ANESTESI UMUM
KELOMPOK 2
Disusun Oleh:
1. M. Ikbal H (14040033)
2. Mira Prasetyowati (14040036)
3. Muthia Nurhidayah (14040037)
4. Novy Ferdiany B. (14040038)
5. Nuraini (14040039)
TANGERANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat rahmat dan
Laporan ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi umum adalah suatu zat yang membuat depresi sistem saraf pusat
Long, pada tahun 1842, namun pertama kali dipublikasikan oleh William T.G.
Morton, seorang dokter gigi di Boston. Eter adalah anestesi ideal pertama
yang sangat poten dan tidak mengurangi kadar oksigen di kamar operasi
sampai level hipoksia. Oleh karena itu, eter tidak membahayakan respirasi dan
tahun 1929 dan penggunaan hallotan pada tahun 1956 yang kemudian menjadi
intravena juga dikembangkan pada awal abad 20, salah satunya ialah
tersebut dapat menyebabkan depresi serius pada sistem sirkulasi, respirasi, dan
saraf. Bagaimanapun, anestesi intravena tetap digunakan untuk induksi
B. Tujuan Praktikum
A. Anestesi Umum
Anestesi artinya hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun
tidak disertai hilangnya kesadaran. Obat anestesi umum dan lokal dibedakan
bekerja. Anestesi umum dapat memberikan efek analgesia dan atau anestesia,
efek utama atau Trias anestesia. Trias anestesi: efek hipnotik (menidurkan),
Obat anestesi umum adalah obat atau agen yang dapat menyebabkan
secara bertahap karena adanya depresi susunan saraf pusat. Menurut rute
fungsi otonom yang lain pada waktu-waktu tertentu. Beberapa anestetik umum
yang berbeda pula. Selain itu sifat farmasetika obat juga mempengaruhi
potensi anestesinya. Potensi anestetik yang kuat dapat disertai dengan potensi
depresi sususan saraf pusat yang kuat, sehingga perlu dilakukan pemantauan
yang ketat, untuk menghindari turunnya derajat kesadaran sampai derajat
B. Tahap-Tahap Anestesi
a. Stadium analgesia/Cisorientasi
ini pasien tidak lagi merasakan nyeri (analgesia), tetapi masih sadar dan
hilangnya refleks bulu mata. Pada stadium ini biasa dilakukan tindakan
pembedahan ringan.
b. Stadium eksitasi/delirium
tidak teratur, serta bisa mual dan muntah bila dirangsang. Oleh karena itu
stadium ini harus diusahakan cepat dilalui. Akhir stadium ini adalah
c. Stadium operasi
1. Plana 1
perut, gerakan bola mata involunter, miosis, tonus otot rangka masih
ada
2. Plana 2
Pernafasan teratur tetapi frekuensi lebih kecil, bola mata tidak
3. Plana 3
cahaya menghilang.
4. Plana 4
cahaya menghilang.
b. Memperlancar induksi
sebelum anestesi.
b. Sedatif barbiturate
c. Benzodiazepin
d. Antikolinergik
e. Neuroleptik
a. Halotan
Cairan tidak berwarna, bau enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak
Kerugian: sangat poten, relatif mudah terjadi OD, analgesi dan relaksasi
b. Enfluran
Memiliki daya relaksasi dan analgesi otot yang baik melemaskan otot
yang cair, mudah menguap, tidak mudah terbakar. Induksi cepat dan
c. Isofluran
d. Sevofluran
e. Eter
atau udara. Eter merupakan obat anestesi yang sangat kuat sehingga
pasien dapat memasuki setiap tingkat anestesi. Dapat digunakan dengan
1. Obat Anestesi IV
Adalah obat yang diberikan melalui jalur IV, baik yang berefek
2. Propofol
5%, pada manula dosis dikurangi, pada anak < 3 tahun dan bumil
tidak dianjurkan.
Kombinasi tetap
lain.
a. Pelarut Eter
Eter (dietil eter, zaman dahulu dikenal sebagai sulfuric eter
[R]-C-O-C-[R]
1996).
b. Pelarut Etanol
keracunan hebat.
c. Pelarut Metanol
B. Cara Kerja
A. Hasil
B. Pembahasan
terhadap pasien, tanpa mengalami rasa nyeri dan/atau tidak sadar atas
Eter adalah anestesi ideal pertama yang sangat poten dan tidak
karena itu, eter tidak membahayakan respirasi dan sirkulasi, dimana pada
Pada tahun 1929 dan penggunaan hallotan pada tahun 1956 yang kemudian
Gillmann, 2012).
hewan coba yaitu tikus putih, praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
beberapa alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan antara lain
gelas ukur, toples, dan kapas. Bahan yang digunakan antara lain etanol, eter,
dan kloroform.
tiga toples berbeda (toples 1 berisi kloroform, toples 2 berisi eter, dan toples
stadium analgesik karena pada stadium ini objek akan merasakan mati rasa
30
Pada stadium ini tikus akan mengalami eksitasi yang berlebihan. Stadium 3
pertama yaitu objek telah mampu bernafas teratur normal, miosis, gerak
juga melebar dan otot rangka mulai melemas. Tingkat ketiga menunjukkan
Pupil mata makin melebar dan reflex cahaya pun juga menghilang. Tingkat
Tikus mengalami stadium 3 pada menit ke-2 dan pada stadium 4 pada menit
napas spontan, pupil mata makin melebar, reflex cahaya pun juga
tubuh melalui inhalasi akan tetap berada di dalam tubuh dan akan
2008 kloroform bekerja untuk menghambat kerja dari karnal ion TRPC 5
yang berfungsi untuk transmisi dan mengatur denyut jantung dan sebagian
mengalami stadium 2 pada menit ke-2, stadium 3 pada menit ke-4 dan
stadium 4 pada menit ke-6. Mekanisme kerja eter terhadap anestesi yaitu
merupakan anestesi yang sangat kuat, sifat analgesiknya kuat sekali dengan
kadar dalam darah arteri 10-15 mg. Eter menyebabkan kontraksi pada otot
tidak digunakan lagi, dikatakan bahwa eter dan kloroform memiliki efek
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kloroform, eter dan etanol hasil yang didapat yaitu durasi yang paling
menit ke-3 kemudian dengan waktu yang lebih lama adalah kelompok
tikus yang diberikan eter yaitu pada menit ke-6. Pada tikus yang
2. Anestesi untuk manusia seperti kloroform dan eter tidak digunakan lagi,
dikatakan bahwa eter dan kloroform memiliki efek merusak hati dengan
B. Saran
memperhatikan lagi bagaimana onset dan durasi yang terjadi pada tikus agar
Daftar Pustaka