Anda di halaman 1dari 5

1.

Pertusis : infeksi akibat gram (-) bordatella pertusis pada saluran nafas dengan penularan
melalui droplet. Gejala klinis khas pada pertusis adalah batuk rejan batuk seratus hari,
whooping cough. Pertusis terbagi menjadi 3 stadium :
a. Stadium kataral (2-7 hari): demam, rinorea,anoreksia frekuensi batuk bertambah ( fase
yang sangat menular
b. stadium proksimal (1-2 mgg/ 8 mgg): whhoping disebabkan pasien berupaya menarik
nafas panjang setelah 5-10x batuk. Pola batuk seperti ini karena disebabkan oleh
sulitnya saat membuang mukus dan sekret yang tebal. Dapat kuta temui gejalanya
berupa muka merah, sianosis, mata menonjol,lidah menjulur, lakrimasi, hipersaliva,
distensi vena leher, apatis, penurunan berat badan.
c. stadium konvalesens : batuk akan menghilang secara bertahap. Biasanya dapat terjadi
perdarahan konjungtiva, dan terdengar crackles difus.

2. Difteri : penyakit infeksi toksik akut yang sangat menular disebabkan karena
corynebacterium diphteriaditandai adanya pseudomembran.
3. Campak : penyakit virus akut oleh paramyxovirus sejak prodormal sampai lebih kurang 4 hari
setelah muncul ruam, penyebaran melalui droplet. Gejala klinis yang di temui :
a. Deman, konjungtivitis, limfadenopati general.
b. Pada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya eksantem

c. Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem( ruam membentuk konfluens
pulau pulau)
d. Pada hari ke tiga, lesi ini perlahan menghilang, dengan warna sisa coklat kekuningan
atau deskuamasi ringan. Eksantem hilang dalam 4-6 hari. ( panduan praktek klinis. Dept
IkA RSDS 2012-2014) (Buku ajar infeksi dan pediatrik tropis 2012)

4. Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat
kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan
pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya
disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Untuk mencegah
stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan
anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori
yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein
7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi
protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1–3 tahun
membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan.
5. Riwayat imunisasi
6. Dasar Teori
Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan
KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66
dan 72 bulan.
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih
kecil dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah
KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah
KPSP 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai
masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.

Interpretasi hasil KPSP :


 Hitunglah berapa jawaban Ya.
o Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
o Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu/pengasuh anak tidak tahu.
 Jumlah jawaban Ya
o 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)
o 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
o 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

 Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut


jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian)

Intervensi:
Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)
 Beri pujian kepada Ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
 Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
 Berikan stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan
umur dan kesiapan anak.
 Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu
secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika
anak sudah memasuki usia prasekolah (36 – 72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD, Kelompok Bermin dan Taman
Kanak-Kanak.
 Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak
berumur kurng dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)


 Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih
sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
 Ajarkan ibu cara melakukan interv
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA.
Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu
KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan
KPSP 9 bulan.
 Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.
 Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik
tumbuh kembang.

Prosedur

o Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.


o Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir dan menjadikannya dalam bulan.
o Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh :
bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
o Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
o KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
 Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi
bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.”
o Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
o Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
o Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan.
o Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Anda mungkin juga menyukai