Anda di halaman 1dari 44

REFERAT

ANESTESI UMUM & REGIONAL

 Oleh :
Idral Hamidi
09101027

Pebimbing :
dr. Lasmaria Flora, Sp.An 

SMF ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2014
pendahuluan
 Anestesi berasal dari bahasa Yunani an (tidak, tanpa) dan
aesthetes (persepsi, kemampuan untuk merasa).
 Kata anestesi diperkenalkan pertama kali oleh Oliver
Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak
sadar yang bersifat sementara karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.

 Anestesi dibagi menjai dua kelompok yaitu :


 1. anestesi lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran
 2. anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang
kesadaran.
 Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2
kelompok yaitu analgetik dan anestesi.
 Analgetik : obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya

kesadaran.
 Anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran.
Anestesi Umum
 Anestesi umum adalah keadaan tidak sadar dan
hilangnya refleks pelindung yang dihasilkan dari satu
atau lebih agen anestesi umum. 

 Berbagai obat dapat diberikan, dengan tujuan


keseluruhan untuk memastikan hipnosis , amnesia ,
analgesia , relaksasi otot rangka.
Tujuan anestesi
Anestesi memiliki beberapa tujuan termasuk :

 Sedasi : hilangnya kesadaran


 Analgesia : hilangnya respon terhadap nyeri
 Muscle relaxant : relaksasi otot rangka
Klasifikasi status fisik

 Menggunakan The American Society of


Anesthesiologists (ASA).
 ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
 ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
 ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga
aktivitas rutin terbatas.
 ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat.
 ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
 Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.
Masukan oral (Puasa)

 Refleks laring mengalami penurunan


selama anesthesia.
 Regurgitasi isi lambung dan kotoran

yang terdapat dalam jalan napas


merupakan risiko utama pada pasien-
pasien yang menjalani anesthesia.
 Dewasa : 6-8 jam
 Anak kecil : 4-6 jam
 Bayi : 3-4 jam.
Premedikasi
 Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam
sebelum induksi anesthesia dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan dan
bangun dari anesthesia diantaranya :

 Meredakan kecemasan dan ketakutan


 Memperlancar induksi anesthesia
 Meminimalkan jumlah obat anestetik
 Mengurangi mual muntah pasca bedah
 Menciptakan amnesia
 Sungkup muka : Pemakaian sungkup muka berguna
untuk menyalurkan oksigen atau gas anestesi ke pasien.
 Endotracheal tube (ETT) : ETT dapat digunakan
untuk memberikan gas anestesi secara langsung ke trakea
dan memberikan ventilasi dan oksigenasi terkontrol.
 Sungkup laring (Laringeal mask airway =
LMA) : LMA digunakan untuk menggantikan sungkup muka
atau ETT saat pemberian anestesi, untuk membantu ventilasi
dan jalur untuk ETT pada pasien dengan jalan nafas sulit.
Persiapan obat
 a.Sedatif
 Miloz (Midazolam) : obat induksi tidur jangka

pendek.
 b.Induksi
 Propofol : untuk induksi dan pemeliharaan dalam

anastesia umum.
 c.Analgesik
 Fentanil : analgesik dengan kekuatan 100x morfin.
 d.Pelemah otot
 Atracurium (Notrixum) : sebagai pelemah otot
Teknik anestesi umum
 Induksi anestesi
 Induksi intravena
 Induksi intramuskular
 Induksi inhalasi
 Induksi per rektal
Induksi anestesi
 Induksi anestesi : Tindakan untuk membuat
pasien dari sadar menjadi tidak sadar,
sehingga memungkinkan dimulainya
anestesia dan pembedahan.
S : Scope  Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringoskop pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia
pasien. Lampu harus cukup terang.

T : Tubes  Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa
balon (cuffed) dan usia > 5 tahun dengan balon (cuffed).

A : Airway  Pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal airway) dan pipa


hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah
saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak
menyumbat jalan napas.

T : Tape  Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau


tercabut

I : Introducer  Mandrin atau stillet untuk memandu agar pipa


trakea mudah dimasukkan

C : Connector  Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia

S : Suction  Penyedot lender dan ludah


 Induksi intravena
 Induksi intravena agen induksi seperti propofol
(recofol, diprivan). Propofol diberikan dengan
kepekatan 1% menggunakan dosis 2-3 mg / kgBB.
Penggunaan propofol dikaitkan dengan kurang mual
dan muntah pasca operasi dan pemulihan terjadi
lebih cepat.

 Induksi intramuscular
 Ketamin (ketalar)yang dapat diberikan secara
intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan
setelah 3-5 menit pasien tidur.
 Induksi inhalasi
 Induksi inhalasi hanya dikerjakan dengan halotan

(fluotan) atau sevofluran.


 Induksi halotan memerlukan gas pendorong O 2 atau

campuran N2O dan O2.

 Induksidengan sevofluran lebih disenangi karena


pasien jarang batuk.

 Induksidengan enfluran (etran), isofluran (foran,


aeran) atau desfluran jarang dilakukan, karena pasien
sering batuk dan waktu induksi menjadi lama.

 Induksi per rektal


 Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan

thiopental atau midazolam.


 Pelemas otot
 Bertindak melumpuhkan otot, termasuk otot-

otot pernapasan. 
 Antara pelemas otot yang dapat digunakan

adalah suksinil kolin, atrakurium,


vekuronium, pankuronium.
Obat anestesi
 Analgetik narkotik
 a.Morfin
 Dosis dewasa 8-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB) intramuskular
 Obat ini digunakan untuk mengurangi kecemasan dan

ketegangan pasien menjelang pembedahan. Kerugiaan


penggunaan morfin, pulih pasca bedah lebih lama.
Penyempitan bronkus dapat timbul pada pasien asma. Mual
dan muntah pasca bedah ada.

 b.Pethidin

 Dosis 1mg/kg bb dewasa


 Menekan tekanan darah dan pernafasan, juga merangsang

otot polos.
 Barbiturat
 a.Pentobarbitaldan sekobarbital sering digunakan
untuk menimbulkan sedasi dan menghilangkan
kekhawatiran sebelum operasi.
 Obat ini dapat diberikan secara oral atau intra

muscular.
 Pada dewasa dosis 100-200mg
 Pada bayi dan anak-anak dosis 2mg/kg bb.

 Pasien
yang mendapat barbiturat sebagai premedikasi
biasanya bangun lebih cepat daripada bila
menggunakan narkotika.
 Antikolinergik 
 Atropin efektif sebagai anti mual dan muntah.
 Disamping itu efek lainnya adalah

melemaskan tonus otot polos organ-organ


dan menurunkan spasme gastrointestinal.
 Dosis 0,4-0,6 mg intramuscular bekerja

setelah 10-15 menit.


Obat penenang (Tranquilizer)
 a.Diazepam.
 Pemberian dosis rendah, bersifat sedatif sedangkan dosis besar

hipnotik.
 Dosis premedikasi dewasa 10 mg IM atau 5-10 mg oral dengan

dosis maksimal 15 mg.


 Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg IV.

 b.Midazolam.
 Midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek

daripada diazepam.
 Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan

dengan umur dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg.


pada orang tua dan pasien lemah, dosisnya 0,025-0,05
mg/kgBB.
Obat pelumpuh otot
 Obat golongan ini menghambat transmisi
neuromuskular sehingga menimbulkan
kelumpuhan pada otot rangka.

 Pada anestesi umum obat ini memudahkan


dan mengurangi cedera tindakan laringoskopi
dan intubasi trakea, serta memberi relaksasi
otot yang dibutuhkan dalam pembedahan
dan ventilasi kendali.
Obat Pelumpuh Otot
 a.Pavulon
Mulai kerja pada menit kedua-ketiga untuk selama 30-40
menit. Memiliki efek akumulasi pada pemberian berulang.
 Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08 mg/kgBB intravena pada
dewasa.

 b.Suksametonium (suksinil kolin)


 Mula kerja 1-2 menit dengan lama kerja 3-5 menit.
 Dosis intubasi 1-1,5 mg/kgBB intravena.
Obat anestesi inhalasi

 a. Dinitrogen monoksida(N2O/gas gelak).


 N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif,

tidak berasa, lebih berat dari udara.


 Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2.

 Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan


20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% : 30%.
 

 b.Halotan

 Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif,

mudah menguap, tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi


dengan soda lime,dan mudah diuraikan cahaya. Keuntungan penggunaan
halotan adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas,
bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang
menyebabkan mual/muntah.
 Dosis induksi 2-4% dan pemeliharaan 0,5-2%.
Obat anestesi intravena
 a. Propofol
 Propofol digunakan untuk induksi dan
pemeliharaan dalam anastesia umum
 Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak
berwarna putih susu bersifat isotonik dengan
kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
 Dosis induksi adalah 2,0-2.5 mg/kg IV, untuk
sedasi 25-75 µg/kg/min dengan I.V infuse.
 Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk
mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%.
 b.Tiopental
 Merupakan obat anestesi umum barbiturat

short acting
 Dapat mencapai otak dengan cepat dan

memiliki onset yang cepat (30-45 detik).


 Dosis yang banyak atau dengan

menggunakan infus akan menghasilkan efek


sedasi dan hilangnya kesadaran.
 Dosis 3-5 mg/kg.
 c.Ketamin
 Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil

sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non


barbiturate”.
 Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia,

karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi ,


nyeri kepala, muntah – muntah , pandangan kabur
dan mimpi buruk.
 Ketamin diberikan secara I.V atau I.M.

 Dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5

– 10 mg/Kgbb I.M
 Dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB
Anestesi Regional
DEFINISI
Analgesia regional adalah tindakan analgesia yang
dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestetika lokal
pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu

Pembagian Anestesi/Analgesia Regional


1. Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal,
epidural, dan kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
2. Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi
lokal, blok lapangan, dan analgesia regional intravena.
Keuntungan Anestesia Regional
1. Alat minim dan teknik relatif sederhana,
sehingga biaya relatif lebih murah.
2. Relatif aman untuk pasien yang tidak
puasa (operasi emergency, lambung
penuh) karena penderita sadar.
3. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan
respirasi.
4. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas
anestesi.
5. Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian Anestesia Regional
1. Tidak semua penderita mau dilakukan
anestesi secara regional.
2. Membutuhkan kerjasama pasien yang
kooperatif
3. Sulit diterapkan pada anak-anak.
4. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi
regional.
5. Terdapat kemungkinan kegagalan pada
teknik anestesi regional.
Persiapan Anastesi Regional
Persiapan anestesi regional sama dengan
persiapan anestesi umum karena untuk
mengantisipasi terjadinya reaksi toksik
sistemik yg bisa berakibat fatal, perlu
persiapan resusitasi.

Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk


ke pembuluh darah → kolaps kardiovaskular
sampai cardiac arrest. Juga untuk
mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga
operasi bisa dilanjutkan dg anestesi umum.
Anastesi Spinal

Anestesi spinal ialah pemberian obat


anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.
Anestesi spinal diperoleh dengan cara
menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid
disebut juga sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal.
Indikasi:
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah
pediatrik biasanya dikombinasikan dengan
anestesi umum ringan
Kontra indikasi absolut:
1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
5. Tekanan intrakranial meningkat
6. Fasilitas resusitasi minim
7. Kurang pengalaman tanpa didampingi
konsulen anestesi.
Kontra indikasi relatif:
1. Infeksi sistemik
2. Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Kelainan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
8. Nyeri punggung kronik
Komplikasi tindakan anestesi spinal:
1. Hipotensi berat
2. Bradikardia
3. Hipoventilasi
4. Trauma pembuluh saraf
5. Trauma saraf
6. Mual-muntah
7. Gangguan pendengaran
8. Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi pasca tindakan:
1. Nyeri tempat suntikan
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
4. Retensio urine
5. Meningitis
Anestesia Epidural
Anestesia atau analgesia epidural adalah
blokade saraf dengan menempatkan obat di
ruang epidural. Ruang ini berada di antara
ligamentum flavum dan duramater.
Kedalaman ruang ini rata-rata 5 mm dan di
bagian posterior kedalaman maksimal pada
daerah lumbal.
Keuntungan epidural dibandingkan spinal:
• Bisa segmental
• Tidak terjadi headache post op
• Hipotensi lambat terjadi

Kerugian epidural dibandingkan spinal:


• Teknik lebih sulit
• Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
• Reaksi sistemis 
Komplikasi anestesi / analgesi epidural:
1. Blok tidak merata
2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)
3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual – muntah
Anestesia Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan
anestesi epidural, karena kanalis kaudalis adalah
kepanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus
sakralis.

Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal


misalnya hemoroid, fistula paraanal.

Kontra indikasi : Seperti analgesia spinal dan


analgesia epidural.
Anastesi Spinal Total
Anestesi spinal total ialah anestesi spinal
intratekal atau epidural yang naik sampai di
atas daerah servikal. Anestesi ini biasanya tidak
disengaja, pasien batuk-batuk, dosis obat
berlebihan, terutama pada analgesia epidural
dengan posisi pasien yang tidak
menguntungkan.
Tanda-tanda klinis:
1. tangan kesemutan
2. lidah kesemutan
3. napas berat
4. mengantuk kemudian tidak sadar
5. bradikardi dan hipotensi berat
6. henti napas
7. pupil midriasis.
Anastesi Lokal
A. Infiltrasi Lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar
tempat lesi

B. Blok Lapangan (Field Block)


Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi
tumor kecil)

C. Analgesia Permukaan (Topikal)


Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput
mukosa

D. Analgesia Regional Intravena (Bier Block)


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai