Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BLOK NEUROPSIKIATRI

Nama : Siti Nur Atifah Hamzah

Nim : 70600121038

Kelompok : 2

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
UIN Alauddin Makassar
Tahun 2021

1
KATA PENGANTAR
 ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

         Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Tak
lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa
kita dari zaman yang gelap gulita menuju ke zaman yang terang benderang. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “ Laporan Praktikum Farmakologi” ini tepat pada waktunya.
Adapun laporan kami susun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Sistem Neuropsikiatri.

         Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan praktikum ini dan kepada orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya.

         Penulis sadar laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar menghasilkan laporan yang telah
baik di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 31 Oktober 2022

Siti Nur Atifah Hamzah

(70600121038)

2
DAFTAR ISI

Sampul.............................................................................................................................................1

Kata pengantar................................................................................................................................2

Daftar isi.........................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................4

1.1 Tujuan praktikum..........................................................................................................4


1.2 Bahan dan alat............................................................................................................5
1.3 Cara kerja.....................................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................................7

2.1 Hasil pengamatan.........................................................................................................7


2.2 Diskusi dan pembahasan.............................................................................................8

Daftar pustaka
....................................................................................................................................................10

LAMPIRAN FOTO................................................................................................................11

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 PERCOBAAN DENGAN ANESTESI UMUM PADA KELINCI

1.1.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran, mahasiswa diharapkan sudah mampu:
1. Memahami konsep dan mekanisme kerja dari obat-obat anestesi umum
2. Memperhatikan efek kerja dari obat-obat anestesi umum

1.1.2 LANDASAN TEORI


A. Pengertian
Anestesia merupakan hilangnya rasa nyeri (rasa sakit) disertai dengan hilangnya kesadaran. Obat yang
digunakan dalam menimbulkan anestesia disebut anestetik. Anestetik idealnya memperlihatkan 3 aspek
utama yang dikenal sebagai “trias anestesia” yaitu :
a) Hipnotik
b) Analgesia
c) Relaksasi otot

B. Pembagian Anestesi
a) Anestesi Umum
Anestesi umum dapat memberikan efek analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri atau efek anestesia
yaitu analgesia yang disertai hilangnya kesadaran.
b) Anestesi Lokal
Anestesia lokal hanya dapat menimbulkan efek analgesia.

C. Teori Anestesi Umum


Teori Neurofisiologi merupakan teori yang dapat menjelaskan terjadinya anestesi. Anestesi umum terjadi
karena adanya perubahan neurotransmitter di berbagai susunan SSP. Kerja neurontransmitter di
pascasinaps akan diikuti dengan pembentukan second messenger dalam hal ini cAMP yang selanjutnya
mengubah transmisi neuron.

4
D. Jenis Anestesi Umum
a) Anestetik inhalasi
Anestesi inhalasi diberikan secara inhalasi. Anestesi inhalasi yang baik adalah yang memiliki masa
induksi dan masa pemulihan yang singkat dan nyaman, peralihan stadium anestesinya terjadi
cepat, relaksasi otot sempurna, berlangsung cukup aman, dan tidak menimbulkan efek samping
berat dalam dosis anestetik yang lazim.
b) Anestetik Intravena
Tujuan pemberian anestesi intravena adalah untuk induksi anestesia, induksi dan pemeliharaan
anestesia pada tindak bedah singkat, menambah efek hipnosis pada anestesia atau analgesia
lokal dan menimbulkan sedasi pada tindak medik. Anestetik intravena yang ideal adalah yang
cepat menghasilkan hipnosis, mempunyai efek analgesia, menimbulkan amnesia pasca
anestesia, dampak buruknya mudah dihilangkan oleh antagonisnya, cepat dieliminasi oleh
tubuh, tidak atau sedikit efek depresi fungsi respirasi dan kardiovaskular dan pengaruh
farmakokinetiknya tidak bergantung pada disfungsi organ.

E. Tanda dan Stadium dari Anestesia (Guedel’s Stages)


a) Stadium I (Analgesia)
Stadium analgesia dimulai sejak saat pemberian anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada
stadium ini pasien tidak lagi merasakan nyeri (analgesia), tetapi masih sadar dan dapat
mengikuti perintah. Pada stadium ini dapat dilakukan tindakan pembedahan yang tidak
membutuhkan relaksasi otot seperti mencabut gigi dan biopsi kelenjar.
b) Stadium II (Delirium/Eksitasi)
Stadium ini dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernapasan teratur yang
merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan
c) Stadium III (Pembedahan)
Stadium III dimulai sejak timbulnya kembali pernapasan teratur dan berlangsung sampai
pernapasan spontan hilang.
Tingkat 1
 Pernapasan teratur, spontan, dan seimbang antara pernapasan dada dan perut
 Miosis
 Gerakan bola mata diluar kehendak
 Tonus otot rangka masih ada
 Refleks kelopak mata berkurang
5
Tingkat 2
 Pernapasan teratur tapi frekuensinya lebih kecil
 Bola mata tidak bergerak
 Pupil mata mulai melebar
 Otot rangka melemas
 Refleks kornea menurun
Tingkat 3
 Pernapasan perut meningkat (paralisis otot intercosta)
 Relaksasi otot rangka sempurna
 Pupil lebih melebar (belum maksimal)
Tingkat 4
 Pernapasan perut sempurna
 Tekanan darah menurun
 Pupil sangat lebar
 Refleks cahaya hilang
Pembiusan sebaiknya jangan sampai ke tingkat 4 karena akan mudah sekali menuju ke stadium
IV ketika pernapasan spontan melemah.
d) Stadium IV (Depresi medulla oblongata)
Stadium IV ini dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III tingkat 4,
tekanan darah tidak dapat diukur karena pembuluh darah kolaps, dan jantung berhenti
berdenyut. Keadaan ini dapat segera disusul dengan kematian, kelumpuhan napas disini tidak
dapat diatasi dengan pernapasan buatan, bila tidak didukung oleh alat bantu napas dan
sirkulasi.

F. Cara Pemberian Anestesia


Anestetik Inhalasi
1. Mechanical
 Open drops
 Semi open
 Semi closed
 closed
2. Physiologic

6
 Non breathing
 Partial breathing
 Complete breathing
G. Farmakokinetik
Faktor yang menentukan kecepatan transfer anestetik gas di dalam arteri dan otak, antara lain :
 Kelarutan zat anestetik
 Tekanan partial anestetik atau kadar anestetik dalam udara yang dihirup
 Ventilasi paru-paru
 Aliran darah paru-paru
 Perbedaan antara tekanan partial anestetik di darah arteri dan vena

H. Medikasi Pra-Anestetik
 Tujuan medikasi pra-anestetik :
a. Mengurangi rasa cemas menjelang pembedahan
b. Memperlancar induksi
c. Mengurangi hipersaliva, muntah, bradikardia selama atau sesudah anestesia
d. Mengurangi nyeri pre dan post operative
 Ada 5 golongan obat yang diberikan sebagai medikasi pra-anestetik :
1. Analgesik narkotik
2. Sedative barbiturat
3. Benzodiazepine
4. Anti-kolinergik
5. Neuroleptik
I. Anestetik Inhalasi
a) Anestetik Gas
1. Nitrogen Monoksida (N2O)
2. Siklopropan
Sifat Umum :
 Potensi rendah
 Baik untuk induksi dan operasi ringan
 Tidak mudah larut dalam darah
 Batas keamaan lebar
b) Anestetik Volatile
7
1. Eter
2. Halotan
3. Ensofluran
4. Isofluran
5. Desfluran
Sifat umum :
 Disebut juga anestetik yang menguap
 Bentuk cair
 Sifat poten (konsentrasi rendah)
 Untuk mempercepat induksi sering diberi zat anestesi yang bekerja cepat

J. Anestetik Intravena
a) Barbiturat (Tiopental)
b) Benzodiazepin (Diazepam, Midazolam)
c) Opioid (Fentanyl)
d) Ketamin
e) Etomidat
f) Propofol
1.1.3 PERALATAN YANG DIBUTUHKAN
1. Kelinci Sehat
2. Larutan Eter
3. Sungkup Bayi
4. Kapas
5. Pipet Tetes
6. Penlight
1.1.4 CARA KERJA
1. Catatlah dahulu keadaan-keadaan dari kelinci yang akan diberikan obat anestesi umum dengan
lengkap sebagai data perbandingan, berulah percobaan dapat dimulai
2. Pasanglah sungkup corong pada moncong kelinci dengan baik, kemudian mulai teteskan eter pada
pada kapas yang terdapat di dalam sungkup dengan kecepatan kira-kira 60 tetes/menit.
3. Penetesan diteruskan sampai melewati stadium I, II, dan seterusnya. Perhatikan dan catat tanda-
tanda setiap stadium.

8
4. Capailah stadium operasi stage of anestesi dan perhatikan stadium ini kurang lebih 15 menit.
Perhatikan dan periksalah keadaan-keadaan refleks tersebut diatas tanpa menambahkan eter lagi.
5. Setelah itu, bukalah sungkup dan biarkan binatang percobaan sadar kembali.
6. Hitung dan catat jumlah eter yang digunakan.

1.2 OBAT-OBAT CONVULSAN DAN ANTI-CONVULSAN

1.2.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Setelah melakukan pengamatan dan pembelajaran, mahasiswa diharapkan sudah mampu:
1. Mengamati dan memahami efek kerja obat-obat convulsan
2. Mengamati dan memahami efek kerja obat-obat anti-convulsan

1.2.2 PERALATAN YANG DIBUTUHKAN


1. Binatang Percobaan
Binatang percobaan yang dipakai adalah mencit yang ditimbang dahulu berat
badannya untuk pemberian dosis yang tepat, sebaiknya memakai mencit
yang berat badannya hampir sama.
2. Obat-obatan
 Convulsan :
a. Strychine 2,5 mg/kgBB
b. Caffeine 200 mg/kgBB
c. Picrotoxin 50 mg/kbBB
d. Penthemethylen Tetrazole 100 mg/kgBB
 Anti-Convulsan :
a. Luminal 30 mg/kgBB
b. Valium 5 mg/kgBB
c. Mephemesin 50 mg/kgBB
d. Dilantin 100 mg/kgBB
3. Spoit injeksi 1 ml

1.2.3 DESKRIPSI KEGIATAN


1. Setelah berat badan mencit ditimbang, maka dikelompokkan sesuai dengan jumlah obat yang akan
dicoba. Disini mencit dibagi menjadi 4 (empat) kelompok sesuai jumlah convulsan yang akan dicoba.
9
2. Buatlah data kontrol setelah mencit disuntik intraperitoneal dengan convulsan, selanjutnya lihat
efek pada binatang percobaan tadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Gerakan / aktivitas binatang percobaan
b. Ada tidaknya efek sedatio (tertidur)
c. Ada tidaknya kejang-kejang
d. Keadaan pernapasan binatang percobaan
e. Apakah setelah itu terjadi kematian
3. Setelah itu, diberikan obat-obat anti-convulsan lebih dahulu, setelah 30 menit kemudian, berikan
lagi convulsan.
4. Perhatikan dan catat semua perubahan yang terjadi pada binatang percobaan dan waktu perubahan
tersebut terjadi.

MULAI STADIUM
NO. PENGAMATAN PENETESAN III
I II
ETER 1 2 3 4
I Pernapasan
1. Frekuensi
2. Jenis
3. Dalam
4. Teratur
II Mata
1. Lebar Pupil
2. Refleks Cahaya
3. Refleks Kornea
10
Gerakan Bola
4.
Mata
III Otot
1. Tonus
2. Gerakan
IV Rasa Nyeri
1. Kuping
2. Kaki
V Saliva
Auscultasi
VI
Ronkhi
Keadaan Umum
Lainnya
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil pengamatan
2.1.1 Percobaan dengan anaestesi umum pada kelinci

11
2.1.2 Percobaan obat-obat convulsan dan anti-convulsan

Percobaan pertama

Berat gelas ukur : 220


Mencit gram kilogram (kg x 30):2,5
1
2
3

Hewan mencit
Berat badan 20 gr
Dosis convulsan : caffeine 1 ml
Dosis anti-convulsan : Dilantin 0,5 ml
Kejang Menit ke-15

Mati Menit 13 setelah suntikan ke-3 ,suntik


convulsan

12
Percobaan kedua

Hewan Mencit
Berat badan 23 gr
Dosis convulsan : caffeine 1,15 ml
Dosis anti-convulsan : Dilantin 0,575 ml

Mati Menit ke 4 ,suntikan kedua (suntikan


anticonvulsan)

2.2 Diskusi dan pembahasan

2.2.1 Percobaan dengan anaestesi umum pada kelinci

 Pengaruh pemberian larutan eter terhadap kelinci

Praktikum pemberian anestesi umum pada kelinci ini meggunakan anestetik menguap,yaitu
eter. Eter merupakan cairan tidak berwarna ,mudah menguap,berbau,mudah terbakar.mengiritasi
saluran nafas dan mudah meledak. Eter juga merupakan anestetik yang sangat kuat sehingga
penderita dapat memasuki setiap tingkat anastesi . eter dapat mengahsilkan efek analgesic
dengan ladar dalam darah arteri 10-15 mg % walaupun penderita masih sadar sehingga eter
mempunya sifat analgesic yang kuat.

Eter dpat merangsang sekresi kelenjar bronkus dan mengirirtasi saluran napas . pada
induksi dan waktu pemulihan ,ester menimbulkan salivasi ,tetapi pada stadium yang lebih dalam.
Salivasi akan dihambat dan terjadi depresi nafas. Eter menekan kontraktilitas otot jantung ,tetapi
in vivo efek ini dilawan oleh meningginya aktivtas simpatis sehingga curah jantung tidak
berubah atau meninggi sedikit.

13
Eter menyebabkan mual dan muntah terutama pada waktu pemulihan tetapi dapat pula
pada waktu induksi. Ini disebabkan oleh efek sentral eter atau akibat iritasi lambung oleh eter
yang tertelan.aktivitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anesthesia.

Semua zat anestesi umum bekerja dengan menhambat SSP secara bertahap.
Penghambatan pertama dilakukan pada fungsi kompleks kemudia dilanjutkan saai medula
oblongata (tempat pusat vasomotor dan pernapasan). Gondel (1920) membagi anestesi umum
menjadi 4 stadium.

 PERTANYAAN
1. Apakah tanda-tanda setiap stadium terlihat pada percobaan ini?
Tidak semua stadium terlihat pada percobaan ini. Hanya stadium I, II, dan III(tingkat 2).
2. Apakah ada sebabnya terjadinya kelainan paru-paru?
3. Pada saat apakah operasi besar dan operasi kecil dapat dilaksanakan?
4. Apakah bedanya hasil anesthesia yang diberikan premedikasi dengan anesthesia tanpa
premedikasi?
5. Apakah fungsi dari premedikasi dan obat-obat apa saja yang digunakan untuk itu?
6. Sebutkan pembagian dari obat-obat anesthesia umum dan berikan masing-masing contohnya?
7. Menurut metode apakah cara pemberian anesthesia itu? Sebutkan pula metode lainnya!
8. Apakah keuntungan dan kerugian eter sebagai anesthesia umum?
9. Jenis anestesi apakah yang sebaiknya digunakan pada penderita koch pulmonum duplex yang aktif?
10. Apa keuntungan dan kerugian anesthesia umum yang lain?

2.2.2 Percobaan obat-obat convulsan dan anti-convulsan


Pembahasan
Kejang adalah suatu gejala akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan dari sebuah fokus kejang atau dari
jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Manifetasi klinik kejang dapat berupa
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. (03-BPK)
 PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan convulsi akibat strychine dan convulsi akibat caffeine? Serta dimanakah letak
titik tangkap kerjanya masing-masing?
2. Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada binatang percobaan yang diberikan luminal dan
valium?
3. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa dilantin dan luminal berefek klinis sebagai apa?
14
4. Sebutkan macam-macam obat anti epilepsi dan penggunaannya!
5. Sebutkan gejala-gejala toksik dari obat antiepilepsi tersebut!

DAFTAR PUSTAKA

1. PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM NEUROPSIKIATRI. (2021). PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN DOKTER FAKLTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN
ALAUDDIN MAKASSAR, 44-52.

15
LAMPIRAN FOTO

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai