ABLASIO RETINA
DISUSUN OLEH :
ALMA SRIWIDYASTUTI
17613073
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Keperawatan Medikal Bedah Umum Dan Kasus Mata Rumah Sakit Saiful Anwar
Pembimbing Institusi
ABLASIO RETINA
A. DEFINISI
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan
pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas
2010).
Ablasio berasal dari bahasa Latin ablatio yang berarti pembuangan atau
terjadi pengumpulan cairan retina antara lapisan basilus (sel batang) dan komus
(sel kerucut) dengan sel-sel epitelium pigmen retina. Keadaan ini dapat terjadi
karena lapisan luar retina (sel epitel pigmen) dan lapisan dalam (pars optika)
optikus dan pada tepinya yang bergelombang yang disebut ora serata.
B. Klasifikasi
a. Malignancy hypertensi
b. Choriodal tumor
c. Chorioditis
d. Retinopati
a. Trauma
b. Degenerasi
c. Kelainan vitreus
sampai badan mata masuk ke ruang sub retina, apabila cairan terkumpul
secara akut pada ablasi retina bila dilepasnya mengenai macula lutea. Pada
berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas
Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun.
Tekanan bola mata rendah dan dapat meningkat bila telah terjadi
(ablasio retina traksional). Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi
akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan
subretina akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada
dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular, jika cairan tetap
dibawah retina dan mengangkat retina. Pada ablasi tipe ini penglihatan
dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat hilang atau
dengan rongga vesikel optic embrionik. Kedua jaringan ini melekat longgar
C. Etiologi
akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong
retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan
1. Malformasi kongenital
2. Kelainan metabolisme
3. Penyakit vaskuler
4. Inflamasi intraokuler
5. Neoplasma
6. Trauma
2002).
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PATOFISIOLOGI
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya,
yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian
dalam seperti kertas dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti
lapisan film pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke
retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap
retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan
kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan
jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat
kerusakan pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola mata
yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari
Pada sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi perubahan besar
struktur korpus vitreum. Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer
seperti air dapat masuk dari korpus vitreum ke lubang di retina dan dapat
mengalir di antara retina dan dinding mata bagian belakang. Cairan ini akan
retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan
Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lepasnya retina yang disebabkan
oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau sebagai
komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal ini
tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di retina, dan retina hanya
F. Pathway
G. Pemeriksaan diagnostik
pucat dan adanya retina yang berwarna merah, sering ditemukan pada daerah
temporal superior. Bila bola mata bergerak terlihat robekan retina bergoyang,
terdapat defek aferen pupil tekanan bola mata rendah. Bila tekanan bila mata
H. PENATALAKSANAAN
seperti:
2. Kedua mata di balut dan perlu bantuan orang lain untuk mencegah cedera.
3. Pengobatan :
dapat dikembalikan.
4. Usaha Pre-operatif :
rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata
tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-
anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau
largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50
5. Usaha Post-operatif :
lanjutan (follow –up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala,
subretina dilakukan. Pada robekan yang sangat besar, posisi kepala dan
implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup selama 48 – 72 jam
kembali dengan kuat pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena itu
a. Jangan membaca.
6. Obat – obat :
500 mg, bila mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak
dilakukan setelah 24 jam, saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1
7. Follow Up:
8. Prognosis :
90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat baik tidak akan lepas
lagi.
I. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal setelah pembedahan
a. Peningkatan TIO
b. Glaukoma
c. Infeksi
d. Ablasio koroid
2. Komplikasi lanjut
a. Infeksi
mata
d. Diplopia
e. Kesalahan refraksi
f. Astigmatisme
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
medis.
seperti ada kilat cahaya dalam lapangan pandang adanya tirai hitam yang
menutupi pengelihatan.
Adakah riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
dilakukan.
pemeliharaan kesehatan.
Biasanya pada pola ini pasien mengalami ketidak aktifan diri dan
ganguan.
d. Pola eliminasi
tidur klien.
Pengelihatan klien kabur, adanya tirai dan adanya kilatan cahaya pada
pengelihatan.
g. Pola pesepsi dan konsep diri
melaksanakan perannya.
7. Pemeriksaan
b. Pemeriksaan mata
b) Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan lensanya
adalah jernih.
telah masuk rumah sakit akan melebar sebagai akibat dari pemberian
atropin.
3) Pemeriksaan diagnostik
optik mata membentuk sudut 500 untuk jarak tertentu. Pada ablasio
B. Diagnosa
penglihatan.
C. Intervensi
terdistorsi.
1) Observasi
nyeri, kelelahan)
2) Terapeutik
terlalu terang).
- Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas).
3) Edukasi
4) Kolaborasi
2. Resiko infeksi
1) Observasi
kesehatan
2) Terapeutik
3) Edukasi
samping
4) Observasi
kesehatan
5) Terapeutik
6) Edukasi
samping
D. Implementasi
perencanaan dan juga harus disesuaikan dengan kondisi klien saat dilakukan
tindakan.
E. Evaluasi.
dimaksudkan untuk menilai apakah tujuan, kriteria hasil sudah tercapai atau
belum dan untuk melakukan pengkajian ulang. Evaluasi berhasil bila tujuan
kesehatan.
Darling, Vera H., dan Thorpe, Margaret R. 1996. Perawatan Mata. Terjamahan
Saunders Company.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia