Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga
luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani.
Aurikulamerupakan bagian dari telinga luar yang terdiri dari tulang rawan fibro
elastis yang dilapisi kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat
pada tulang temporal melalui otot-otot dan ligamen.1
Trauma pada aurikula dapat menyebabkan suatu peradangan pada kulit,
lapisan perikondritis tulang rawan serta tulang rawan aurikula itu sendiri. Proses
inflamasi dan infeksi pada selaput tulang rawan aurikula disebut sebagai
perikondritis, walaupun hampir semua kasus perikondritis melibatkan tulang
rawan aurikula.
Trauma berupa laserasi atau kerusakan yang tidak disengaja, yang
dimaksud bukan hanya trauma yang disebabkan oleh benturan tetapi dapat trauma
minor seperti luka pada kulit auricula, luka bakar, dan tindik telinga. Kerusakan
pada tulang rawan aurikula bukan selalu menjadi penyebab perikondritis, namun
adanya invansi bakteri patogen yang menyebabkan proses inflamasi yang berlanjut
menjadi infeksi.2
Penelitian yang dilakukan oleh Erez, et al (2011) menunjukkan dari 114
pasien yang memenuhi kriteria seleksi selama masa studi 18 tahun, didapatkan
hasil, usia penderita perikonditis beragam mulai usia bayi sampai lansia dimana
terdapat kelompok umur antara 2 tahun – 91 tahun dan kebanyakan penderita
adalah laki-laki.3
Pseudomonas aeruginosa ditemukan menjadi organisme utama (n = 25,
69% dari isolat). Kedua adalah Staphylococcus yang sensitif terhadap methicillin
aureus (MSSA)(n = 6, 17%).
Infeksi P. aeruginosa merupakan bakteri yang gram negatif yang sulit
untuk diobati, karena kemampuan resistensinya terhadap beragam antibiotik yang
menyebabkan terjadinya relaps perikondritis.4

1
Berdasarkan uraian latar belakang di atas serta untuk memenuhi tugas
referat KSM THT-KL RSUD Sidoarjo, penulis ingin membahas materi
referat yang berjudul “ Perikondritis Aurikularis”

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus
acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral. Daun telinga terdiri
dari tulang rawan elastin dan kulit yang berfungsi mengumpulkan gelombang
suara, sedangkan liang telinga menghantarkan suara menuju membrana
timpani.5

Gambar 2.1. Anatomi Telinga luar5

Daun telinga (aurikula) terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit yang
berfungsi mengumpulkan gelombang suara, Bagiannya terdiri heliks,
antiheliks, tragus, antitragus dan konka serta daun telinga yang tidak
mengandung tulang rawan ialah lobulus. sedangkan liang telinga (meatus
acusticus eksterna) menghantarkan suara menuju membrana timpani.1

3
Gambar 2.2 Anatomi Aurikula.1

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis


superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis,
vena aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang
nervus cranial V, VII, IX dan X.6

Perikondritis Aurikularis
Definisi Perikondritis Aurikularis
Perikondritis aurikularis adalah infeksi pada jaringan ikat telinga
yang menutupi tulang rawan aurikula, tetapi tidak termasuk lobulus.4
Perikondritis aurikularis dapat merusak jaringan, dan jika tidak
dirawat dengan benar, akan dapat memburuk menjadi kondritis
kemudian membentuk abses yang mengakibatkan kerusakan jaringan
aurikula yang lebih luas, kebanyakan pasien yang datang ke rumah sakit
diberi resep antibiotik tanpa cakupan antimikroba yang tepat, sehingga
sebagian besar pasien akan mengalami deformitas kondral atau
"cauliflower ear".8
Epidemiologi
Dari 114 pasien yang memenuhi kriteria seleksi selama masa studi
18 tahun, didapatkan hasil, usia penderita perikondritisaurikularis rata-
rata adalah kisaran 2 tahun- 91 tahun, dan 61 (53%) adalah laki-laki.3

4
Penyakit Co-morbiditas 15 pasien (13%) menderita diabetes
mellitus dan 3 orang dicurigai memiliki penyakit autoimun 2 di
antaranya sedang dalam pengobatan steroid, dan 1 dirawat di rumah
sakit karena relaps polychondritis).3
Faktor predisposisi paling umum untuk perikondritisaurikularis
adalah trauma, hadir dalam 20 kasus (17,5%) dari 114 pasien. 1 kasus
disebabkan karena telinga tergores, 3 kasus disebabkan oleh alat bantu
dengar, 3 kasus karena gigitan serangga, dan 2 kasus oleh anting-anting.
Sisanya disebabkan oleh potong rambut, gigitan manusia dan bercukur.3

Tabel 2.1. Faktor Predisposisi Perikondritis3

Sampel untuk kultur bakteri penyebab perikondritis yang diambil


dari 56 pasien (49%). 36 pasien (64%) dari pemeriksaan didapatkan
hasil positif.3
P.aeruginosa ditemukan menjadi organisme utama (n = 25, 69%
dari isolat); Staphylococcus yang sensitif terhadap methicillin aureus
(MSSA) adalah yang paling umum kedua (n = 6, 17%). Kultur dari 14
isolat P.aeruginosa menunjukkan resistensi terhadap setidaknya satu
antibiotik (56%), sementara 6 ditemukan untuk tahan terhadap tiga atau
lebih antibiotik. Menariknya, tidak ada satupun isolat yang tahan
terhadap kuinolon.3

5
Tabel 2.2 Patogen Penyebab Perikondritis3

Pada keadaan tertentu dapat dibandingkan perikondritis yang


mengarah ke infeksi P. aeruginosa maupun disebabkan oleh penyakit
lain, pada pasien dengan riwayat diabetes melitus, adanya peningkatan
suhu tubuh, perikondritis lebih banyak disebabkan oleh patogen lain
non
P. aeruginosa. Patut dicurigai adanya perikondritis akibat infeksi P.
aeruginosa, apabila ditemukan perikondritis pasca operasi telinga,
recurent otitis, peningkatan leukosit yang signifikan, serta pasien yang
lama rawat inap dirumah sakit.3

6
Tabel 2.3. Kecenderungan Perikondritis akibat P. aeruginosa maupun
non- P. Aeruginosa3

Etiologi
Sejumlah penyebab perikondritis telah diidentifikasi, Dari 85
pasien menunjukkan penyebab paling umum termasuk trauma minor,
luka bakar, dan tindik telinga.7
Kerusakan pada tulang rawan bukan selalu menjadi penyebab yang
diperlukan untuk terjad infeksi, trauma kulit daerah aurikula seperti
goresan dengan kuku jari yang terinfeksi dapat menyebabkan infeksi
yang berlanjut ke perikondritis.7
Dalam persentase yang signifikan dari kasus, tidak ada penyebab
signifikan yang dapat diidentifikasi, Meskipun demikian, beberapa
penulis berpendapat bahwa insiden perikondritis yang berkembang
dapat

7
dikaitkan dengan meningkatnya popularitas tindikan telinga yang
tinggi, yang menyebabkan pengupasan dari perikondrium sehingga
terjadi microfrakture dari tulang rawan avaskular kemudian
mencetuskan infeksi.7
Perikondritis telah tercatat sebagai gejala utama dari sejumlah
proses penyakit yang ditandai oleh imunosupresi, termasuk Limfoma
Non- Hodkin terkait HIV, dan diabetes melitus.4
Mikroorganisme yang paling umum yang bertanggung jawab untuk
perichondritis adalah Pseudomonas Aeruginosa, kuman gram negatif
dengan mekanisme resistensi antibiotik intrinsik.4

Patofisiologi
Perikondritis adalah peradangan pada tulang rawan yang
membentuk telinga. Perikondritis kebanyakan disebabkan oleh infeksi
bakteri, biasanya sebagai komplikasi trauma telinga, pembedahan, atau
tindik telinga. Laserasi telinga memberikan risiko terbesar.9 Namun,
kerusakan pada tulang rawan tidak selalu diperlukan untuk terjadinya
perikondritis. Tulang rawan dapat terinfeksi meskipun kulit di atasnya
hanya mengalami trauma minimal, seperti menggaruk dengan kuku
yang terinfeksi. Dalam beberapa kasus, tidak ditemukan adanya
penyebab yang signifikan.10
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga
menyebar lebih kedalam perikondrium. Pada keadaan ini disebut
stadium dini, daun telinga (pinna) merah dan nyeri kemudian mulai
terbentuk abses subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan
kekurangan blood supply, sehingga terjadi nekrosis tulang rawan
sehingga dapat terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut
dengan cauliflower9

Gejala Klinis

8
Gejala biasanya muncul 3 hari sampai 4 minggu setelah trauma
telinga.11Infeksi biasanya dimulai di heliks dan anti-heliks tetapi dapat
menyebar hingga ke seluruh tulang rawan apabila tidak diobati. 12Gejala
dari perikondritis aurikula berupa:12
 Rasa nyeri di telinga luar yang makin lama makin meningkat
 Eritema
 Edema pada daun telinga yang makin lama makin menyeluruh
 Pembentukan abses
 Nyeri tekan pada telinga saat palpasi

 Sering tanpa disertai fluktuasi


 Khas bebas pada lobulus
Gambar 2.3 Perikondritis aurikula kanan.7

Diagnosa
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis, karena itu
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada
diagnosis yang paling mungkin.Pada anamnesis biasanya dikeluhkan
nyeri pada telinga terkait, kemerahan, dan bengkak.Pada pemeriksaan
fisik biasanya ditemukan nyeri tekan pada palpasi, dan terdapat
fluktuasi apabila ditemukan abses. Disarankan untuk dilakukan
pemeriksaan kultur luka dengan antibiogram.7Jika diagnosis masih
belum jelas, dapat

9
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti darah lengkap, urea dan
elektrolit, laju endap darah, glycated haemoglobin, skrining autoimun,
dan HIV. Pencitraan seperti computed tomography (CT) tulang
temporal dan magnetic resonance imaging (MRI) meatus auditorik
interna dan leher dengan kontras dapat menunjukkan anatomi tulang
dan jaringan lunak dengan jelas.13

Diagnosa Banding
Relapsing polychondritis
Infeksi bakteri dapat dibedakan dari peradangan autoimun
karena peradangan autoimun tidak merespon terhadap terapi antibiotik
dan cenderung relaps, maka sering dikenal sebagai relapsing
polychondritis.10Relapsing polychondritis adalah kondisi peradangan
sistemik struktur tulang rawan di tubuh. Kriteria diagnostik McAdam
digunakan untuk menegakkan diagnosis.Inflamasi telinga unilateral
atau bilateral adalah gejala klinis yang paling umum, tetapi manifestasi
jantung, pernafasan, mata, dan muskuloskeletal juga dapat terjadi.Ciri
yang membedakannya dari kondisi infeksi atau ganas adalah tidak
adanya limfadenopati regional.13
 Anamnesa
Penderita selalu mengeluhkan kemerahan, pembengkakan dan
nyeri tekan pada auricula.Dapat ditemukan tinnitus dan vertigo,
demikian pula kehilangan pendengaran akibat kolaps meatus
akustikus eksternus.10
 Pemeriksaan Fisik
Episode berulang dapat mengakibatkan floppy dan distorsi
auricula.Penyakit ini mungkin melibatkan kedua auricles secara
bersamaan, atau secara bergantian. Pasien akan mengalami
deformitas berupa saddle nose karena destruksi septum nasal dan
suara serak serta stenosis subglotis bahkan kematian akibat kolaps
laringotrakea dan bronkus.10

10
Othematoma
Othematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang
terlihat membengkak, garis lipatan konka menghilang, terjadi
pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya dapat mengenai
seluruh daun telinga.Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun
bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun telinga terasa panas dan adanya
rasa tidak nyaman. Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul
menjadi jaringan ikat yang menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena
adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut yang berlekuk-lekuk ini,
terutama dari trauma yang berulang, akan menimbulkan deformitas
yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga
akan menyebabkan kehilangan pendengaran.14
 Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma.Misalnya karena
hantaman atau pukulan saat berolahraga seperti gulat dan
lainnya.Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak. Jika
pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan
pendengarannya terganggu.14
 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan
pada daun telinga.Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya
nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan.Pada kasus yang telah
lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga
(cauliflower ear). Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai
cairan serohemoragis.14

11
Gambar 2.4 Hematoma Aurikular14

Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya
kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang
rawan telinga. Biasanya pasien datang ke dokter karena ada benjolan di
daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.15
 Anamnesa
Pseudokista bermanifestasi sebagai pembengkakan tanpa rasa
sakit pada permukaan lateral atau anterior pinna, yang terus
berkembang selama 4-12 minggu. Riwayat trauma mungkin menyertai
perjalanan klinis, termasuk menggosok, menarik telinga, tidur di bantal
keras, atau memakai helm sepeda motor atau earphone.16
 Pemeriksaan Fisik
pembengkakan yang asimptomatik pada permukaan lateral atau
anterior dari pinna, biasanya pada fossa skafoid atau fosa triangular.
Ukuran mulai dari diameter 1-5 cm, dan mengandung cairan kental
bening atau kekuningan, dengan konsistensi yang sama dengan minyak
zaitun.16

12
Gambar 2.5 Pseudokista Aurikular16

Erisipelas
Selulitis adalah kelainan yang disebabkan infeksi bakteri yang
biasanya didasari kejadian abrasi , laserasi, atau tindik telinga. Auricula
merah, bengkak, terasa nyeri, dan teraba lunak pada palpasi. Hal ini
biasanya disebabkan oleh infeksi gram positif kokus seperti
Staphylococcus atau Streptococcus dan mikroorganisme jarang lain
seperti Pseudomonas. Erisipelas adalah selulitis yang disebabkan oleh
kelompok A β- hemolitik Streptococcus dan mungkin melibatkan
auricular.15
 Anamnesa
Biasanya ditandai dengan gejala toksisitas sistemik seperti demam
dan menggigil, eritema, nyeri, dan pembengkakan.15
 Pemeriksaan Fisik
Ada pembengkaan aurikulum, berwarna merah, nyeri hebat dan
infeksi dapat berlanjut sampai perbatasan kulit telinga dan wajah.15

13
Gambar 2.6 Erisipelas Aurikular15

Keganasan
Penyakit neoplastik pada telinga luar merupakan salah satu dari
penyebab nyeri telinga, meskipun jarang. Penyakit neoplastik harus
selalu dipertimbangkan jika terdapat otalgia dan lesi kulit yang tidak
sembuh, dan nyeri persisten dalam yang tidak diketahui penyebabnya.5
Sekitar 5% dari semua kanker kulit terjadi pada pinna karena frekuensi
paparan sinar matahari. Keganasan harus dipertimbangkan terutama
pada pasien dengan gejala progresif atau yang tidak berespon terhadap
antibiotik topikal dan intravena, atau dengan kondisi imunosupresi
(misalnya penerima transplantasi organ, orang dengan HIV, atau
keganasan sel B).Transplantasi organ meningkatkan risiko berbagai
macam kanker, karena imunosupresi mengurangi fungsi imunologi
untuk sel atipikal, dan agen imunosupresif dapat memberikan efek
karsinogenik secara langsung dan memfasilitasi proliferasi virus
onkogenik.9

14
Penatalaksanaan
 Antibiotik
Pseudomonas aeruginosa adalah organisme patogen yang
paling umum yang bertanggung jawab untuk perikondritis aurikula
diikuti oleh Staphylococcus aureus. Patogen ini biasanya sensitif
terhadap ciprofloxacin atau co-amoxiclav. Patogen lainnya
termasuk Enterococcus faecalis, Streptococcus grup A dan
Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan ceftazidime dan
amikacin.17
Selain penggunaan antibiotik kuinolon oral (seperti
ciprofloxacin) dapat dilakukan aplikasi lokal kompres aluminium
asetat 4%.18 Pengobatan awal di masyarakat dengan antibiotik
antipseudomonal (misalnya, fluoroquinolone) dapat meminimalkan
jumlah rawat inap dan secara signifikan meningkatkan tingkat
keberhasilan pengobatan rawat jalan perichondritis. Sayangnya,
selama beberapa tahun terakhir kita dihadapkan dengan
peningkatan global resistensi bakteri termasuk resistensi
Pseudomonas pada fluoroquinolone. Menariknya, semua isolat
yang dikulturkan pada penelitian tahun 1987–2004 sensitif
terhadap fluoroquinolone, dibandingkan dengan tingkat sensitivitas
hanya 75% di antara komunitas dan isolat nosokomial yang
diperoleh selama beberapa tahun terakhir (2005-2008).
Perkembangan yang tidak menguntungkan ini dapat menghambat
pengobatan rawat jalan, karena fluoroquinolone saat ini merupakan
satu-satunya pengobatan oral yang tersedia untuk melawan
Pseudomonas. 3
Sebagai kesimpulan, kelompok pasien dengan perichondritis
harus dimulai sesegera mungkin pada obat anti-pseudomonas. 3

15
 Bedah
Bedah dilakukan untuk menghilangkan benda asing termasuk
tindik.
 Insisi dan drainase abses: Pus dikumpulkan kultur dan tes
sensitifitas antibiotik. Luka dibalut dengan kasa pita yang
diresapi antibiotik.
 Reseksi kartilago yang nekrosis dan penempatan “through and
through” Penrose atau saluran kateter.
 Antibiotik pasca operasi selama 7-10 hari18
 Untuk perikondritis dengan pembentukan hematoma,
pengobatan telah dijelaskan dalam literatur yang melibatkan
drainase dengan jarum, irigasi dan pemasangan solusio
streptomisin, triamcinolone dan hyaluronidase. 2

Gambar 2.7 Telinga Kanan dengan Drainase Abses.19

Selain penggunaan antibiotik dan bedah, terdapat penelitian lain


mengenai penggunaan Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) pada
penderita diabetes mellitus dengan perikondritis berulang. Penderita
diabetes dianggap rentan terhadap infeksi karena gangguan imunologi
(mengurangi chemeotaxis dan fagositosis) dan faktor nonimunologi

16
(mikroangiopati, neuropati), meskipun masih ada banyak kontroversi
seputar masalah ini. Penderita diabetes memiliki resiko tinggi
mengalami perikondritis dan harus berhati-hati terutama apabila
melakukan tindik telinga pada tulang rawan aurikularis.20
Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) dapat bermanfaat sebagai
terapi komplementer untuk cedera jaringan lunak pada pasien dengan
diabetes, kulit berkerut, osteoradionekrosis, nekrosis jaringan lunak dan
gangren. HBOT telah terbukti bermanfaat dalam menyembuhkan
masalah luka pada pasien diabetes mellitus. Mekanisme utama aksi
HBOT didasarkan pada regenerasi intraseluler radikal bebas oksigen
dan nitrogen. Menghirup oksigen lebih dari 101,3 kPa meningkatkan
produksi Reactive Oxygen Species (ROS). Ini sangat penting karena
merupakan dasar molekuler untuk sejumlah mekanisme terapeutik.
Dalam hubungan dengan Reactive Nitrogen Species (RNS), mereka
berfungsi sebagai molekul pemberi sinyal dalam kaskade transduksi,
atau jalur, untuk berbagai faktor pertumbuhan, sitokin dan hormon.
RNS termasuk oksida nitrat dan agen yang dihasilkan oleh reaksi antara
oksida nitrat atau produk oksidasi, dan ROS. ROS dihasilkan secara
intraseluler sebagai bagian dari metabolisme normal, bekerja bersama
dengan beberapa sistem redoks, dan memainkan peran sentral dalam
mengkoordinasikan sinyal sel dan juga jalur proteksi anti-oksidan.
HBOT telah terbukti memperbaiki penyembuhan luka diabetes dengan
meningkatkan sel-sel induk yang bersirkulasi.21
HBOT adalah prosedur yang relatif aman. Risiko toksisitas oksigen
sistem saraf pusat sekitar 1 hingga 4 dalam 10.000 perawatan pasien,
tergantung pada tekanan dan durasi paparan. Kesulitan pengobatan oleh
HBOT termasuk biaya dan ketersediaan fasilitas hiperbarik. Selain itu,
pasien memerlukan beberapa sesi sehingga membutuhkan banyak
waktu. Namun, jumlah kamar HBOT telah meningkat, memungkinkan
akses yang lebih besar ke intervensi ini. Kasus perichondritis aurikularis
pada pasien diabetes dengan beberapa kali relaps yang teratasi dengan
HBOT

17
menunjukkan bahwa ini adalah pilihan pengobatan yang berguna dalam
kondisi ini.21

Prognosis
Prognosis kondisi bervariasi tergantung pada stadium penyakit dan
apakah ada patologi yang mendasari. Tidak ada intervensi bedah yang
diperlukan pada tahap awal, dan antibiotik intravena saja sudah cukup.
Namun, pada pembentukan abses membutuhkan drainase. Dalam semua
kasus, upaya harus dilakukan untuk mempertahankan kartilago, karena
hasil akhir kosmetik tergantung pada jumlah tulang rawan yang rusak
atau dihilangkan.7 Dengan inisiasi awal pengobatan, pasien merespon
dengan baik tanpa cacat kosmetik.22

Komplikasi

Gambar 2.8. Cauliflower Ear19

Perikondritis aurikula adalah kejadian yang relatif umum tetapi


serius dengan komplikasi potensial kehilangan tulang rawan dan cacat
kosmetik yang disebut “Cauliflower ear”, yaitu deformitas pada
tulang rawan.18 Perikondritis aurikula tidak hanya melibatkan
perikondrium tetapi juga tulang rawan kondral.17 Perikondrium
bertanggung jawab untuk penyediaan suplai darah ke tulang rawan

18
dibawahnya. Jadi gangguan perikondrium dapat menyebabkan
nekrosis dan kerusakan kartilago.22 Regenerasi tulang rawan yang
rusak sulit dan nekrosis kondrosit akhirnya akan digantikan oleh
fibrosis padat dan terjadi pembentukan bekas luka, yang akan
menyebabkan deformitas telinga. Setelah enam bulan follow-up, 34
dari 50 pasien (68%) mengalami kelainan bentuk residual. Terdiri dari
25 pasien (50%) dengan total deformitas aurikula dan 9 pasien (18%)
dengan deformitas parsial.17 Komplikasi berpotensi mengancam jiwa
lainnya seperti syok endotoksik juga telah dilaporkan dalam literatur.22

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perikondritis adalah infeksi pada jaringan ikat telinga yang
menutupi tulang rawan aurikula atau pinna, tetapi tidak termasuk lobulus.

19
Penyebab perikondritis disebabkan oleh trauma, trauma dapat
berupa mikrolesi, tindik telinga, gigitan serangga, serta gigitan manusia.
Lesi pada kulit dapat menyebar lebih lanjut ke lapisan perikondrium
sehingga menyebabkan perikontritis.Rasa nyeri di telinga luar yang makin
lama makin meningkat
Gejala perikondritis dapat berupa eritema, edema pada aurikula
yang makin lama makin menyeluruh, jika terdapat proses supurasi dapat
terbentuk abses, nyeri tekan pada telinga saat palpasi.
Gejala perikondritis dapat menyerupai gejala penyakit lain
sepertiRelapsing polychondritis, Othematoma, Pseudokista, Keganasan,
dan yang paling mudah membedakannya dengan erisipelas auricula,
dimana pada erisipelas didapatkan eritema yang mengenai lobolus
aurikula.
Penatalaksanaan perikondritis dibagi menjadi dua, yaitu
pengobatan dan bedah.Pengobatan dengan menggunakan antibiotik
terhadap kuman berdasarkan penelitian empiris, salah satunya yaitu
ciprofloxacin.Tindakan bedah dengan dilakukan insisi dan drainase jika
infeksi berlanjut kemudian membentuk abses atau terbentuk
hematoma.Selain itu terdapat penelitian yang sedang dikembangkan
mengenai penggunaan Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) pada
penderita diabetes mellitus dengan perikondritis yang berulang.
Pengobatan harus diberikan secara adekuat untuk mencegah
komplikasi yaitu “Cauliflower ear”, dimana sudah terjadi destruksi dari
kartilago aurikula yang menyebabkan deformitas dan kecacatan aurikula
yang permanen, selain itu infeksi dapat berlanjut ke dalam pembuluh darah
kemudian menyebabkan sepsis.

Saran
Penulisan referat “ PerikondritisAurikularis” yang penulis buat masih jauh
dari kata sempurna, adanya berbagai pihak, terutama dari dokter
pembimbingKSM THT-KL RSUD Sidoarjosangat diharapkan oleh penulis.

20
SUMBER
1. Anonymus. 2000. Normal ear anatomy. Citation available from :
www.uptodate.com. acces on September 30th , 2008.
2. Alan Lucerna, James Espinosa. 2018. Acute atraumatic pinna (auricular)
perichondritis. World J Emerg Med, Vol 9, No 2. P:153
3. Erez Davidi, Alona Paz, Hava Duchman, Michal Luntz and Israel
Potasman. 2011. Perichondritis of the Auricle: Analysis of 114 Cases.
Infectious Diseases Unit and Travel Clinic and Department of
Otolaryngology, Head

21
and Neck Surgery, Bnai Zion Medical Center, affiliated with Rappaport
Faculty of Medicine,Technion-Israel Institute of Technology, Haifa, Israel
IMAJ • VOL 13 • P: 21-24
4. Caruso, Andria M., Macario Camacho Jr, and Scott Brietzke.
“Recurrent auricular perichondritis in a child as the initial manifestation
of insulin- dependent diabetes mellitus: A case report.” ENT: Ear, Nose
& Throat Journal 93.2 (2014). (PMID: 24526489)
5. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. 2006. Anatomy and physiology of
hearing. In: Bailey JB, Johnson JT. Head and neck surgery
otolaryngology. 4 ed, Vol 2. Philadelphia: Lippincott W, Wilkins. 1883-
1902.
6. Donalson JA, Duckert LG. 1991. Anatomy of the ear. In: Paparella MM,
Shumrick DA eds. Otolaryngology. 3 th ed. Philadelphia: WB Saunders P:
23-58.
7. Prasad, H. Kishore C., et al. 2007. Perichondritis of the auricle and
its management.The Journal of Laryngology & Otology 121. P 530-
534. (PMID: 17319983)
8. Liu, Z. W., and P. Chokkalingam. “Piercing associated perichondritis
of the pinna: are we treating it correctly?.” The Journal of Laryngology
& Otology 127.5 (2013): 505-508. (PMID 23442437
9. Adams L, Goerge, Boeis. Boe is Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 Penerbit
Buku Kedokteran EGC Jakarta 1997
10. O’Leary S. ENT causes of orofacial pain. Vol. 10, Headache, Orofacial
Pain and Bruxism. Elsevier Ltd; 2009. 115-125 p.
11. Recinos A, Zahouani T, Marino C, Sitnitskaya Y. Auricular Perichondritis
Complicating Helical Ear Piercing. Pediatr Ther. 2016;6(4):5–6.
12. Soebroto. 1994. Diktat Kuliah THT. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya P:2
13. Warner E, Weston C, Barclay-Klingle N. The swollen pinna. BMJ.
2017;359(j5073):1–3.
14. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku
Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed

22
6.Penerbit Buku Kedokteran, Hal: 75- 84
15. Soepardi, Efiaty Arsyad. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala leher. Edisi 2007 FKUI
16. Miyamoto H, Okajima M, Takahashi I. Lactate dehydrogenase isozymes
in and intralesional steroid injection therapy for pseudocyst of the auricle.
Int J Dermatol. Jun 2001;40(6):380-4.
17. Gautam Dhar, Bijan Basak, Ganesh Chandra Gayen, Ritam Ray.2013.
Auricular Perichondritis in a Tertiary Rural Hospital. Philippine Journal of
Otolaryngol Head Neck Surg Vol:28 (1) P 8-9.
18. Mohan Bansal. 2013. Diseases of Ear, Nose and Throat head and Neck
Surgery. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. P:186
19. Tony R. Bull.2003. Color Atlas of ENT Diagnosis 4th edition. Germany:
Georg Thieme Verlag. P:57
20. Dimitrios Assimakopoulos, Dimitrios Tziouris, and Assimakis D.
Assimakopoulos. 2009. Bilateral auricular perichondritis and diabetes
mellitus. Otolaryngology–Head and Neck Surgery 140, 431-432.
21. Fernando Laffitte Fernandes, Milena Lavor, Guilherme Machado de
Carvalho and Alexandre Caixeta Guimarães.2013. Hyperbaric oxygen in
the treatment of perichondritis of the pinna. Diving and Hyperbaric
Medicine Volume 43 No. 3
22. Santhanakrishnan K, Poornima S. Bhat. 2017. Various outcomes of pinna
abscess management in our experience. International Journal of
Otorhinolaryngology and Head and Neck Surgery Vol 3 Issue 4. P: 941

23

Anda mungkin juga menyukai