40
1. FOTO PASIEN, IBU PASIEN DAN KOAS
41
2. TELAAH KASUS : MENINGITIS, ENCEPHALITIS, CEREBRAL
PALSY
42
sakit kepala dan kaku kuduk (penurunan
gejala lain yang menyertai kesadaran),
seperti mual, muntah, kejang
photalgia (fotofobia),
kebingungan, kantuk,
emosional, delirium dan
koma ( penurunan
kesadaran). Sedangkan
gejala meningitis yang
disebabkan virus yaitu
memiliki riwayat gejala
sistemik sebelumnya seperti
mialgia, kelelahan atau
anoreksia (Hasbun. 2018).
5 Diagnosa Demam tinggi, sakit kepala, Demam tinggi, Sesuai dengan teori
fotofobia, kaku kuduk, muntah, koma
tanda rangsang minengeal (penurunan
(+) kesadaran),
kejang
6 Terapi
Etiologi Ceftriaxone Sesuai dengan teori
Chlorafenicol
Simpotomatis O2 NRM 8 L Sesuai dengan teori
PCT 3 x ½ cth
PCT infus
Fenitoin 5
mg/kgbb dalam
20 cc Nacl
Suportif Fisioterapi Sesuai dengan teori
Dietetik Mc sonde 60 cc Sesuai dengan teori
P ASI
43
SEORANG ANAK MENINGO ENCEPHALITIS YANG MENGALAMI
CEREBRAL PALSY
ANALISA/TELAAH KASUS : ENCHEPALITIS
Oleh : Diny Supriana Wirdatul Thoibah., S.Ked
ANALISA
NO VARIABEL TEORI KASUS
KASUS
1 Definisi Ensefalitis adalah inflamasi jaringan Pada kasus ini pasien Sesuai dengan
terjadi kejang teori
otak oleh berbagai macam
demam yang terus
mikroorganisme, virus, bakteri, jamur, menerus sehingga
dapat terjadi
protozoa atau parasit. Penyebab
kerusakan pada otak
ensefalitis yang terpenting adalah virus,
sehingga “ensefalitis” infeksi oleh virus.
44
a. Riketsia
b. Mycoplasma pneumonia
c. Bakteri
d. Spirochaeta: sifilis, kongenital
atau akuisita, leptospirosis
e. Jamur: candida albicans,
cryptococcus neoformans,
coccidioides immitis, Aspergillus
fumagatus, mucor mycosis
f. Protozoa: plasmaodium sp.,
trypanosoma sp., naegleria sp.,
acanthamoeba, Toxoplasma gondii
g. Metazoa: trikinosis, ekinokokosis,
sistiserkosis, skistosomiasis
3. Parainfeksiosa-Pascainfeksiosa,
Alergi
Berhubungan dengan penyakit sistemik
tertentu : campak, rubela, pertusis,
Gondongan, varisela-zoster, influenza,
m. Pneumonia, infeksi riketsia,
hepatitis. Berhubungan dgn vaksin yaitu
rabies, campak, influenza, vaksinis,
pertusis, yellow Fever, typhoid.
4. Penyakit virus manusia yang lambat.
1. Panensefalitis sklerosis sub
akut (pess) : campak, rubella
2. Penyakit jakob-crevtzfeldt
(ensefalitis spongiformis)
3. Leukoensefalopati multifokal
progresif
5. Kelompok kompleks yang tidak
diketahui : sindrom reye, ensefalitis von
Economi, dan lain-lain
45
virus mencapai Central
nervous System melalui
darah dan hematogen dan
melalui saraf neuronal
s p r e a d . Penyebaran hematogen
terjadi karena penyebaran ke otak
secara langsung melalui arteri
intraserebral. Penyebaran
hematogen tak langsung
dapat juga dijumpai,
misalnya arteri meningeal
yang terkena radang dahulu. Dari
arteri tersebut itu kuman dapat
tiba di likuor dan invasi ke dalam otak
dapat terjadi melalui penerobosan dari
pia meter.
6 Terapi
46
Etiologi Ceftriaxone Sesuai dengan
Chlorafenicol teori
Simpotomatis O2 NRM 8 L Sesuai dengan
PCT 3 x ½ cth teori
PCT infus
Fenitoin 5
mg/kgbb dalam 20
cc Nacl
Suportif Fisioterapi Sesuai dengan
teori
Dietetik Mc sonde 60 cc P Sesuai dengan
ASI teori
47
SEORANG ANAK MENINGO ENCEPHALITIS YANG MENGALAMI
CEREBRAL PALSY
ANALISA
NO VARIABEL TEORI KASUS
KASUS
1 Definisi Cerebral palsy (CP) adalah Pada kasus ini Sesuai teori
anak tegang
gangguan permanen gerakan dan
dan tubuh
bentuk tubuh, yang menyebabkan melengkung
tegang,
keterbatasan aktivitas fisik,
merintih.
gangguan tidak bersifat progresif,
terjadi saat perkembangan otak janin
dan bayi. Gangguan motorik sering
disertai dengan gangguan sensasi,
persepsi, kognisi, komunikasi,
gangguan perilaku, epilepsi, dan
gangguan musculoskeletal.
48
minggu 3-4 kehamilan
2. Perkembangan
prosensefalik – bulan
2-3 kehamilan
3. Proliferasi neuronal –
bulan 3-4 kehamilan
4. Migrasi neuronal–
bulan 3-5 kehamilan
5. Organisasi – bulan 5
dari kehamilan sampai
bertahun-tahun pasca
kelahiran
6. Mielinisasi – lahir
sampai bertahun-tahun
pasca kelahiran
Penelitian kohort telah menunjukan
peningkatan risiko pada anak yang
lahir sedikit prematur atau postterm
(42 minggu) dibandingkan dengan
anak yang lahir pada 40 minggu.
49
dikenal dengan Gait gunting
(scissors gait).
Anak dengan spastik hemiplegi,
dapat disertai tremor hemiparesis.
Penderita tidak dapat mengendalikan
gerakan tungkai pada satu sisi tubuh
jika tremor memberat, akan terjadi
gangguan gerakan yang berat.
Serebral palsy spastic dibagi
berdasarkan jumlah ekstremitas
yang terkena, yaitu:
a. Monoplegi: satu ekstremitas
saja, biasanya lengan
b. Diplegia: mengenai keempat
ekstremitas. Tapi biasanya
tungkai lebih berat dari lengan.
c. Triplegia: mengenai tiga
ekstremitas. Paling banyak
mengenai kedua lengan dan
satu tungkai.
d. Quadriplegia: keempat
ekstremitas terkena dengan
derajat yang sama.
e. Hemiplegia: mengenai salah
satu sisi dari tubuh.
2. Palsi Serebral Atetoid
Bentuk palsi serebral ini memiliki
karakteristik: penderita tidak bisa
mengendalikan gerakan menggeliat
dan gerakannya lamban. Gerakan
abnormal ini mengenai tangan, kaki,
lengan atau tungkai dan pada
sebagian besar kasus , otot dan lidah.
Akibatnya, anak tampak
menyeringai dan selalu
mengeluarkan air liur. Penderita
juga mengalami masalah koordinasi
50
gerakan otot bicara (disartria), palsi
serebral atetoid terjadi pada 11-19 %
penderita palsi serebral.
3. Palsi Serebral Ataksid
Pada kondisi ini terjadi gangguan
dalam fungsi keseimbangan dan
koordinasi gerakan. Berjalan tidak
stabil dengan gaya berjalan kaki
terbuka lebar dan meletakkan kedua
kaki dengan posisi saling berjauhan.
Penderita juga kesulitan melakukan
gerakan cepat dan tepat, misalnya
menulis dan mengancingkan baju.
Mereka juga gemetaran.
4. Palsi Serebral Campuran
Kondisi ini sering ditemukan pada
seorang penderita. Biasanya
penderita memiliki lebih dari satu
bentuk palsi serebral. Bentuk
campuran yang sering dijumpai
adalah spastik dan gerakan Atetoid.
Tetapi, kombinasi lainnya juga
mungkin dijumpai. Berdasarkan
perkiraan tingkat keparahan dan
kemampuan Penderita untuk
melakukan aktivitas normal :
a. Derajat I
Tidak terdapat keterbatasan
dalam berjalan.
b. Derajat II
Berjalan tenpa alat bantu,
keterbatasan dalam berjalan di
luar rumah dan di lingkungan
masyarakat.
c. Derajat III
Berjalan dengan alat bantu
mobilitas, keterbatasan dalam
51
berjalan di luar rumah dan di
lingkungan masyarakat
d. Derajat IV
Kemampuan bergerak sendiri
terbatas, menggunakan alat
Bantu gerak yang cukup canggih
untuk berada di luar rumah dan
di lingkungan masyarakat
(seperti: kursi roda dan skuter).
e. Derajat V
Kemampuan bergerak sendiri
sangat terbatas, walaupun sudah
menggunakan alat bantu canggih.
Tanda awal palsi serebral, biasanya
terlihat pada usia kurang dari tiga
tahun. Orang tua mulai mencurigai
ketika fungsi motorik anak tidak
normal. Bayi dengan palsi serebral
sering mengalami keterlambatan
perkembangan, misalnya pada usia
enam bulan belum bisa tengkurap.
Sebagian mengalami abnormalitas
tonus otot. Penurunan tonus
otot/hipotonia membuat bayi tampak
lemah dan lemas, kadang floppy.
Peningkatan tonus otot/hipertonia
membuat bayi tampak kaku. Pada
sebagian kasus, bayi pada periode
awal tampak hipotonia dan
selanjutnya berkembang menjadi
hipertonia setelah dua sampai tiga
bulan pertama. anak- anak serebral
palsy dapat pula menunjukan postur
abnormal pada satu sisi tubuh.
52
menyingkirkan beberapa diferensial
diagnosis seperti penyakit
degeneratif, tumor medula spinalis,
atau distrofi muskularis. Tergantung
pada keparahan dan sifat kelainan
neurologis. EEG dasar, dan ct scan
dindikasikan untuk menentukan
lokasi dan luas lesi struktural atau
malformasi kongenital yang terkait.
Pemeriksaan tambahan dapat
mencakup uji pendengaran dan
fungsi penglihatan. Karena palsi
serebral biasanya disertai dengan
spektrum kelainan perkembangan
yang luas, pendekatan
multidisipliner adalah yang paling
penting dalam penilaian dan
manajemen anak dengan palsi
serebral.
6 Terapi
Etiologi Ceftriaxone Sesuai teori
Chlorafenicol
Simpotomatis O2 NRM 8 L Sesuai teori
PCT 3 x ½ cth
PCT infus
Fenitoin 5
mg/kgbb
dalam 20 cc
Nacl
Suportif Fisioterapi Sesuai teori
Dietetik Mc sonde 60 Sesuai teori
cc P ASI
53