ANESTESI UMUM
Oleh :
10542055914
Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Referat ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.
Referat berjudul “Anestesi Umum” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Anastesi. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam
kepada dr. Dian Wirdiyana, M.Kes, Sp.An selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan
koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Referat ini belum sempurna adanya dan memiliki
keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun
material sehingga dapat berjalan dengan baik. Akhir kata, penulis berharap agar referat ini
dapat memberi manfaat kepada semua orang.
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542055914
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Pembimbing Mahasiswa
3
BAB I
PENDAHULUAN
keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk
menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesi berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthetos, "persepsi, kemampuan untuk merasa", secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu analgetik dan
anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Beberapa jenis
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Secara umum anestesi dibagi menjadi dua, yang pertama anestesi total, yaitu hilangnya
kesadaran secara total dan anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas
dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
ANESTESI UMUM
A. Definisi
Anastesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
Dilakukan pada kasus-kasus yang memiliki alergi terhadap agen anestesia lokal
Dapat dilakukan prosedur penanganan (pertolongan) dengan cepat dan mudah pada
5
Dapat menimbulkan komplikasi ringan seperti : mual, muntah, sakit
tenggorokkan, sakit kepala. Resiko terjadinya komplikasi pada pasien dengan anestesi
5. Pembedahan lama
E. Komplikasi Anestesi
1. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik yang dapat terjadi sebagai komplikasi anestesi antara lain: pembuluh
a. Pembuluh Darah
b. Intubasi
Kerusakan pada bibir, gusi, dan gigi geligi dapat terjadi pada intubasi trachea.
2. Pernapasan
6
Yang paling ditakuti adalah obstruksi saluran pernapasan akut selama atau segera
setelah induksi anestesi. Spasme Larynx dan penahanan napas dapat sulit dibedakan serta
dapat timbul sebagai respon terhadap anestesi yang ringan, terutama jika saluran
pernapasan dirangsang oleh uap anestesi iritan atau materi asing yang mencakup sekresi
3. Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi antara lain hipotensi, hipertensi, aritmia
jantung, dan payah jantung. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang
dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat
disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan, overdosis obat anestetika,
Hipertensi dapat meningkat pada periode induksi dan pemulihan anestesi. Komplikasi
hipertensi disebabkan oleh analgesia dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit
hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak adekuat. Sementara faktor-faktor
4. Hati
Penyebab hepatitis pasca bedah dapat disebabkan oleh halotan. Zat anestesi
mengurangi susunan kekebalan tubuh dan membuat pasien lebih mudah terkena infeksi
yang mencakup hepatitis virus. Anestesi Halotan berulang dalam interval 6 minggu
7
5. Suhu tubuh
suhu inti tubuh. Selama pembedahan yang lama, bisa timbul hipotermi yang parah, yang
adekuat.
F. Komponen Anestesia
(1) Hipnotik, Hipnotik didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran,
sevofluran).
(2) Analgesia, Analgesia didapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID tertentu
(3) Relaksasi otot, Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot
G. Stadium Anestesia
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter kedalam 4 stadium yaitu:
a) Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat
analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi
refleksi bulu mata sampai pernapasan kembali teratur pada stadium ini terlihat adanya
eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa, berteriak,
menangis, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot
8
rangka meningkat, inkontinensia urin dan alvi dan muntah. Stadium ini harus cepat
Plana I : pernapasan teratur dan spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan
bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi
meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik
yang sempurna.
Plana 2 : pernapasan teratur dan spontan, perut dan volume dada tidak menurun,
frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak terfiksasi ditengah, pupil midriasis,
refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang dan refleks laring hilang sehingga
Plana 3 : pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis,
lakrimasi tidak ada, pupil midriassis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak
ada, relaksaai otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4 : pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total,
pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata
tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).
perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tidak dapat
pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
H. Persiapan Pre-anestesia :
9
I. Persiapan mental dan fisik pasien
1. Anamnesis
- Riwayat penyakit yang sedang atau pernah diderita yang mungkin dapat menjadi
penyulit dalam anestesia seperti penyakit alergi, diabetes mellitus, penyakit paru
kronik, penyakit jantung dan hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal.
- Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan dan mungkin dapat
- Riwayat operasi dan anestesia yang pernah dialami, berapa kali dan selang
2. Pemeriksaan fisik
- Tinggi dan berat badan untuk mmemperkirakan dosis obat, terapi cairan yang
sumbatan jalan nafas, pemakaian gigi palsu, trismus, persendian temporo mandibula.
hipertensi
- Abdomen untuk melihat adanya distensi, massa, asites yang dapat membuat tekanan
3. Pemeriksaan laboratorium
10
- Darah : Hb, leukosit, golongan darah, hematokrit, masa pembekuan, masa
- Foto thoraks
- EKG : terutama pada pasien diatas 40 tahun karena ditakutkan adanya iskemia
miokard
Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan agar pasien dalam
keadaan bugar, sedangkan pada operasi cito penundaan yang tidak perlu harus dihindari.
Klasifikasi yang digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang berasal dari The
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat yang tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dangan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan
11
Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang
dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi
lambung.
I. Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan tujuan
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus, misalnya sulfas atropindan hiosin
12
Mengurangi reflex yang membahayakan, misalnya tracurium, sulfas atropine
induksi anesthesia
- Laringoskop : untuk membuka mulut dan membuat area mulut lebih luas serta
melihat daerah faring dan laring, mengidentifikasi epiglotis, pita suara dan trakea.
b. Blade lurus.
- Pipa Endotrakeal
13
Endotracheal tube mengantarkan gas anastetik langsung ke dalam trakea.
kontaminasi pada jalan nafas, posisi pembedahan yang sulit, pembedahan di mulut
Indikasi pemasangan LMA ialah sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau
2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan lainnya pipa
A : Airway device (sarana aliran udara, misal sungkup muka, pipa oropharing),
Alat bantu jalan napas orofaring menahan pangkal lidah dari dinding belakang
faring. Alat ini berguna pada pasien yang masih bernapas spontan, alat ini juga
14
Oral pharyngeal airway
Nasopharyngeal airway
orofaring atau apabila secara tehnis tidak mungkin memasang alat bantu jalan
napas orofaring (misalnya trismus, rahang mengatup kuat dan cedera berat daerah
mulut).
- Sungkup muka (face mask) berguna untuk mengantarkan udara/gas anastesi dari
T : Tape (plaster), Plester untuk memfiksasi pipa trakea setelah tindakan intubasi supaya
tidak terlepas
alat bantu saat insersi pipa. Forseps intubasi (Mc gill) digunakan untuk memanipulasi
S : Suction
Digunakan untuk membersihkan jalan napas dengan cara menyedot lendir, ludah, dan
lain-lainnya.
15
K. Induksi Anestesi
Induksi anestesi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai tercapainya stadium
anestesi. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasikan dengan cara lain.
1. Propofol
Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak dengan kepekatan 1 % (1ml = 10 mg).
lidokain 1-2 mg/kg IV. Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan 4-2
menurunkan tekanan darah selama induksi anestesi karena menurunnya resistensi arteri
2. Ketamin
takikardi, hipertensi, hipersaliva, nyeri kepala, dan mual muntah. Dosis bolus iuntuk
3. Tiopental
Tiopental hanya dapat digunakan secara intravena dengan dosis 3-7 mg/kg. Larutan ini
sangat berifat alkalis sehinga dapat menyebabkan nekrosis jaringan bila keluar dari vena.
16
4. Opioid (morfin, fentanil, petidin, sufentanil)
dengan kelainan jantung. Untuk anestesi digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg
- Anestesi intramuscular
b. Per rektal
Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat. Yang termasuk
induksi per rektal adalah tiopental atau midazolam. Midazolam memiliki kontraindikasi
dengan glaukoma sudut sempit akut, miastenia gravis, syok atau koma, intoksikasi alkohol
akut dengan depresi tanda- tanda vital, bayi prematur. Efek samping dapat menyebabkan
c. Anestesi inhalasi yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah
menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernafasan. Zat anestetik
yang digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut
tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentuka
kekuatan daya anestesi. Zat anestetik disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah
- N2O (nitrous oksida) gas ini bersifat anestetik lemah,. Pemberian anestesi dengan N2O
- Halotan, halotan sering dikombinasikan dengan N2O. pada nafas spontan rumatan
anestesi sekitar 1-2 vol % dan pada afas kendali sekitar 0,5 – 1 vol %. Kontraindikasi
17
pemakaian halotan adalah penderita gangguan hepar, pernah dapat halotan dalam
- Enfluran, pada EEG dapat menimbulkan tanda-tanda epileptic. Enfluran lebih iritatik
dibanding halotan.
- Isofluran, isofluran dapat meninggikan aliran darah otak dan tekanan intracranial, serta
- Sevofluran, sevofluran memiliki efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil dan jarang
oleh tubuh.
L. Rumatan Anestesia
Rumatan anestesi adalah menjaga tingkat kedalaman anestesi dengan cara mengatur
konsentrasi obat anestesi di dalam tubuh pasien. Jika konsentrasi obat tinggi maka akan
dihasilkan anestesi yang dalam, sebaliknya jika konsentrasi obat rendah, maka akan didapat
anestesi yang dangkal. Anestesi yang ideal adalah anestesi yang adekuat. Untuk itu diperlukan
Rumatan intravena dengan menggunakan opioid dosis tinggi fentanil 10- 50 µg/ kgBB.
Rumatan inhalasi bisanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1 ditambah halotan 0,5- 2
vol % atau enfluran 2-4 vol% atau isofluran 2-4% atau sevofluran 2-4% tergantung
Fungsi obat pelumpuh otot adalah memudahkan cedera pada tindakan laringoskop dan
intubasi trakea, membuat relaksasi otot selama pembedahan, serta menghilangkan spasme
18
1. Atrakurium (4,5)
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi. Keunggulan obat ini adalah metabolism
terjadi di darah, tidak bergantung fungsi hati dan ginjal. Tidak menyebabkan perubahan
fungsi kardiovaskuler yang bermakna, Dosis intubasi yaitu 0,5-0,6 mg/kgBB/iv, dosis
relaksasi otot yaitu 0,5-0,6 mg/kgBB/iv, dan dosis pemeliharaan 0,1-0,2 mg/kgBB/iv.
Indikasi dari suksametonium adakan sebagai pelumpuh otot jangka pendek, dosis untuk
N. Tatalaksana nyeri
untuk nyeri hebat dan golongan anti inflamasi non steroid (NSAID) untu nyeri sedang atau
ringan.
1. Morfin
Dosis anjuran untuk menghilangkan nyeri sedang ialah 0,1-0,2 mg/kgBB dan dapat
diulang tiap 4 jam. Untuk nyeri hebat dapat diberi 1-2 mg intravena dan diulang sesuai
keperluan.
2. Petidin
Dosis petidin intramuskular 1-2 mg/kgBB dapat diulang tiap 3-4 jam. Dosis intravena 0,2-
0,5 mg/kgBB. petidin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardi.
3. Fentanil
Pada fentanil efek depresi napasnya lebih lama dibanding efek analgesianya. Dosis 1-3
4. Nalokson
19
Nalokson ialah antagonis murni opioid. Nalokson biasanya digunakan untuk melawan
depresi nafas pada akhir pembedahan dengan dosisi 1-2 µg/kgBB intravena dan dapat diulang
Indikasi :
Urutan tindakan :
2. Pasang infus
3. Persiapkan obat-obat
5. Selesai induksi, sampai pasien tertidur dan reflek bulu mata hilang, sungkup muka
bersamaan dengan halotan dibuka sampai 1 % dan sedikit demi sedikit dinaikkan
20
9. Selesai operasi N2O dihentikan dan penderita diberi O2 beberapa menit
Indikasi :
- Operasi lama
- Kesulitan mempertahankan jalan nafas bebas pada anestesi dengan sungkuo muka.
Urutan tindakan :
2. Sungkup muka ditempatkan pada muka dan oksigen 4-6 L/menit, kalau perlu
mg/kgBB, nafas dikendalikan dengan menekan balon nafas yang diisi dengan aliran
O2 2L.
5. Pipa guedel dimasukan dimulut agar pipa endotrakeal tidak tergigit. Kemudian
7. Pipa endotrakeal dihubungkan dengan konektor pada sirkuit nafas alat anestesi.
N2O dibuka 3-4 L/menit dan O2 2 L/menit kemudian halotan dibuka 1 vol %dan cepat
dinaikkan sampai 2 vol %. Nafas pasien dikendalikan dengan menekan balon nafas.
21
1. Teknik anestesi dan intubasi sama seperti diatas
2. Setelah pengaruh suksinil kolin mulai habis, diberi obat pelumpuh otot jangka
4. Obat pelumpuh otot dapat diulang lagi dengan 1/3 dosis apabila pasien tampak ada
5. Halotan dapat dihentikan sesudah lapisan fasi kulit terjahit. N2O dihentikan kalau
6. Ekstubasi dapat dilakukan setelah nafas spontan normal kembali. O2 diberi terus
P. Monitoring Perianestesia
Dalam tindakan anestesi harus dilakukan monitoring terus menerus tentang keadaan
pasien. (1)
1. Kardiovaskuler
a. Nadi
b. Tekanan darah
c. Banyaknya perdarahan
2. Respirasi
Respirasi dinilai dari jenis nafasnya, apakah ada retraksi interkostal atau supraklavikula.
3. Suhu tubuh
22
Tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tubuh. Obat anestesi mendepresi pusat
4. Monitoring ginjal
Untuk mengetahui apakah relaksasi sudah cukup baik atau setelah selesai anestei apakah
Monitoring dengan memeriksa respon pupil terhadap cahaya, respon terhadap trauma
23
BAB III
KESIMPULAN
Anastesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesia yang ideal (trias
mental dan fisik pasien yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, selain itu juga perencanaan anastesia, merencanakan prognosis, serta persiapan
Cara pemberian anestesi umum dapat berupa parenteral yaitu melalui intramuscular atau
intravena, per rektal, dan melalui inhalasi. Teknik anestesi ada bermacam-macam yaitu teknik
anestesi spontan dengan sungkup muka, teknik anestesi spontan dengan pipa endotrakel, serta
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR . Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010 2 : 29-96.
2. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan terapi Intensif FKUI
3. Wirdjoatmodjo, K. Anestesiologi dan Reaminasi Modul Dasar untuk Pendidikan S1
Kedokteran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. 2000.
4. Zunilda DS dan Elysabeth. 2011. Anestetik Umum. Dalam Farmakologi dan Terapi,
Edisi 5, Sulistia et al. (editor). Jakarta: FKUI. Hlm. 122-137.
5. Mansjoer A, Suprohaita, dkk. Ilmu Anestesi. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran FKUI.
Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. 2002.
6. Desai, A. General Considerations. http://emedicine.medscape.com/article/1271543-
overview#showall.
7. Edward Morgan et al. Clinical Anesthesiology. Fourth Edition. McGraw-HillCompanies.
2006
8. Soenarjo,Sp. An., Djatmiko, H, Sp.An. 2010. Anestesiologi. FK UNDIP
9. Butterworth John F et al. 2013. Morgan and Mikhail’s Clinical Anesthesiology. Edisi 5.
USA: Mc. Graw Hill. Hlm. 153-220; 1261-1271.
10. Crowder, M. S. et al. 2014. Mechanism of Anesthesia and Consciousness. Dalam
Clinical Anesthesia 7th Edition, Paul G Barash et al (editor). USA : Lipincott Williams
and Wilkins.
25