan respon pasien
mobilitas yang diperlukan terhadap kurangnya privasi
untuk ke kamar mandi dan 6. Menyediakan privasi selama
menyediakan perlengkapan eliminasi
mandi 7. Menyiram toilet/membersihkan
7. Mampu duduk dan turun penghapusan alat (commode,
dari kloset pispot)
8. Mengenali dan mengetahui 8. Menyediakan alat bantu
kebutuhan bantuan untuk (misalnya, kateter eksternal atau
eliminasi urinal)
9. Mampu untuk mengenakan 9. Memantau integritas kulit pasien
pakaian dan berhias sendiri
secara mandiri atau tanpa Self care assistance:
alat bantu dressing/grooming
10. Menggunakan pakaian 1. Pantau tingkat kekuatan dan
secara rapi dan bersih toleransi aktivitas

37
11. Mampu melepas pakaian, 2. Pantau peningkatan dan
kaus kaki dan sepatu penurunan kemampuan untuk
12. Menunjukkan rambut yang berpakaian dan melakukan
rapi dan bersih perawatan rambut
13. Menggunakan tata rias 3. Sediakan pakaian pasien pada
tempat yang mudah dijangkau (di
samping tempat tidur)
4. Fasilitasi pasien untuk menyisir
rambut, bila memungkinkan
5. Dukung kemandirian dalam
berpakaian, berhias, bantu pasien
jika diperlukan
6. Pertahankan privasi saat pasien
berpakaian
7. Bantu pasien untuk menaikkan,
mengancingkan, dan meresleting
pakaian, jika diperlukan
8. Gunakan alat bantu tambahan
(missal sendok, pengait kancing,
dan penarik resleting) untuk
menarik pakaian jika diperlukan
9. Beri pujian atas usaha untuk
berpakaian sendiri
10. Gunakan terapi fisik dan okupasi
sebagai sumber dalam
perencanaan tindakan pasien
dalam perawatan pasien dengan
alat bantu
4. Ketidakefektifan NOC NIC
manajemen 1. Koping keluarga 1. Peningkatan Koping: Membantu
regimen 2. Fungsi keluarga pasien beradaptasi dengan
terapeutik 3. Normalisasi keluarga persepsi stressor, perubahan, atau
4. Partisipasi keluarga dalam ancaman yang menghambat
perawatan profesinal pemenuhan tuntutan hidup dan
5. Fleksibilitas keluarga peran
6. Pengetahuan : Program 2. Dukungan Pengambilan
Terapi Keputusan: memberi informasi
dan dukungan kepada pasien yang
Kriteria Hasil mengambil keputusan tentang
1. Mengisyaratkan keinginan layanan kesehatan
untuk menata laksana 3. Mobilisasi Keluarga :
regimen atau program Menggunakan kekuatan keluarga
terapeutik untuk memengaruhi kesehatan
2. Mengidentifikasi factor yang pasien pada arah yang positif
menghambat kepatuhan 4. Panduan Sistem Kesehatan:
terhadap program terapeutik memfasilitasi lokasi tempat

38
3. Menyesuaikan aktivitas yang tinggal pasien dan penggunaan
biasa dilakukan jika perlu layanan kesehatan yang tepat
untuk menggabungkan 5. Penyuluhan: Prosedur/Terapi :
program terapi anggota mempersiapkan pasien untuk
keluarga (misalnya, diet, memahami dan secara mental
aktivitas) bersiap untuk prosedur atau
4. Mengalami penurunan gejala bersiap untuk prosedur atau terapi
penyakit diantara anggota yang diprogramkan
keluarga 6. Fasilitasi pemahaman tentang
aspek medis kondisi pasien
kepada anggota keluarga
7. Ajarkan strategi untuk
mempertahankan atau
memulihkan kesehatan pasien
8. Bantu keluarga mengidentifikasi
sumber layanan kesehatan
komunitas
9. Rujuk keluarga pada kelompok
dukungan keluarga
5. Risiko kerusakan NOC NIC
integritas kulit 1. Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes Pressure Management
2. Tissue Perfusion:perifer 1. Anjurkan pasien untuk
3. Dialiysis Access Integrity menggunakan pakaian yang
longgar
Kriteria Hasil 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
1. Integritas kulit yang baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
dipertahankan bersih dan kering
2. Melaporkan adanya 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
gangguan sensasi atau nyeri pasien) setiap dua jam sekali
pada daerah kulit yang 5. Monitor kulit akan adanya
mengalami gangguan kemerahan
3. Menunjukkan pemahaman 6. Oleskan lotion atau minyak/baby
dalam proses perbaikan kulit oil pada daerah yang tertekan
dan mencegah terjadinya 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
cedera berulang pasien
4. Mampu melindungi kulit dan 8. Memandikan pasien dengan sabun
mempertahankan dan air hangat
kelembaban kulit dan 9. Gunakan pengkajian risiko untuk
perawatan alami memonitor faktor risiko pasien
5. Sensasi dan warna kulit (Braden Scale, Skala Norton)
normal 10. Inspeksi kulit terutama pada
tulang-tulang yang menonjol dan
titik-titik tekanan ketika merubah
posisi pasien.
11. Jaga kebersihan alat tenun

39
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian tinggi protein, mineral
dan vitamin

40
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui
ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan
kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan
oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai
tujuan (Leininger, 1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu
rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai
tujuan bersama.

3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa dan juga calon perawat diharapkan juga mampu dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga karena keluarga adalah suatu sistem
sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara
regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling
tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Komang.2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto


Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung
Seto

42
1

Anda mungkin juga menyukai