Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata akan berfungsi optimal ketika semua jaringan yang ada di dalamnya berada dalam
keadaan baik. Kerusakan atau gangguan pada salah satu atau beberapa bagiannya dapat
menyebabkan berkurang atau hilangnya tajam penglihatan (kebutaan). Penyebab kelainan pada
mata adalah kelainan bawaan, peradangan, gangguan sirkulasi darah, tumor, trauma dan
perubahan yang terjadi akibat proses penuaan. Bagian dari mata yang rentan terhadap komplikasi
adalah retina.
Pembuluh darah retina yang rusak akibat DM atau Hipertensi dapat mengalami kebocoran
yang menyebabkan pembengkakan retina. Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi
perdarahan dan jaringan parut di dalam bola mata, dan bisa mengalami RETINAL
DETACHMENT/ABLASI RETINA,keadaan ini menyebabkan gangguan penglihatan yang dapat
berlanjut menjadi kebutaan.Maka setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti, dokter ahli mata
akan menentukan pengobatan yang paling sesuai dengan keadaan yang ditemukan saat itu.
Seperti penggunaan sinar laser dengan panjang gelombang tertentu yang difokuskan pada retina.
Cara tersebut dapat menutup kebocoran pembuluh darah yang terjadi pada retinopati, sehingga
dapat mengurangi kelainan dari retinal detachment.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.Apa pengertian Retinal Detachment.
2.Macam serta Gejala dan keluhan Retinal Detachment
3.Retinal detachment karena kelainan refraksi.
4.Prognosis serta penatalaksanaan Retinal Detachment.

C. Tujuan
1.Mahasiswa dapat mempelajari tentang Retinal detachment.
2.Mahasiswa dapat mempelajari macam macam Retinal detachment.
3.Mahasiswa dapat mengetahui Retinal detachment akibat kelainan refraksi.
D. Manfaat
1 Mendapatkan pengetahuan tentangRetinal detachment secara seksama.
2.Mengetahui macam Retinal detachment
3.Mengetahui gejala serta mengatasi Retinal detachment..

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Retina adalah lapisan saraf yang ada dibagian belakang mata kita yang menerima cahaya dan
mengirimkan bayangan ke otak kita.Struktur retina manusia adalah 72% seperti bola dengan
diameter sekitar 22 mm. Pada bagian tengah retina terdapat cakram optik, yang dikenal sebagai
"titik buta" (blind spot) karena tidak adanya fotoreseptor di daerah itu.
Cakram optik terlihat sebagai area oval berwarna putih berukuran 3 mm.Retina memiliki sel
fotoreseptor ("rods" dan "cones") yang menerima cahaya. Sinyal yang dihasilkan kemudian
mengalami proses rumit yang dilakukan oleh neuron retina yang lain, dan diubah menjadi
potensial aksi pada sel ganglion retina. Retina tidak hanya mendeteksi cahaya, melainkan juga
memainkan peran penting dalam persepsi visual. Pada tahap embrio, retina dan syaraf optik
berkembang sebagai bagian dari perkembangan luar otak.

B. RETINA DETACHMENT ATAU ABLASI RETINA


1. Pengertian retinal detachment
Adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dengan dari sel epitel
pigment retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekaat erat dengan membran Bruch.
Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan

koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara
embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pmbuluh darah koroid yang bila berlangsung lama
akan mengakibatkan gangguan nutrisi yang menetap.Lepasnya Retina (Ablasio) biasanya mudah
diketahui, karena terjadi penurunan tajam penglihatan yang drastis atau bahkan mata yang
retinanya lepas samasekali menjadi tidak dapat melihat, walaupun demikian Lepasnya Retina
dapat pula terjadi berangsur-angsur yang menyebabkan tajam penglihatan berkurang berangsurangsur.Karena hal ini terjadi pada satu mata biasakanlah untuk mengetes penglihatan dengan
menutup satu mata secara bergantian, tajam penglihatan kedua belah mata harus sama/seimbang.
Robeknya Retina, jika sedikit kadangkala tidak diketahui sama sekali dan tidak menimbulkan
gejala apapun dan baru diketahui pada saat pemeriksaan mata. Floaters atau adanya penglihatan
seolah-olah anda benda yang melayang-layang bisa menjadi tanda kemungkinan terjadinya
sobekan, 85-90 persen terjadinya floaters tidak disertai robekan, tetapi 10-15 persen terjadinya
floaters disertai robekan, karena pada saat mengerutnya vitreous retina (gel/cairan dalam retina)
bisa saja menarik sebagian retina sehingga sobek.
Adanya kedipan cahaya yang mungkin saja sangat lembut di tempat gelap, ketika kepala
bergerak ke arah tertentu adalah tanda yang significant terjadinya robekan. Jika robeknya di
tengah retina, maka hal tersebut mudah ditemukan dengan Slit Lamp ataupun dengan Foto
Fundus, tetapi jika robeknya di tepi (Perifer), maka Dokter Mata Umum biasanya tidak akan
menemukannya, karena di Foto Funduspun tidak tampak. Oleh karena itu, jika ada masalah
dengan Retina sebaiknya mencari Dokter Mata dengan Spesialisasi (Vitreous) Retina dan buat
Penderita Diabetes mencari Dokter mata dengan Spesialisasi Retinopathy Diabetes.
Sobeknya Retina di Perifer dapat diketahui dengan Kesabaran dan Ketelitian menggunakan Slit
Lamp dan Pasien diminta menggerakkan bola matanya ke 8 penjuru angin, dimana Dokter Mata
harus dapat melihat hingga Perifer Retina Pasien. Robeknya Retina, jika sedikit kadangkala tidak
perlu ditindaklanjuti, karena robeknya akan tertutup dengan berjalannya waktu, tetapi bisa saja
menjadi bertambah besar robekannya bahkan bisa timbul Ablasio/Lepasnya Retina.

2. ETIOLOGI
a. Ablasi regmatogenosa
b. Ablasi eksudatif
c. Ablasi traksi (tarikan)

3. ABLASI REGMATOGENOSA
Pada ablasi regmentogenosa maka ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina
sehingga cairan masuk ke belakang antara pigmen pigmen epitel dengan retina. Terjadi
pendorongan retina oleh badan kaca (fluid fitreus) yang masuk melalui robekan atau lubang pada
retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan epitel pigmen
koroid. Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai factor predisposisi untuk terjadi ablasi retina
Trauma hanya merupakan factor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang
berbakat.
Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan myopia tinggi,
pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi dibagian perifer, 50% ablasi yang
timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama. Ablasia retina akan memberikan gejala
terdapatnya gangguan perngelihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang nenutup.
Terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada ladang pengelihatan.
Ablasia retina yang berlokalisasi didaerah superotemporal sangat berbahaya karena dapat
mengangkat macula. Pengelihatan akan turun secara akut pada ablasia retina bila lepasnya retina
mengenai macula lutes.Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang lepas(ablasia)
bergoyang.

Kadang-kadang

terdapat

pigmen

di

dalam

badan

kaca.

Pada pupil terdapat adanya efek aferen pupil akibat pengelihatan yang menurun.
Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskuler glaucoma pada
ablasi yang telah lama.

Pengobatan pada ablasia retina adalah pembedahan. Sebelum pembedahan pasien dirawat
dengan mata ditutup. Pembedahan dilakukan secepat mungkin dan sebaiknya antara 1-2 hari.
Pengobatan ditujukan untuk memlekatkan kembali bagian retina yang lepas dengan diatermi.
Diatermi ini dapat berupa :
a. Diatermi permukaan (Surface Diatermi)
b. Diatermi setengah tebal sclera(partial penetrating diatermi) sesudah reseksi sclera.Hal ini
dapat dilakukan dengan atau tanpa mengeluarkan cairan subretina . Pengeluaran dilakukan
diluar daerah reseksi dan terutama didaerah dimana ablasi paling tinggi.Implan diletakkan
didalam kantong sclera yang sudah direseksi, yang akan mendekatkan sclera dengan retina
dan

mengakibatkan

pengikatan

yang

terlokalisir.

Sabuk (band) yang melingkar pada bola mata merupakan tindakan yang dimulai populer
karena memperbaiki prognosis dan mobilisasi yang cepat.
4. ABLASI RETINA EKSUDATIF
Ablasi retina eksudatif ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan
mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh
darah retina dan koroid (ekstra vasasi). Hal ini disebabkan penyakit koroid. Kelainan ini dapat
terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum.
Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina terangkat terlihat
cincin.Pengelihatan

dapat

berkurang

dari

ringan

sampai

berat.

Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebab berkurang atau hilang.
5. ABLASI RETINA TARIKAN ATAU TRAKSI.
Pada ablasi retina ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan
kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan pengelihatan turun tanpa rasa sakit.Pada badan
kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus proliferatif, trauma, dan
perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.Pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam badan
kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca
dengan tindakan yang disebut vitrektomi

C. PENGERTIAN KELAINAN REFRAKSI


Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan
kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar
terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama
pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekatPanjang bola mata seseorang
dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar,
mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang,lebih pendek) bola mata maka
sinar normal tidak dapat terfokus pada macula.
Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa myopia, hipermetropia, atau
astigmatisme.Dalam bahasa yunani ametros berarti tidak sebanding atau tidak seimbang,
sedangkan ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud dengan ametropia adalah keadaan
pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini terjadi akibat kelainan
kekuatan pembiasan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola mata.Ametropia dalam
keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada
focus yang tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini bayangan pada selaput

jala tidak

sempurna terbentuk.Dikenal berbagai bentuk ametropia, seperti :


a. Ametropia aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih pendek sehingga
bayangan benda difokuskan di depan atau di belakan retina. Pada miopia aksial fokus akan
terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang dan pada hipermetropia aksial fokus
bayangan terletak di belakang retina.
b. Ametropia refraktif
Ametropia akibat kelainan system pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias kuat maka
bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka bayangan
benda akan terletak di belakang (hipermetropia refraktif).Ametropia dapat disebabkan
kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal (ametropia kurvatur) atau indeks bias
abnormal di dalam mata (ametropia indeks)

Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan:


1. Myopia
Miopi adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina. Sering dikatakan rabun
jauh, yaitu penurunan ketajaman penglihatan jauh jika dibanding dengan orang normal.
Penyebab myopia adalah sumbu bola mata yang terlalu panjang atau daya bias lensa mata yang
terlalu kuat. Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat.

Dikenal beberapa bentuk myopia:

a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama
dengan myopia bias atau myopia indeks, myopia yang terjadi akibat pembiasan media
pengelihatankornea dan lensa yang terlalu kuat.
b. Myopia aksial, myopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya myopia dibagi dalam tiga,yaitu:

1. Myopia ringan, dimana miopia kecil dari pada 1-3 dioptri


2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri

Menurut perjalanan myopia dikenal sebagai berikut:

1. Myopia stasioner, myopia menetap setelah dewasa


2. Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata, myopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa/myopia maligna/miopiadegeneratif. Biasanya
terjadi bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya
8

bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atrofi korioretina.
3.Myopia maligna/Dgeneratif
Myopia maligna adalah myopia yang bertambah dengan menyolok dan ekstrim Pada penderita
myopia biasanya untuk melihat jauh menjadi kabur dan untuk melihat dekat akan terlihat terang,
karena itu pada penderita myopia dapat juga disebut sebagai penderita rabun jauh.
Bagi penderita myopia karena kurang atau sedikit melakukan akomodasi pada matanya agak
melebar atau myosis,karena jarang melakukan akomodasi dan sipenderita kurang pula
melakukan konfergensi pada matanya sehingga timbul Strabismus divergen.
Bagi penderita myopia axial tinggi,kemungkinan besar akan terjadi ablatio retinae (retina yang
lepas) dan ini disebabkan karena bola mata yang lonjong sehingga retina sangat renggang dan
agak tipis, akibatnya retina pada mata myopia kurang / sedikit melakukan akomodasi maka pada
penderita myopia akan sering mengecilkan kelopak matanya (palpebra) untuk melihat agar
mengurangi berkas cahaya yang masuk ke pupil (terutama pada penderita myopia tinggi)

2. HYPERMETROPIA
Hypermetropia adalah keadaan mata dimana sinar sinar sejajar sumbu bola mata
dibiaskan di belakang retina tanpa akomodasi seperti Terlihat dalam gambar dibawah ini :

Bila visusnya 6/6 pada kelainan hypermetropia maka untuk mengetahui apakah visus 6/6
tesebut karena akomodasi atau tidak yaitu dengan cara kita memberikan lensa koreksi sph +
0.25 ( lensa konvergen ).Disini terjadi dua kemungkinan yaitu :
a.

Kalau penglihatan jadi kabur berarti mata tadi emmetropia

( normal )

b. Kalau penglihatan menjadi jelas maka mata tadi adalah hypermetropia ringan meskipun
visusnya 6/6

Sebab-sebab hypermetropia

Hypermetropia Axial (sumbu mata terlalu pendek)


Apabila sumbu bola mata terlalu pendek dari normal maka sinar-sinar sejajar yang masuk ke
dalam mata akan dibiaskan jatuh di belakang retina, misalnya ;
# Sumbu utama lebih pendek dari ukuran mata normal atau sumbu lebih kecil
# Hypermetropia congenital (bawaan) Mikrothalia (mata kecil)
# Aquista (aquired)
# Ablation retinae (retina yang lepas dari tempatnya)
Hypermetropia Refraktif (daya penglihatan mata lemah)

10

Ini terjadi daya penglihatan mata berkurang yang disebabkan kelainan-kelainan dari
komponen mata, misalnya :

- Kornea lebih datar (aplanatio cornea)


- Indeks bias dari aqueous humor menurun
- Lensa mata memipih atau menipis akibat skleratis lentis indek bias corpus vitreum menurun

Gejala hypermetropia ada dua yaitu :


Gejala Subyektif
Gejala ini akibat dari akomodasi terus-menerus terjadi keluhan yang disebut Astenopia
Accomodativa misalnya :

- Mata cepat lelah


- Mata berat untuk membaca
- Sering berair dan pusing
Fungsi dari mata hypermetropia adalah sering berakomodasi pada waktu melihat jauh, karena
pada waktu akomodasi tersebut terjadi pada otot-otot mata bergerak secara sekaligus (ingat Trias
Akomodativa). Sedangkan pada waktu melihat jauh seharusnya mata tidak konvergensi (tidak
sejajar).
-

Gejala Obyektif

Mata selalu merah karena dalam keadaan bereaksi terus-menerus pada waktu melihat C O A
(Camera Occuli Anterior) atau disebut juga Anterior Chamber. Karena hypermetropia dari corpus
ciliaris menjadi mengecil (miosis).

Gejala-gejala lain dari hypermetropia :

Orang akan kabur kalau melihat dekat atau disebut juga orang yang mempunyai mata jauh (Far
Sighted).Mata yang terus-menerus berakomodasi untuk melihat jauh dan dekat maka akan timbul
gejala sakit kepala, mata cepat lelah, sering berair, mengantuk waktu membaca.
11

Pada waktu pemeriksaan sering kita jumpai :


-

Mata lebih merah dari mata normal

Bilik mata depan sempit (C O A)

Pupil kecil (miosis)

Komplikasi hypermetropia (akibat hypermetropia) :

Strabismus Convergensi (mata juling)

Angulus Iridic Cornealis (sudut iris kornea akibat glaukoma)

3. MACAM-MACAM HYPERMETROPIA
1. Hypermetropia Manifesta
Hypermetropia manifesta adalah kelainan hypermetropia akan kita koreksi dengan lensa Sph (+)
terbesar (terkuat) yang menghasilkan visus terbaik, sebab dengan lesa terbesar seseorang
hypermetropia tanpa akomodasi mencapai visus terbaik.
2. Hypermetropia totalis
Jika seorang hypermetropia sebelum dikoreksi otot otot akomodasinya dilumpuhkan dengan
obat tetes atropine ( oleh dokter ). Maka hasil koreksinya adalah S ( + ) lebih besar dari hasil
koreksi hypermetropia.

3. Hypermetropia latenta
Hypermetropia latenta adalah selisih antara hypermetropia totalis dikurangi hypermetropia
manifesta.Hypermetropia latenta pada anak anak akan menjadi hypermetropia manifest setelah
tua karena daya akomodasi menurun. Seorang hypermetropia lebih mudah terserang glaucoma
karena menyempitnya bilik mata depan.
12

Tingkatan hypermetropia :
1.

Ringan :

S + 0.25 s/d S + 3.00

2.

Sedang

:S + 3.25 s/d S + 6.00

3.

Tinggi :

S + 6.25 ke atas

Akibat sampingan dari komplikasi hypermetropia :


1.

Terjadinya glaukoma

2.

Terjadinya strabismus konvergensi ( juling )

3.

Terjadinya amblyopia ( mata malas ) yang terjadi bila derajat hypermetropia

antara mata kanan dan mata kiri tidak seimbang dan berlangsung lama.
Perbaikan pada hypermetropia yaitu dengan kita koreksi menggunakan lensa Sph (+) terbesar
yang menghasilkan visus terbaik, jadi disini diusahakan agar mata tidak berakomodasi.

Faktor faktor penyebab hypermetropia


Hypermetropia dapat dibedakan berdasarkan sebab terjadinya, jatuhnya bayangan dibelakang
retina merupakan hasil koreksi dari 2 faktor, yaitu :
1.

kekuatan refraksi mata

2.

panjang axis antero posterior

4. Berdasarkan hal ini maka hypermetropia dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
1.

Hypermetropia refraktif :
Disini kelainan terutama pada kekuatan refraksi yang kurang dari normal.

2.

Hypermetropia axis :
13

Disini kelainannya terutama pada panjang axis.


3.

Hypermetropia karena kombinasi 1 dan 2.

5. Berdasarkan pengamatan dan analisa statistik Sorsby ( 1957 ) membagi ametrop menjadi :
1. Ametrop Korektif :
Disini nilai faktor atau kekuatan refraksi dan axis bola mata masih dalam batas batas normal.
2. Ametropia Komponen / Patologis :
Disini salah satu / lebih unsur korelasinya tidak normal, konsep ini menganggap myopia dari S
4.00 D dan hypermetropia S + 4.00 D sebagai suatu distribusi normal
Karena itu hypermetropia dapat dibagi atas :

A. Hypermetropia dengan batas sampai 4.00 D paling banyak ditemukan dan dianggap suatu
fase Emmetropisasi.
B. Hypermetropia komponen lebih dari 4.00 D penyebabnya kelainan patologi dari :
1. Kornea, disini kornea dapat datar dan sangat kurang melengkungnya, biasanya kornea
cokhentalis ( trauma penyakit )
2. Lensa mata, dapat karena lokasi lensa mata berada diarah belakang akibat trauma, dapat juga
karena dislokasi dari lensa.
3. Pendeknya axis antero posterior karena mikro opthalmus akibat desakan dari tumor atau
peradangan bagian luar bola mata adanya kelainan retina ( Ablatio Retinae )
C. Hypermetropia yang didapat ( Acquired ) karena adanya perubahan metabolisme,
contohnya :Diabetes Melitus

14

3. ASTIGMATISMUS
Astigmatismus adalah keadaan dimana sinar sinar sejajar yang masuk kedalam mata tidak
dibiaskan pada satu titik,tetapi lebih dari satu titik(merupakan satu garis). Astigmat merupakan
kelainan refraksi memerlukan pemeriksaan yang teliti dan khusus untuk pemeriksaannya agar
mencapai visus terbaik dan disini kita hanya mempelajari sebab dan jenis kelainan astigmat
untuk mempermudah kita melakukan pemeriksaan refraksi dalam menentukan tajam penglihatan

15

seseorang.Astigmat itu sendiri menurut pengertian dari Albert.E.Sloane didalam bukunya


memandang astigmat dari sudut pembiasan sinar yang masuk kedalam mata mendefinisikan
Sebagai suatu keadaan refraksi dimana berkas berkas cahaya yang dibiaskan tidak sama kuat
pada semua meridian dan dijelaskan pula bila kata astigmat berasal dari bahasa yunani yang
berartiTanpa Titik.Theodore P.Grosvenor pada bukunya menjelaskan bila astigmat adalah suatu
keadaan refraksi dimana sistem optik mata tidak mampu membentuk satu titik bayangan dari
satu titik obyek,karena kekuatan refraksi system optic mata dari penderita berbeda kekuatannya
pada berbagai meridian.Irvin.M.Borish memandang dari sudut kekuatan pada meridian yang
berbeda menerangkan didalam bukunya bila astigmat adalah keadaan refraksi dimana ada variasi
dari kekuatan pada berbagai meridian yang terlemah dan terkuat adalah meridian utama

Olah karena itu setelah kita mengetahui dari beberapa definisi yang telah diuraikan oleh
para ahli, maka dapat kita simpulkan bila maksud dari pada definisi tadi tidak lain adalah untuk
menyatakan bila besar dari pada astigmat adalah selisih dari kedua kekuatan pada meridian
utama.Untuk mengetahui sebab terjadintya astigmat pada mata, tentunya disini kita harus
mengetahui,

terjadinya kelainan pada media refraksi pada bola mata yang mengakibatkan

terjadinya astigmat dan hal ini disebabkan :


1.Kornea

16

Astigmat sebagian besar pada umumnya dapat terjadi disebabkan adanya kelainan pada
kelengkungan kornea dan bagian yang sangat mempengaruhi terjadinya astigmat adalah bagian
dari permukaan depan dari kornea atau yang disebut astigmat with the rule.Bila terjadi karena
kelengkungan dari bagian belakang kornea disebut astigmat against the rule dan perbedaan dari
kelengkungan kornea, ini biasanya didapat sejak lahir (congenital).Astigmat dapat pula terjadi
karena adanya luka atau parut pada kornea, yang astigmatnya irregular.
2.Lensa
Kelainan posisi lensa terhadap sumbu penglihatan dan kelainan kelengkungan dari lensa
juga merupakan salah satu sebab terjadinya satu refraksi astigmat, dan hal ini disebut astigmat
lentikuler.Sheared ( 1920 ), mengemukakan bahwa kemiringan dari pada lensa disekitar arah
horizontal dengan aksis 10o akan menghasilkan astigmat the rule dengan kekuatan 0,50
D.Banyak ahli berpendapat bila astigmat lentikuler dapat disebabkan oleh kontraksi yang
irregular dari otot siliaris yang akan mengakibatkan terjadinya astigmat dengan kemiringan dari
sumbu pandangan ( visual axis ).
6. Sebab lain yang dapat menyebabkan terjadinya astigmat, yaitu :
a. vovea dari mata mungkin berada dalam posisi yang eksentrik atau miring terhadap sumbu
penglihatan
b. efek tarikan oleh pergerakan bola mata mungkin menyebabkan sclera berbentuk toroidal tanpa
merubah kornea.Setelah kita sedikit banyak mengetahui sebab terjadinya astigmat pada mata,
maka untuk astigmat itu sendiri dapat kita katakan didalam pengertian :
Bila sinar sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata tidak dibiaskan pada satu titik tetapi lebih
dari satu titik ( merupakan satu garis ).
7. Untuk astigmat dapat kita bagi menjadi 2 macam :
1.Astigmat Iregularis
Titik bias tidak teratur disebabkan karena supervicialis yaitu permukaan luar kornea tidak teratur
ditimbulkan karena penyakit (keratitis) atau radang pada

mata. Koreksinya hanya dapat

dilakukan dengan pemakaian lensa kontak (karena iregularisnya dinetralisir oleh air mata), bila
17

astigmatismus disertai dengan nebula ( bintik putih pada kornea ) maka pemakaian dengan lensa
kontakpun tidak ada gunanya.Untuk mengetahui astigmat iregularis dapat digunakan alat
sederhana seperti placido. Placido adalah suatu alat sederhana berbentuk lempengan gunanya
untuk melihat bayangan pada kornea si penderita. Pada lempengan ini ada garis lingkaran
lingkaran yang bila kita melihat melalui lubang kecil yang terdapat ditengah tengah placido ini
ke kornea mata si penderita maka bayangan dari lingkaran yang kita lihat tersebut akan terlihat
tidak teratur (Ireguler)

PLACIDOSCOPE
Namun apabila terdapat kekeruhan pada korneanya penderita hanya dapat dibantu dengan
transplantasi kornea.

2 Astigmatismus Regularis
Penyebab astigmatismus regularis karena komposisi kornea 90 % dan lensa 10 %, disini
ditemukan 2 titik bias yang terletak pada sumbu mata yang disebabkan adanya bidang utama
yang saling tegak lurus, dimana yang satu mempunyai daya bias yang kuat dan yang satunya
mempunyai daya bias yang lemah.
8. Astigmat regularis dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

18

a. Astigmat regularis with the rule, yaitu bidang utama vertikal 90 o mempunyai daya bias
terkuat. Sedangkan bidang horizontal 180o mempunyai daya bias terlemah.
b. Astigmat regularis against the rule, yaitu bidang vertikal 90 o mempunyai daya bias terlemah
sedangkan bidang horizontal 180o mempunyai daya bias terkuat.Kebanyakan astigmat yang kita
jumpai adalah astigmat with the rule

MACAM MACAM ASTIGMATISMUS


1.Astigmatismus Myopicus Simplek
H>V -

titik vertical didepan retina

titik horizontal tepat diretina

retina

Astimatismus Myopicus simplek


19

2.Astigmatismus Myopicus Compositus


H > V Titik V dan H Berada didepan Retina

Astigmatismus Myopicus compositus

3.Astigmatismus Hypermetropicus Simplex


V>H

titik H berada dibelakang retina

Titik V berada tepat diretina

RETINA V

20

Astigmatismus Hypermetropicus Simplex


4.Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
V>H -

titik V dan H berada dibelakang retina

Astigmatismus Hypermetropicus compositus

5.Astigmatismus Mixtus
V=H -

titik V berada di depan retina

titik H berada dibelakang retina

Astigmatismus mixtus

21

4. PRESBYOPIA
Definisi presbyopia seperti yang diucapkan oleh Irvin dalam bukunya Klinikal Refraktion,
yaitu presbyopia adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan keadaan berkurangnya
amplitudo akomodasi seiring dengan bertambahnya usia.Tetapi dilihat dari arti klinis adalah
keadaan tidak tercapainya penglihatan yang jelas atau aman pada jarak dekat akibat amplitudo
akomodasi yang berkurang.Presbyopia adalah kemunduran normal baca yang disebabkan karena
bertambahnya usia dan biasanya dimulai pada usia pada 40 tahun. Presbyopia artinya mata tua
atau penglihatan pada usia tua secara klinis terjadi pada usia 40 tahun, bila terjadinya pada orang
orang dengan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat dengan teliti, orang tersebut
akan menyadari presbyopia yang dibutuhkan lebih dini atau lebih awal dari 40 tahun. Namun
orang orang yang tidak membutuhkan penglihatan dekat denga teliti, orang tersebut tidak
22

menyadari mulai timbulnya presabyopia sampai suatu saat barulah ia sadar bila mendapat
kesulitan untuk membaca dekat.

Gejala gejala Presbyopia :


Biasanya lebih senang dan lebih enak dengan sinar yang lebih terang
sulit untuk membaca terutama pada sore hari karena sinar akan lebih gelap dan juga penderita

mudah lelah bila membaca


bila membaca berusaha menjauhkan badannya atau menundukan kepalanya sampai pada
jarak dimana pandangan yang jelas dipakai maksimal.

D. GEJALA RETINAL DETACHMENT


1. Floaters (terlihatnya benda melayang-layang). yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus
oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
2. Photopsia/Light flashes (kilatan cahaya atau mungkin tepatnya kedipan cahaya, karena bisa
saja kedipan itu sangat lembut, bahkan lebih lembut dari pada kedipan bintang) yang mudah
terlihat dalam keadaan remang/gelap dan umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan ke arah
tertentu saja.
3. Penurunan tajam penglihatan. Penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup
tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut, dapat terjadi penurunan
tajam penglihatan yang berat.
4.Ada semacam tirai tipis berbentuk parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah
bola mata dan akhirnya menutup pandangan.

E. PATOFISIOLOGI
Robekan dapat terjadi secara tiba-tiba atau pelan-pelan.
Pertama-tama orang merasakan adanya kilat dan adanya titik (merupakan darah robekan dan sel
retina yang lepas) berlanjut kehilangan pengelihatan.
Daerah pengelihatan yang hilang tergantung lokasi robekan.
Robekan atau lubang pada retina lalu meluaskan pemisahan saat cairan dari rongga
23

vitreusmenyusup melalui lubang lalu mengalir kebelakang retina lalu meningkatkannya retina
jauh dari epitel pigmen dan koroid.
Bagi yang terlepas menjadi buta karena tidak lagi mendapatkan nutrisi dari sumber nutrisi
primernya koroid

F. KOMPLIKASI
1. Dapat terjadi ishkemik death pada jaringan retina.
2. Terdapat bercak kebutaan
3. Post operasi :
Peningkatan Tekanan Intra Okuler pada 12-24 jam pertama.
Gagal perbaikan.
Infeksi

G. PROGNOSIS
Dengan sekali pembedahan dan dengan tindakan yang sangat hati-hati 90% retina detachment
dapat diperbaiki. Bila sesudah 6 bulan retina tetap melekat ditempatnya, biasanya tidak akan
terjadi kekambuhan lagi.

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Tujuan
operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup lubang atau robekan dan untuk
melekatkan kembali retina.

24

Hal ini dikarenakan jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis
ablasio retina telah ditegakkan maka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani
operasi.

Opersi ablasio retina tersebut antara lain :

1) Elektrodiatermi

Dengan menggunakan jarum elektroda, melalaui sclera untuk memasukkan cairan subretina dan
mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina.
2) Sclera Buckling

Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan
pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi
semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut
melingkar. Peralatan tersebut dapat mempertahankan agar retina tetap berhubungan dengan
koroid dan sclera eksudat dari pigmen epithelium lebih menutup sclera.

3) Photocoagulasi

Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan mengarahkan
sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi. Epithelium menyerap sinar tersebut dan
merubahnya dalam bentuk panas. Metode ini digunakan untuk menutup lubang dan sobekan
pada bagian posterior bola mata.
4) Cyro Surgery
Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan minimal
seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
25

5) Cerclage

Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina yang
cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyebab Retinal detachment salah satunya adalah kelainan refraksi/organic.tidak semua
kelainan refraksi juga menjadi penyebab dominan terjadinya retinal detachment.hanya beberapa
tipe kelaian refraksi yang menjadi penyebab terjadinya retinal detachment diantaranya adalah
Myopia maligna. Myopia maligna Myopia maligna adalah myopia yang bertambah dengan
menyolok dan ekstrim Pada penderita myopia biasanya untuk melihat jauh menjadi kabur dan
26

untuk melihat dekat akan terlihat terang, karena itu pada penderita myopia dapat juga disebut
sebagai penderita rabun jauh. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada
retina. Pada bola mata menyebabkan kerusakan pada pembuluh mata di retina sehingga
pembuluh darah tersebut saling silang dan terjadilah pendarahan.

Akibat dari pendarahan di retina, retina akan mengalami robeknya retina, cairan deposit
darah masuk ke dalam arteri sentral retina terjadilah sumbatan kecil berwarna kekuningan di
pembuluh darah vena sentral retina, maka terjadilah pembengkakan ( oedema ) di retina. Dan
bisa saja terkelupasnya retina (Jaringan Tipis Selaput Saraf Penglihatan) dari dinding dalam bola
mata ( retinal detactment ). Kejadian ini merupakan masalah yang serius karena dapat
menyebabkan kebutaan permanen yang dapat terjadi pada semua usia dan tidak mudah cara
penanganannya. Hipermetropia tinggi, sama kasusnya dengan miopia tinggi. Pada Hipermetrop,
bola mata terlalu pendek, indeks bias kurang maka pembiasan tidak cukup sehingga fokus berada
di belakang retina. Mata si pasien akan merasakan banyak keluhan seperti cepat lelah, mata
berair, pusing, dll. Pada kasus ini, mata si pasien akan berakomodasi terus menerus berkunjung
bertambahnya usia. Hal, ini mengakibatkan mata si pasien lelah, pada bola mata otot siliar pada
badan siliar mempersempit sudut bilik mata, pembuluh mata tertekan oleh cairan Vitreous
humor, tekanannya bisa sampai menyentuh retina dan terjadi pembengkakan akibat retina tidak
bisa menahan tekanan dari cairan v. Humor yang sangat tinggi.

B. SARAN
Sebaiknya anda memeriksakan mata anda apabila mempunyai miopia dan hipermetropia
yang tinggi melebihi 6.00D. Dengan melakukan pemeriksaan foto funduskopi,untuk melihat
keadaan retina anda apabila mengalami gejala gejala seperti floater,photopsia atau mungkin
penurunan ketajaman mata.Apabila sudah teridentifikasi terkena retinal detachment,sebaiknya
segera melakukan penanganan dari dokter special mata.Hidup dengan pola makan sehat adalah
salah satu kiat menjaga kesehatan mata dari berbagai penyakit mata.

27

DAFTAR PUSTAKA

- Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah : volume 2. Jakarta : EGC.
- Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : edisi 3. Jakarta : EGC.
- Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
- Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3. EGC : Jakarta.
28

- Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jilid 1. Media Aesculapius :
Jakarta

29

30

Anda mungkin juga menyukai