Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Perawat adalah salah satu tenaga medis
yang melakukan pelayanan kesehatan dirumah sakit. Profesi perawat memiliki peran utama
dalam kontak dengan pasien dan kebanyakan tindakan medis yang diberikan kepada pasien
dilakukan oleh perawat. Perawat di Indonesia, jumlahnya paling banyak bila dibandingkan
dengan tenaga kesehatan lainya. Jumlah perawat di seluruh rumah sakit berdasarkan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS Tahun 2009) sebanyak 107.029 orang. Sedangkan jumlah
perawat yang bekerja di Puskesmas berdasarkan Profil Kesehatan Tahun 2009 berjumlah 52.753
orang, sehigga peran perawat menjadi penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit (Supriyantoro, 2011).

Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan
atau beban atasnya. Stres dapat muncul apabila seseorang mengalami beban atau tugas berat
dan orang tersbut tida dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres
(Selye, 1950 dalam Hidayat, 2011). Ketidakberdayaan dan perasaan tertekan pada perawat
dalam menghadapi stresor pekerjaan akan memberikan berbagai dampak negatif. Stres yang
berlebihan dapat menyebabkan kelelahan fisik dan emosional. Selain itu, stres juga akan
mempengaruhi produktivitas kerja sehingga akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien (Mansour et al, (2011). Penelitian yang dilakukan The National
Institute Occupational Safety and Health (NIOSH) menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan
yang berhubungan dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki kecenderungan tinggi untuk
terkena stres kerja atau depresi (Rahman 2010), sedangkan American National Association
for Occupational Health (ANAOH) menempatkan kejadian stres kerja pada perawat berada
diurutan paling atas pada empat puluh pertama kasus stres kerja pada pekerja. Hal ini bisa
disebabkan oleh tugas-tugas perawat yang sering monoton dan kondisi ruangan yang sempit,
biasa dirasakan oleh perawat yang bertugas di bagian bangsal. Tuntutan untuk bertindak cepat
dan tepat dalam menangani pasien biasanya dihadapi oleh perawat diruang gawat darurat atau
bagian kecelakaan (Rahman, 2010).

Penelitian Ilmi, 2003 (dalam Wahyu, 2015) mengungkapkan bahwa perawat di


Indonesia cenderung mengalami stres kerja yang berlebih sehingga kecenderungan yang
terjadi adalah rendahnya mutu pelayanan keperawatan karena kasus burnout perawat. Stressor
overstessed yang dialami perawat paling banyak dipicu oleh beban kerja yang tinggi (82,2%),
upah yang tidak adil (57,9), kondisi kerja (52,3%) dan tidak diikut sertakannya perawat dalam
pengambilan keputusan (44,99).

Berdasarkan penelitian departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005


bahwa terdapat 78,8% perawat yang melakukan tugas kebersihan, 63,3% melakukan tugas
administrasi dan lebih dari 90% melakukan tugas non keperawatan misalnya membuat resep,
menetapkan diagnose penyakit dan melakukan tindakan pengobatan dan hanya 50% yang
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsinya.

Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu
berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan
langsung pada pasien melebihi dari kemampuan seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja,
tuntutan pekerjaan tinggi serta dokumentasi asuhan keperawatan (Munandar, 2008). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2007) didapatkan bahwa kondisi kerja
memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe
kepribadian dan beban kerja. Akibat negatif dari meningkatnya beban kerja adalah
kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai yang diharapkan pasien. Beban kerja
yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja
berpengaruh terhadap produktifitas perawat. Perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang
ada tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Kondisi ini dapat
memicu munculnya stres kerja, karena semua pasien yang berkunjung secara tidak langsung
menuntut mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga permasalahan yang
dihadapi pasien segera terselesaikan (Munandar, 2008).
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang disampaikan,
“Apakah ada hubungan beban kerja dengan tingkat stres perawat” ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan
tingkat stres perawat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi beban kerja perawat.
b. Mengidentifikasi tingkat stres perawat.
c. Mengidentifikasi hubungan beban kerja dengan tingkat stres perawat.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terutama dibidang keperawatan khususnya dalam mengembangkan ilmu
tentang stres perawat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan metode
pendidikan dibidang keperawatan untuk peningkatan kesehatan psikologis bagi
perawat agar dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2) Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan tingkat stres perawat sehingga penelitian ini dapat dikembangkan,
misalnya strategi manajemen stres yang tepat untuk perawat.
3) Bagi pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk rumah sakit sebagai masukan untuk
membuat kebijakan dalam pengelolaan stres kerja pada perawat dan dalam membuat
perencanaan sumber daya manusia yang sehat secara komprehensif.
E. KEASLIAN PENELITIAN
1. Virginia V. Runtu, Universitas Sam Ratulangi melalukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Beban Kerja Fisik dengan Stres Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan beban kerja fisik dengan stres kerja perawat di ruang instalasi
rawat inap rumah sakit umum gmim pancaran kasih manado dengan sampel 41 orang dan
umur dalam rentang 20-40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan
menggunakan pendekatan cros-sectional. Hasil uji hipotesis menggunakan uji Chi Square
pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05%), menunjukkan ada hubungan antara beban
kerja fisik dengan stress kerja perawat, dimana nilai p=0,000 lebih kecil dari 0,05%.
Berdasarkan hasil uji univariat menunjukkan bahwa presentasi beban kerja di ruang rawat
inap sebagian besar berat yaitu (23 orang (56,15) dan paling sedikit beban kerja ringan
dengan 18 orang (43,9%). Beban kerja berat terjadi dikarenakan banyak perawat harus
mengerjakan pekerjaan diluar pekerjaan perawat yaitu membersihkan ruangan dan
mengganti laken pasien sehingga menambah beban kerja perawat. Beban kerja yang
terlalu berlebihan akan menimbulkan stress mental atau reaksireaksi emosional seperti
sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Persamaan dengan penelitian yang
akan dilaksanakan pada pengukuran tingkat stress kerja yang dialami perawat, sedangkan
perbedaan dengan penelitian sebelumnya pada tempat penelitian, waktu penelitian, dan
sampel penelitian.
2. Haryanti, Faridah Aini, Puji Purwaningsih, STIKES Ngudi Waluyo melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Kabupaten Semarang dengan sampel 29 orang. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif korelasi Pengukuran beban kerja menggunakan instrumen
daily log study dan pengukuran stres kerja menggunakan kuesioner stres kerja
berdasarkan teori Robbins (1990) dalam Nursalam (2008) yang terdiri dari 35 pertanyaan.
Analisis data menggunakan uji Kendall Tau. Hasil analisis statistik dengan menggunakan
uji Kendall Tau’s didapatkan nilai p 0,000, artinya terdapat hubungan antara beban kerja
dengan stres kerja perawat di RSUD Kabupaten Semarang. Nilai r sebesar 0,751 pada
hasil uji memiliki arti 1) hubungan antara beban kerja dengan stres kerja memiliki
hubungan dalam kategori kuat, 2) Arah hubungan adalah positif, artinya semakin
meningkat beban kerja akan semakin menyebabkan stres. Perbedaan dengan penelitian
ini adalah pada tempat penelitian, waktu penelitian, dan sampel penelitian.
3. Muhammad Ahmadun, Universitas Aisyiyah Yogyakarta melakukan penelitian yang
berjudul “Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Stres Kerja di Puskesmas Kuala
Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau” tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kengetahui hubungan beban kerja perawat dengan stres kerja di puskesmas kuala kampar
kabupaten pelalawan provinsi Riau dengan sampel 20 orang. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan studi korelasi dengan penelitian menggunakan survay cross
sectional. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan uji
kendall tau didapatkan nilai sebesar 0,016 dengan koefesien korelasi 0,616 dengan
signifikan p< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
pada tempat penelitian, waktu penelitian, dan sampel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai