Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kemenkes RI (2014) Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan
tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data
Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-
obatan yang efektif banyak tersedia.
Menurut Triyanto (2014) hipertensi merupakan salah satu penyakit
degenerative, umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan seiring
bertambahnya umur (Presilia Alva Seke, (2016). Menurut Saraswati (2009) seseorang
dapat mengidap hipertensi selama bertahun – tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi
kerusakan organ vital yang cukup berat yang bahkan dapat menyebabkan kematian,
seseorang baru merasakan dambak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi,
seperti, gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi koknitif atau
stroke. Menurut Dhinningtyas, (2006) Hipertensi bukan merupakan faktor penyebab
tungga, tetapi disebabkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu kegemukan, pola makan
yang tidak sehat, aktivitas yang kurang, keadaan stress psikologis, kebiasaan minum
alkohol, pola konsumsi kopi dan kebiasaan merokok. perlu adanya pengobatan
farmakologis dikombinasi dengan pengobatan non farmakologis. Pengobatan non
farmakologi yang dapat dipergunakan diantaranya adalah pengobatan dengan tanaman
tradisional, pijat refleksi, akupunktur dan lain-lain. Metode non farmakologi yang sedang
berkembang saat ini adalah hipnoterapi.
Menurut American Psichological Association (APA), Dictionary of Psychology
(2007), bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat mengatasi hipertensi, asma,
insomnia, manajemen rasa nyeri akut maupun kronis, anorexia, nervosa, makan berlebih,
merokok, dan gangguan kepribadian (Prasetya, 2013). Menurut Closkey & Bulechek,
(2004) Hipnoterapi menggunakan kekuatan sugesti yang akan langsung merelaksasikan
kondisi pasien, sehingga dapat menjadi lebih nyaman dalam waktu yang cukup singkat,
Terapi kognitif seperti hipnosis ini merupakan jenis terapi yang efektif dalam mengatasi
beberapa masalah kesehatan, termasuk dalam menurunkan tekanan darah dengan sedikit
atau hampir tidak ada efek samping sama sekali (Indra, M., 2013, Wong & Hakim, 2009).

1
B. Rumusan Masalah
Apakah hipnoterapi berpengaruh terhadap penyembuhan penyakit hipertensi?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap penyembuhan penyakit hipertensi

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Hipertensi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya
terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang
peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
dapat dikendalikan.
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah
sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan. (Kemenkes RI, 2014)
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:
1. Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan
kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi
campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).
Terdapat jenis hipertensi yang lain:

3
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah
arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan
aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang
ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan.
Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih
sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun
sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival / sampai timbulnya gejala
penyakit sekitar 2-3 tahun.
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health;
bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri
pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan
tidak didapatkan adanya kelainan katup pad a jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit
jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya
terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan
kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga
didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul
dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung
janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan
hipertensi kronik.
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam
kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut
diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet,
tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.
(kemenkes RI, 2014)

B. Hipnoterapi
William Saul Kroger, M.D., salah seorang tokoh besar dunia Hipnosis
memaparkan bahwa Hipnoterapi lebih tepat dipandang sebagai ‘proses terapi yang dilakukan
dalam kondisi perpindahan kesadaran Hipnosis’.’ proses perpindahan kesadaran seseorang

4
ke kondisi Hipnosis bukanlah suatu bentuk terapi spesifik, memang ada efek relaksasi
mental-emosional dari fenomena ini, namun tanpa adanya penanganan lebih jauh maka
kondisi ini tidak akan menghasilkan efek terapi yang signifikan. Dengan kata lain, proses
perpindahan kesadaran Hipnosis lebih menjadi sebuah ‘jembatan’ bagi kita untuk bisa
mengaplikasikan berbagai macam pendekatan terapi di Pikiran Bawah Sadar .(Nalendra,
2017)
Pikiran Bawah Sadar adalah ‘mesin’ yang mengoperasikan diri kita saat ini,
program yang terbentuk dari masa lalulah yang menggerakkan kita saat ini. Program yang
sudah terbentuk di Pikiran Bawah Sadar ini memiliki fungsi perlindungan mental. Fungsi
perlindungan mental inilah yang perlu ‘ditembus’ berlapis, yang pertama yaitu menggunakan
teknik Hipnosis untuk bisa menembus Area Kritis yang menjadi fungsi perlindungan mental
pertama agar bisa memasuki Pikiran Bawah Sadar dan mengupayakan perubahan di
dalamnya.
Kesadaran Pikiran Bawah Sadar pun masih ada fungsi perlindungan mental lain
yang akan menolak upaya perubahan ini, disinilah ragam teknik Hipnoterapi dan Psikoterapi
dilakukan untuk menembus fungsi-fungsi perlindungan mental itu dan ‘mengedukasi ulang’
Pikiran Bawah Sadar untuk bisa menjalankan perubahan baru yang diinginkan oleh Pikiran
Sadar. Itulah mengapa teknik Hipnoterapi bukanlah semata pemberian sugesti langsung
(Direct Suggestion) yang dipersepsikan oleh banyak orang, melainkan melibatkan ragam
teknik lain yang lebih kompleks.

C. Efektifitas Hipnoterapi terhadap Hipertensi


Telah banyak dibuktikan, menurut American Psichological Association (APA),
Dictionary of Psychology (2007), bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat
mengatasi hipertensi.
Hipnoterapi menggunakan kekuatan sugesti yang akan langsung merelaksasikan
kondisi pasien, sehingga dapat menjadi lebih nyaman dalam waktu yang cukup singkat, Terapi
kognitif seperti hipnosis ini merupakan jenis terapi yang efektif dalam mengatasi beberapa
masalah kesehatan, termasuk dalam menurunkan tekanan darah dengan sedikit atau hampir
tidak ada efek samping sama sekali (Indra, M., 2013, Wong & Hakim, 2009).
Berdasarkan jurnal penelitian Siska, RA (2018) didapatkan hasil bahwa hipnoterapi
efektif dapat mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi didesa Jombatan wilayah
keja puskesmas Jabon. Pada saat dilakukan hipnoterapi responden dibimbing untuk

5
melakukan relaksasi. Respon relaksasi ini terjadi melalui penurunan bermakna dari kebutuhan
zat oksigen oleh tubuh, selanjutnya otot-otot tubuh yang relaks menimbulkan perasaan tenang
dan nyaman. Aliran darah akan lancar, neurotransmiter penenang akan dilepaskan dan sistem
saraf akan bekerja secara baik, dan setelah kondisi relaksasi tercapai maka secara alamiah
gerbang pikiran bawah sadar akan terbuka, Sehingga akan lebih mudah menerima sugesti
penyembuhan yang diberikan (Benson, 1975 dalam Sutrisno, 2016).
Berdasarkan jurnal penelitian oleh Sutrisno (2014), penelitian didapatkan hasil
bahwa hipnoterapi secara efektif dapat menurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik
pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Penawangan II. Menurut peneliti,
penurunan tekanan darah ini terjadi karena secara fisiologis saat seseorang masuk relaksasi
hipnosis, gelombang pikirannya masuk ke gelombang alfa frekuensinya 7-14 hertz atau lebih
dalam lagi ke gelombang theta frekuensinya 4-7 hertz. Ketika pikiran seseorang masuk ke
gelombang ini, manusia menghasilkan zat endorphin alami yang menghasilkan sensasi
nyaman, dan tubuh menjadi rileks. Dan dalam hypnosis state ini, sistem metabolisme tubuh
menjadi jauh lebih baik dan tubuh bebas dari ketegangan. Sehingga terjadi respon saraf
otonom penurunan tekanan darah, nadi, dan pernafasan. Pendapat diatas diperkuat dengan
penelitian dari Holdevici dan Craciun (2012) tentang The Role of Ericksonian Hypnosis in
Reducing Essential and Secondary Hypertension, hipnoterapi dengan menggunakan teknik
Ericksonian Hypnosis terbukti bisa meningkatkan kualitas hidup dengan menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Hal ini disebabkan terjadinya pelepasan endorphin yang
membuat tubuh menjadi nyaman dan bahagia, kualitas hidup menjadi meningkat dan tekanan
darah bisa terkontrol.
Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Slametiningsih (2017), Dari hasil penelitian bahwa
pasien dengan kecemasan karena hypertensi diberikan tindakan self hypnosis dapat
menurunkan tingkat kecemasan secara drastis dibandingkan hanya dengan penyuluhan saja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya perlakuan self hypnosis maka dapat
menurunkan tekanan darah dimana pada kelompok eksperimen setelah perlakuan Menurut
Kusuma dan Artistiana (2013) menyatakan bahwa dengan adanya perlakuan Self-healing
(hypnosis) maka dapat membuat pasien relaksasi sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
Self-healing adalah keterampilan penyembuhan diri sendiri. Ada beberapa teknik self-healing,
salah satunya adalah teknik self-hypnosis atau autohipnosis. Self-hypnosis dapat diartikan
sebagai menghipnosis diri sendiri. Hasil penelitian tingkat kecemasan pasien pada kelompok

6
eksperimen yang dilakukan teknik self-hypnosis menunjukan bahwa 57,1% responden sudah
tidak mengalami kecemasan. Hasil penelitian ini dikatahui nilai tekanan darah pasien pada
kelompok eksperimen sesudah dilakukan teknik self-hypnosis terdapat 71,4% yang memiliki
tekanan darah sistole ≤139 dan diastole ≤89 atau kategori normal.dengan hasil P value =
0.001 < α = 0.05.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
William Saul Kroger, M.D., salah seorang tokoh besar dunia Hipnosis memaparkan bahwa
Hipnoterapi lebih tepat dipandang sebagai ‘proses terapi yang dilakukan dalam kondisi
perpindahan kesadaran Hipnosis’
Telah banyak dibuktikan, menurut American Psichological Association (APA),
Dictionary of Psychology (2007), bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat
mengatasi hipertensi. Dari beberapa jurnal penelitian yang telah penulis paparkan didapatkan
kesimpulan bahwa hipnoterapi efektif untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu untuk menambah ilmu keperawatan
khususnya dalam Keperawatan Komplementer dan memahami lebih dalam tentang pengaruh
hipnoterapi terhadap hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai