MANDIBULA
ANESTESI
Anestesi secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh. Anestesi yang sempurna harus memenuhi
3 syarat (Trias Anestesi) yaitu :
Hipnotik, hilang kesadaran
Gejala klinis
Pasien dengan fraktur mandibula datang setelah trauma
direct dengan rasa sakit dan nyeri rahang disertai
pembengkakan dan ekimosis ekstra oral atau intra oral,
pasien mengalami sensasi gigitan yang tidak sama,
trismus, atau ketidakmampuan membuka atau menutup
mulut.
EPIDEMIOLOGI
Fraktur mandibula sangat sering terjadi, menyebabkan
48-78 % fraktur wajah. Fraktur tersebut terjadi 3 sampai
5 kali lebih sering pada laki laki dari pada perempuan,
dengan insidensi tertinggi terjadi pada usia 20-40 tahun.
Bagian yang paling sering rusak pada mandibula adalah
condylus, diikuti angulus , dan kemudian korpus.
ETIOLOGI
Fraktur mandibula biasanya disebabkan oleh
trauma direct, dan tabrakan kendaraan bermotor
merupakan mekanisme yang sering dilaporkan.
Karena bentuknya seperti bulan sabit,
mandibula mengalami fraktur di dua tempat ada
lebih dari 50% kasus.
DIAGNOSIS
Diagnosis bisa jelas secara klinis atau dicurigai
berdasarkan anamanesis dan pemeriksaan fisik; diagnosis
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiografik.
Panorex merupakan pilihan utama, diikuti ct-scan,
kemudian foto polos mandibula yang terdiri dari
pandangan obliq lateral kanan dan kiri, posteroanterior
dan towne
KOMPLIKASI KLINIS
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi
maloklusi persisten, penyakit sendi
temporomandibula (TMJ, temporomandibular
joint), masalah periodontal, deformitas kosmetik,
nonunion, mati rasa pada wajah yang permanen,
dan gangguan pertumbuhan.
PENATALAKSANAAN
Status Lokalisata
Kepala
Mata : RC (+/+),pupil isokor,konjungtiva palpebra inferior anemis(-/-)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SP = vesikuker
ST = (-)
Abdomen
Inspeksi :Simetris fusiformis
Palpasi : soepel
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ekstremitas superior : Tidak terdapat kelainan
Ekstremitas inferior : Tidak terdapat kelainan
Genitalia eksterna : Tidak terdapat kelainan
Anus : tidak terdapat kelainan
Pemeriksaan Penunjang
B1 (Breath)
Airway : Clear
Frekuensi pernafasan : 20 x/i
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : (-)
Riw.asma/sesak/batuk/alergi: -/-/ -/ -
B2 (Blood)
Akral : Hangat
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/i
T/V : Cukup
Temperatur : 36,6oC
Konj.palp inferior pucat/hiperemis/ikterik :-/-/-
B3 (Brain)
Sensorium : Compos mentis
RC : +/+
Pupil : Isokor
Reflek fisiologis :+
Reflek patologis :-
Riw.kejang/ muntah proyektil/ nyeri kepala/ pandangan
kabur : -/ -/-/-
B4 (Bladder)
Urin :+
Volume : Cukup
Warna : Kuning
Kateter :-
B5 (Bowel)
Abdomen :Simetris
Peristaltic : (+)
Mual/muntah : -/-
BAB/flatus : -/+
NGT :-
MMT : 00.00
B6 (Bone)
Fraktur :+
Luka :-
Oedem :-
Diagnosa : Fraktur Mandibulla
Status fisik : ASA I
Rencana tindakan : Archbar
Rencana anastesi : GA-NASAL
Anastesi
Persiapan pasien:
Pasien puasa sejak pukul 00.00
Pemasangan infus pada dorsum manus dekstra dengan cairan RL
Persiapan alat :
Stetoskop
Tensi meter
Meja operasi dan perangkat operasi
ETT no 7
Laringoskop
Suction set
Abocath no 20
Infus set
Spuit 3 cc,5 cc,10 cc
Obat – obat yang dipakai
Premedikasi : Midazolam 5 mg, Fentanyl 100 mcg
Medikasi :
Propofol 60 mg
Atracurium 5 mg
Ketorolac 30 mg
Metoclopramide 10 mg
Sulfas atropin 0,5 mg
Prostigmin 1 mg
Urutan pelaksanaan anastesi
10.00 125/90 80 14 90
EBV : 55 x 80 = 4.400