Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU ANESTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Anestesi
Umum
Nama: Muhammad Zuhal Januar
NIM : 10542055914
Pembimbing: dr. Dian Wirdiyana, M.Kes, Sp. An
Pendahuluan
Anestesi
● Secara umum anestesi dibagi menjadi
dua
Anestesi berasal dari ● Anestesi total, yaitu hilangnya
bahasa Yunani an- "tidak, kesadaran secara total

tanpa" dan aesthetos, ● Anestesi regional yaitu hilangnya rasa


pada bagian yang lebih luas dari tubuh
"persepsi, kemampuan
oleh blokade selektif pada jaringan
untuk merasa" spinal atau saraf yang berhubungan
dengannya
Defenisi
Anastesi umum adalah tindakan
meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran
dan bersifat pulih kembali
(reversible).
Indikasi Anestesi Umum
1. Infant & anak usia muda
2. Dewasa yang memilih anestesi umum
3. Pembedahannya luas / eskstensif
4. Penderita sakit mental
5. Pembedahan lama
6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau
tidak memuaskan
7. Riwayat penderita toksik / alergi obat anestesi local
8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia
Komponen anestesia yang
Komponen Anestesia ideal (trias anestesi) terdiri
dari

Hipnotik Analgesia Relaksasi Otot

Hipnotik didapat dari Analgesia didapat


sedatif, anestesi dari N2O, analgetika Relaksasi otot diperlukan
inhalasi (halotan, narkotik, NSAID untuk mengurangi
enfluran, isofluran, tertentu tegangnya tonus otot
sevofluran). sehingga akan
mempermudah tindakan
pembedahan
Stadium Anestesia

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV


dimulai dari hilangnya
dimulai dari saat kesadaran dan refleksi bulu
pemberian zat mata sampai pernapasan
anestetik sampai kembali teratur pada stadium dimulai dengan
ini terlihat adanya eksitasi dimulai dengan melemahnya
hilangnya kesadaran dan gerakan yang tidak teraturnya pernapasan pernapasan perut
pada stadium ini menurut kehendak, pasien
tertawa, berteriak, menangis, sampai pernapasan dibanding
pasien masih dapat pernapasan tidak teratur, spontan hilang. stadium III plana
mengikuti perintah kadang-kadang apne dan
dan terdapat analgesi hiperpnu, tonus otot rangka 4
meningkat, inkontinensia urin
(hilangnya rasa
dan alvi dan muntah
sakit).

Analgesi Pembedahan Paralisis Medulla


Delirium/Eksitasi
Oblongata
Stadium 3
Stadium 3 dibagi menjadi 4 plana

Plana 1 Plana 2 Plana 3 Plana 4


pernapasan teratur dan pernapasan teratur dan pernapasan teratur oleh pernapasan tidak
spontan, dada dan perut spontan, perut dan perut karena otot interkostal teratur oleh perut
seimbang, terjadi gerakan volume dada tidak mulai paralisis, lakrimasi
bola mata yang tidak
karena otot interkostal
menurun, frekuensi
tidak ada, pupil midriassis paralisis total, pupil
menurut kehendak, pupil meningkat, bola mata
miosis, refleks cahaya ada, tidak bergerak terfiksasi dan sentral, refleks laring sangat midriasis,
lakrimasi meningkat, ditengah, pupil midriasis, dan peritoneum tidak ada, refleks cahaya hilang,
refleks faring dan muntah refleks cahaya mulai relaksaai otot lurik hampir refleks sfingter ani dan
tidak ada dan belum menurun, relaksasi otot sempurna (tonus otot kelenjar air mata tidak
tercapai relaksasi otot lurik sedang dan refleks laring semakin menurun). ada, relaksasi otot
yang sempurna. hilang sehingga dapat
lurik sempurna (tonus
dikerjakan intubasi.
otot sangat menurun).
Persiapan Pre-Anestesia
Anamnesis
● Identitas pasien, misalnya : nama, umur, alamat dan pekerjaan

● - Riwayat penyakit yang sedang atau pernah diderita yang mungkin dapat
menjadi penyulit dalam anestesia seperti penyakit alergi, diabetes mellitus,
penyakit paru kronik, penyakit jantung dan hipertensi, penyakit hati dan
penyakit ginjal.
● - Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan dan mungkin dapat
menimbulkan interaksi dengan obat-obat anestesi.
● - Riwayat operasi dan anestesia yang pernah dialami, berapa kali dan selang
waktunya, serta apakah pasien mengalami komplikasi saat itu.
● - Kebiasaan buruk sehari-hari yang dapat mempengaruhi jalannya anestesi
misalnya merokok, alkohool, obat-obat penenang atau narkotik.
Pemeriksaan Fisik
● Tinggi dan berat badan untuk mmemperkirakan dosis obat, terapi cairan
yang diperlukan dan jumlah urin selama dan pasca bedah.
● Kesadaran umum, kesadaran, tanda-tanda anemia, tekanan darah, frekuensi
nadi, pola dan frekuensi pernafasan.
● Pemeriksaan saluran pernafasan; batuk-batuk, sputum, sesak nafas, tanda-
tanda sumbatan jalan nafas, pemakaian gigi palsu, trismus, persendian
temporo mandibula.
● Tanda-tanda penyakit jantung dan kardiovaskuler; dispnu atau ortopnu,
sianosis, hipertensi
● Abdomen untuk melihat adanya distensi, massa, asites yang dapat membuat
tekanan intra abdominal meningkat sehingga dapat menyebabkan
regurgitasi.
Pemeriksaan laboratorium
● Darah : Hb, leukosit, golongan darah, hematokrit, masa pembekuan,
masa perdarahan, hitung jenis leukosit
● Urine : protein, reduksi, sedimen

● Foto thoraks

● EKG : terutama pada pasien diatas 40 tahun karena ditakutkan


adanya iskemia miokard
● Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor paru

● Fungsi hati pada pasien icterus

● Fungsi ginjal pada pasien hipertensi

● Analisa gas darah, elektrolit pada ileus obstruktif


Pramedikasi
● Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi
Obat-obat premedikasi dapat digolongkan seperti di bawah ini :
● Narkotik analgesic, misalnya morfin pethidin
● Transqualizer yaitu dari golongan benzodiazepine, misalnya diazepam dan
midazolam. Diazepam dapat dberikan peroral 10-15 mg beberapa jam
sebelum induksi anesthesia
● Barbiturat, misal pentobarbital, penobarbital, sekobarbital
● Antikolinergik, misal atropine dan hiosin
● Antihistamin, misal prometazine
● Antasida, misal gelusil
● H2 reseptor antagonis misalnya cimetidine dan ranitidine. Ranitidine
diberikan 150 mg 1-2 jam sebelum operasi
Persiapan Induksi Anestesi
Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita
mempersiapkan STATICS

Scope Tube Airway Device


Stetoskop dan Pipa Endotrakeal, LMA sarana aliran udara,
Laringoskop misal sungkup muka,
pipa oropharing

Tape Inducer Connection


Connection ialah hubungan
Plester (stilet/ forceps Magill)
antara mesin
respirasi/anestesi dengan
sungkup muka, serta
penghubung-penghubung
Suction yang lain
Induksi Anestesi
Induksi anestesi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai
tercapainya stadium pembedahan yang selanjutnya diteruskan dengan
tahap pemeliharaan anestesi untuk mempertahankan atau memperdalam
stadium anestesi setelah induksi.
Cara Pemberian Anestesi Umum
Parenteral (intramuscular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi
anestesi. Untuk tindakan yang lama anestesi
parenteral dikombinasikan dengan cara lain.
Propofol
Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak dengan
kepekatan 1 % (1ml = 10 mg). suntikan intravena Tiopental
sering menyebabkan nyeri sehingga sebelumnya dapat
diberikan lidokain 1-2 mg/kg IV. Dosis bolus untuk Tiopental hanya dapat digunakan secara intravena
induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan 4-2 mg/kg/jam dengan dosis 3-7 mg/kg. Larutan ini sangat berifat
dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2mg/kg. alkalis sehinga dapat menyebabkan nekrosis
jaringan bila keluar dari vena.

Opioid (morfin, fentanil,


Ketamin petidin, sufentanil)
Ketamin mempunyai sifat analgesic dan Opioid tidak mengganggu kardiovaskuler, sehingga
anestetik. Ketamin sering menimbulkan digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan
takikardi, hipertensi, hipersaliva, nyeri kepala, jantung. Untuk anestesi digunakan fentanil dosis
dan mual muntah. Dosis bolus iuntuk induksi induksi 20-50 mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-
intravena ialah 1-2 mg/kg dan untuk 1 mg/kg/ menit
intramuscular 3 – 10 mg.
Per rektal
● Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.

● Yang termasuk induksi per rektal adalah tiopental atau midazolam.

● Midazolam memiliki kontraindikasi dengan glaukoma sudut sempit akut,


miastenia gravis, syok atau koma, intoksikasi alkohol akut dengan depresi tanda-
tanda vital, bayi prematur.

● Efek samping dapat menyebabkan kejadian- kejadian kardiorespirasi, fluktuasi


pada tanda- tanda vital
Anestesi Inhalasi
● Anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah
menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara
pernafasan.

● Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan
konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya.
● Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentuka kekuatan daya
anestesi.
● Zat anestetik disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah
sudah dapat member anestesi yang adekuat
Anestesi Inhalasi Enfluran
pada EEG dapat menimbulkan tanda-
tanda epileptic. Enfluran lebih iritatik
dibanding halotan.
N2O (nitrous oksida)
Gas ini bersifat anestetik lemah, Pemberian
anestesi dengan N2O harus disertai O2
Isofluran
minimal 25 % untuk menghindari hipoksia Isofluran dapat meninggikan aliran
difusi. darah otak dan tekanan intracranial,
serta efek terhadap depresi jantung
dan curah jantung minimal.
Halotan
halotan sering dikombinasikan dengan N2O.
pada nafas spontan rumatan anestesi sekitar 1- Sevofluran
2 vol % dan pada afas kendali sekitar 0,5 – 1
Sevofluran memiliki efek terhadap
vol %. Kontraindikasi pemakaian halotan
kardiovaskuler cukup stabil dan jarang
adalah penderita gangguan hepar, pernah dapat
menyebabkan aritmia. Setelah pemberian
halotan dalam waktu kurang 3 bulan atau
dihhentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh
pasien yang terlalu gemuk.
tubuh.
Rumatan Anestesia
● Menjaga tingkat kedalaman anestesi dengan cara mengatur konsentrasi obat
anestesi di dalam tubuh pasien.
● Jika konsentrasi obat tinggi maka akan dihasilkan anestesi yang dalam,
sebaliknya jika konsentrasi obat rendah, maka akan didapat anestesi yang
dangkal
● Anestesi yang ideal adalah anestesi yang adekuat.

● Untuk itu diperlukan pemantauan secara ketat terhadap indikator-indikator


kedalaman anestesi.
Rumatan Anestesia

● Rumatan intravena dengan menggunakan opioid dosis tinggi


fentanil 10- 50 µg/ kgBB.

● Rumatan inhalasi bisanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1


ditambah halotan 0,5- 2 vol % atau enfluran 2-4 vol% atau
isofluran 2-4% atau sevofluran 2-4% tergantung pernapasan
pasien spontan, dibantu atau dikendalikan.
Obat Pelumpuh Otot
Fungsi obat pelumpuh otot adalah memudahkan cedera
pada tindakan laringoskop dan intubasi trakea,
membuat relaksasi otot selama pembedahan, serta
menghilangkan spasme laring dan refleks jalan nafas.
Suksametonium
Atrakurium (succinyl choline)
● Merupakan obat pelumpuh otot non ● Indikasi dari suksametonium
depolarisasi. Keunggulan obat ini adalah adakan sebagai pelumpuh otot
metabolisme terjadi di darah, tidak
jangka pendek, dosis untuk
bergantung fungsi hati dan ginjal. Tidak
intubasi ialah 1-2 mg/kgBB/iv.
menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang bermakna, Dosis
intubasi yaitu 0,5-0,6 mg/kgBB/iv, dosis
relaksasi otot yaitu 0,5-0,6 mg/kgBB/iv, dan
dosis pemeliharaan 0,1-0,2 mg/kgBB/iv.
Tatalaksana Nyeri
Metode untuk menghilangkan nyeri biasanya
digunakan analgetik golongan opioid untuk nyeri
hebat dan golongan anti inflamasi non steroid
(NSAID) untu nyeri sedang atau ringan.

Morfin Fentanil
Dosis anjuran untuk menghilangkan nyeri
sedang ialah 0,1-0,2 mg/kgBB dan dapat Pada fentanil efek depresi napasnya
diulang tiap 4 jam. Untuk nyeri hebat dapat lebih lama dibanding efek analgesianya.
diberi 1-2 mg intravena dan diulang sesuai Dosis 1-3 µg/kgBB efek analgesianya
keperluan. hanya berlangsung 30 menit.

Petidin Nalokson
Dosis petidin intramuskular 1-2 mg/kgBB Nalokson ialah antagonis murni opioid. Nalokson
dapat diulang tiap 3-4 jam. Dosis intravena biasanya digunakan untuk melawan depresi
0,2-0,5 mg/kgBB. petidin menyebabkan nafas pada akhir pembedahan dengan dosisi 1-2
kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan µg/kgBB intravena dan dapat diulang tiap 3-5
takikardi. menit.
Komplikasi Anestesi
Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler
Kerusakan Fisik
yang dapat terjadi antara lain
• Pembuluh darah hipotensi, hipertensi, aritmia
Benzodiazepin dan kanulasi vena yang lama lebih mungkin jantung
menyebabkan tromboflebitis dan infeksi.
• Intubasi
Kerusakan pada bibir, gusi, dan gigi geligi dapat terjadi
Hati
pada intubasi trachea.
Penyebab hepatitis pasca bedah dapat
disebabkan oleh halotan.

Pernapasan
Yang paling ditakuti adalah Suhu Tubuh
obstruksi saluran pernapasan Akibat vasodilatasi perifer
akut selama atau segera yang tetap ditimbulkan
setelah induksi anestesi. anestesi menyebabkan
penurunan suhu inti tubuh
Kesimpulan
 
Anastesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan
bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesia yang ideal (trias anestesi) terdiri dari hipnotik,
analgesia, dan relaksasi otot.

Sebelum dilakukan anestesi, perlu dilakukan persiapan pre-anestesi, yaitu persiapan mental dan fisik
pasien yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium.

Cara pemberian anestesi umum dapat berupa parenteral yaitu melalui intramuscular atau intravena, per
rektal, dan melalui inhalasi
Terima
kasih!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai