Anda di halaman 1dari 103

Mini Lecture

PULMONOLOG
I
FK UWKS
SKDI PARU
SKDI PARU
PULMONOLO
GI

COPD Asma TB Pneumonia

Bronkiektasis Atelektasis Efusi pleura

Lung cancer
Occupational
Lung abscess & Mediastinum
tumor Lung
Disease
PULMONOLO
GI

COPD Asma TB Pneumonia


Pneumothorax Hematothorax Edem Paru

Bronkiolitis

Materi-materi overlap.
ASTHMA

• Sesak
• Ada pencetus (allergen, dll)
• Bersifat Episodik, reversible
• Gx timbul atau memburuk terutama malam hari/ dini hari
• Riwayat alergi, riw. Keluarga
• Wheezing (+)
• Ro : hiperinflasi paru
• Kronik dan episodic
• Komplikasi : Gagal napas, asidosis metabolik
KLASIFIKASI
ASTHMA
DERAJAT SERANGAN DERAJAT KEKAMBUHAN TINGKATAN TERKONTROL

1. Serangan Ringan 1. Intermiten 1. Tidak Terkontrol


2. Serangan Sedang 2. Persisten Ringan 2. Terkontrol Sebagaian
3. Serangan Berat 3. Persisten Sedang 3. Terkontrol
4. Status Asmatikus 4. Persisten Berat

*tatalaksana menyesuaikan klasifikasi dan kasus pada soal


KLASIFIKASI DERAJAT SERANGAN ASMA

©Bimbel UKDI MANTAP


TATALAKSANA SERANGAN ASMA DI RS

©Bimbel UKDI MANTAP


Persatuan Dokter Paru Indonesia 2003
©Bimbel UKDI MANTAP
ASSESMENT OF SEVERITY OR CONTROL

APE 61-80%
61-80% nilai
61
-
ASTHMA TREATMENT :
PREVENTATIVE/AVOIDANCE MEASURES

Avoid exposure to Avoid contact with furry Reduce pollen exposure Reduce exposure
personal and second- animals to house dust mite
hand tobacco smoke

Avoid sensitizers and irritants Avoid food and Avoid drugs that aggravate asthma
(dust and fumes) which aggravate beverages containing such as beta-blockers (including eye
or cause asthma, especially in the preservatives drops) and aspirin and non-steroidal
workplace anti-inflammatory drugs
ASTHMA TREATMENT :
PHARMACOTHERAPY

(A) RELIEVERS : (B) CONTROLLERS :


underlying INFLAMMATION and/or cause
Act only on airway smooth muscle spasm
prolonged bronchodilatation

Cause BRONCHODILATATION Relieve


symptoms acutely – cough mucosal irritability of
secretions smooth
wheeze/tightness swelling
muscle

Take when necessary Take regularly, even when well


Tingkatan Asma Terkontrol

Karakteristik Terkontrol Terkontrol Sebagian Tak terkontrol

Gejala Harian Max seminggu 2x >2x seminggu

Keterbatasan Aktivitas Tidak Ada Sewaktu2 dalam Minimal ada 3 ciri asma
seminggu terkontrol sebagian
muncul sewaktu-waktu
dalam seminggu
Gejala Malam Tidak Ada Sewaktu2 dalam
seminggu
Lebutuhan Releiver Maksimal 2x seminggu >2x dalam seminggu

FEV1 atau APE Normal <80%


Macam macam
obat asma
1. Seorang laki-laki usia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan utama sesak. Sesak terutama dirasakan saat dini hari
selama 1 bulan terakhir. Pasien mengaku memiliki riwayat asma
sejak kecil namun sudah jarang kambuh. Dalam minggu ini pasien
sudah 4 kali mengalami sesak nafas. Tanda vital normal. Apakah
diagnosis pasien di atas?

A. Asma serangan ringan


B. Asma serangan sedang
C. Asma episode intermiten
D. Asma episode persisten ringan
E. Asma episode persisten berat
1. Seorang laki-laki usia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan utama sesak. Sesak terutama dirasakan saat dini hari
selama 1 bulan terakhir. Pasien mengaku memiliki riwayat asma
sejak kecil namun sudah jarang kambuh. Dalam minggu ini pasien
sudah 4 kali mengalami sesak nafas. Tanda vital normal. Apakah
diagnosis pasien di atas?

A. Asma serangan ringan


B. Asma serangan sedang
C. Asma episode intermiten
D. Asma episode persisten ringan
E. Asma episode persisten berat
2. Seorang laki-laki 21 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 jam lalu. Pasien memiliki riwayat asma dan
alergi kacang. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan kesadaran
compos mentis, TD 130/80 mmHg, nadi 115 kali/menit, frekuensi
nafas 26 kali/menit, suhu afebris. Saturasi O2 93%. Suara nafas
didapatkan mengi yang terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada
auskultasi. Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut?

A. Ipratropium Bromida
B. Terbutalin
C. Formoterol
D. Budesonide
E. Aminofilin
2. Seorang laki-laki 21 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 jam lalu. Pasien memiliki riwayat asma dan
alergi kacang. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan kesadaran
compos mentis, TD 130/80 mmHg, nadi 115 kali/menit, frekuensi
nafas 26 kali/menit, suhu afebris. Saturasi O2 93%. Suara nafas
didapatkan mengi yang terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada
auskultasi. Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut?

A. Ipratropium Bromida
B. Terbutalin
C. Formoterol
D. Budesonide
E. Aminofilin
CHRONIC OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE
CHRONIC OBSTRUCTIVE LUNG
DISEASE
KEY POINT :
• Persistent airflow
limitation
• Progressive non-
reversible
• Chronic inflammatory

Bronkitis kronik (Dx Klinis) Emfisema (Dx Patologis)


Kelainan saluran napas yang Suatu kelainan anatomis paru
ditandai oleh batuk kronik yang ditandai oleh pelebaran
berdahak minimal 3 bulan
dalam setahun, sekurang-
COPD rongga udara distal
bronkiolus terminal, disertai
kurangnya 2 tahun berturut - kerusakan dinding alveoli.
turut, tidak disebabkan (kerusakan permukaan
penyakit lainnya. pertukaran gas pada paru)
COPD: Risk Factors
Genes

Infections

Socio-

economic
s
tatus
Aging Populations

© 2015 G iative fo hro i Ob


Tanda dan Gejala Kardinal COPD

• Usia Tua
• Sesak tanpa atau dengan wheezing
• Batuk produktif
• Riwayat perokok lama
• Pemfis : Barrel chest , Hipersonor
• Ro : emfisematous lung, ICS melebar, Hiperaerated lung
• Spirometri post bronkodilator FEV1/VC <70%
PEMERIKSAAN FISIK
• Pursed - lips breathing
• Barrel chest (diameter AP dan transversal sebanding)
• Penggunaan otot bantu napas
• Hipertropi otot bantu napas
Inspeksi • Pelebaran sela iga
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema tungkai
• Penampilan pink puffer atau blue bloater

Palpasi • Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

• Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak


Perkusi diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

• Suara vesikuler N, atau melemah


• Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
Auskultasi pada ekspirasi paksa
• Ekspirasi memanjang
• bunyi jantung t©eBrmi dbeenl UgKaDrI MjaAuNhATP
Pemeriksaan Lanjutan
• Spirometri (FEV1/FVC < 0,70 post bronchodilator)

• Radiologi: Foto thorax PA dan lateral


Emfisema: Bronkitis kronik :
Hiperinflasi, hiperlusen, ruang Normal/
retrosternal melebar, diafragma Corakan bronkovaskuler
mendatar, jantung menggantung bertambah pada 21 % kasus
Klasifikasi PPOK
Derajat Klinis Faal Paru
GOLD I Gx +(sputum produktif) • FEV1/VC <70% post
bronkodilator
• FEV1 ≥80%
GOLD II Gx+(saat aktivitas) • FEV1/VC <70% post
bronkodilator
• 50% < FEV1 >80%

GOLD III Gx+ (posisi relax tetap sesak) • FEV1/VC <70% post
bronkodilator
• 30% < FEV1 >50%

GOLD IV Gx+ (gagal napas decomp kanan) • FEV1/VC <70% post


bronkodilator
• FEV1 <30%
• FEV1 < 50% + gagal napas
Grading ppok mMRC
mMRC Keterangan

Grade 1 Sesak jika aktivitas

Grade 2 Sesak jika berjalan terburu-buru/ menaiki bukit

Grade 3 • Berjalan lebih lambat dari orang sebaya karena sesak


• Ketika jalan biasa harus berhenti jalan/istirahat karena sesak
Grade 4 Sesak saat melakukan aktivitas ringan (pakai baju)
Derajat Pengobatan

Semua Derajat • Stop rokok, hindari pencetus


• Simptomatis

A (GOLD 1&2, mMRC gr 1-2) • Reliver (SABA/ antikolinergik jk sesak)

B (GOLD 1&2, mMRC gr 3-4) • Reliver jk sesak sesak + LABA/ antikolinergik long
acting

C (GOLD 3&4, mMRC gr 1-2) • Reliver jk sesak sesak + kortikosteroid inhalasi +


LABA/antikolinergik long acting

D (GOLD 3&4, mMRC gr 3-4) • Reliver jk sesak sesak + kortikosteroid inhalasi +


LABA dan/ atau antikolinergik long acting
MANAGE EXACERBATIONS COPD

Gejala eksaserbasi :
- Sesak bertambah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum

• Infection of the
tracheobronchial tree
• Air pollution
Most
• In 1/3 of severe
common exacerbations cause
causes of cannot be
exacerbations identified
Intepretasi Spirometri
Nilai Spirometri Obstruktif Restriksi Mix (obstruksi + restriksi)

FEV 1 (80%) Turun Turun Turun

FVC (80%) Normal Turun Turun

FEV1/FVC (70%) Turun Normal Turun

Contoh penyakit Asma, PPOK Atelektasis, Contoh :


Segala yang pneumothorax, efusi PPOK + pneumothorax
menyebabkan hambatan pleura
jalan nafas Segala yang mengurangi
kapasitas paru

Spiro post bronkodilator


Reversible : > 15%
Irreversible : < 15%
1. Laki-laki 45 tahun datang ke IGD RS karena sesak nafas sejak 3 jam
yang lalu. Pasien mengeluhkan dalam 1 minggu terakhir
mengeluarkan dahak berwarna kuning. Pasien merokok 2 bungkus
sehari sejak usia 20 tahun. Diketahui sudah sering sesak sejak 3
tahun. TD 130/90 mmHg, Nadi 100 x/menit, Pernapasan 34
x/menit, Suhu 37°C. Tampak retraksi sela iga saat inspirasi, perkusi
hipersonor, suara napas memanjang saat ekspirasi disertai mengi
pada lapang paru. Apa diagnosis pada pasien ini?

A. Karsinoma paru
B. Pneumokoniosis
C. Tuberkulosis paru
D. Asma Bronkiale
E. PPOK eksaserbasi akut
1. Laki-laki 45 tahun datang ke IGD RS karena sesak nafas sejak 3 jam
yang lalu. Pasien mengeluhkan dalam 1 minggu terakhir
mengeluarkan dahak berwarna kuning. Pasien merokok 2 bungkus
sehari sejak usia 20 tahun. Diketahui sudah sering sesak sejak 3
tahun. TD 130/90 mmHg, Nadi 100 x/menit, Pernapasan 34
x/menit, Suhu 37°C. Tampak retraksi sela iga saat inspirasi, perkusi
hipersonor, suara napasS memanjang saat ekspirasi disertai mengi
pada lapang paru. Apa diagnosis pada pasien ini?

A. Karsinoma paru
B. Pneumokoniosis
C. Tuberkulosis paru
D. Asma Bronkiale
E. PPOK eksaserbasi akut
TUBERKULO
SIS
PENEMUAN PASIEN TB
Gejala Klinis Pasien TB
• Gejala utama pasien TB paru • S (sewaktu):
• Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
lebih. berkunjung pertama kali. Pada saat pulang,
suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
• Batuk dapat diikuti dengan gejala • P (Pagi):
tambahan dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari
• Dahak bercampur darah, kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa
dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• batuk darah,
• sesak nafas,
• badan lemas,
• nafsu makan menurun, Pemeriksaan
• berat badan menurun, dahak mikroskopis
• malaise, langsung
• berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik,
• demam meriang lebih dari satu bulan.
KLASIFIKASI
TB

a. Lokasi anatomi dari penyakit

b. Riwayat pengobatan sebelumnya

c. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

d. Status HIV
LOKASI ANATOMI
Tuberkulosis Paru Tuberkulosis Ekstraparu
• TB yang terjadi pada parenkim • TB yang terjadi pada organ selain
(jaringan) paru. paru, misalnya: pleura, kelenjar
• Milier TB dianggap sebagai TB limfe, abdomen, saluran kencing,
paru karena adanya lesi pada kulit, sendi, selaput otak dan
jaringan paru. tulang.
• Limfadenitis TB di rongga dada • Diagnosis TB ekstra paru dapat
(hilus dan atau mediastinum) atau ditetapkan berdasarkan hasil
efusi pleura. pemeriksaan bakteriologis atau
• TB paru dan TB ekstra paru. klinis.
RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA

3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.


HASIL PEMERIKSAAN UJI KEPEKAAN OBAT

Mono resistan (TB • Resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
MR):
Poli resistan (TB • Resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama SELAIN
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
PR):
Multi drug resistan • Resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan
(TB MDR):
Extensive drug • TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT
golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini
resistan (TB XDR): kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)

Resistan Rifampisin • Resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap
OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat)
(TB RR): atau metode fenotip (konvensional).
OAT untuk TB MDR

OAT Lini Pertama


Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Kategori Anak : 2HRZ/4HR


EFEK SAMPING PENGOBATAN TB
EVALUASI PASIEN TB

•Bulan •Bulan
2,5,6 3,5,8
Kategori 1 Kategori 2

Bulan ke 2 BTA (+) langsung


TCM
TATALAKSANA TB PADA KONDISI KHUSUS

a. Kehamilan b. Ibu menyusui dan bayinya


• Menurut WHO, hampir semua OAT aman • Pada prinsipnya pengobatan TB pada
untuk kehamilan, kecuali golongan ibu menyusui tidak berbeda dengan
Aminoglikosida seperti streptomisin atau pengobatan pada umumnya. Semua
kanamisin karena dapat menimbulkan jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
ototoksik pada bayi (permanent ototoxic) • Pemberian OAT yang tepat
dan dapat menembus barier placenta merupakan cara terbaik untuk
• Pemberian Piridoksin 50 mg/hari mencegah penularan kuman TB
dianjurkan pada ibu hamil yang kepada bayinya.
mendapatkan pengobatan TB • Pengobatan pencegahan dengan INH
• Pemberian vitamin K 10mg/hari juga diberikan kepada bayi tersebut
dianjurkan apabila Rifampisin digunakan sesuai dengan berat badannya.
pada trimester 3 kehamilan menjelang
partus.
c. Pasien TB pengguna kontrasepsi d. Pasien TB dengan Diabetes Melitus

• Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi • Paduan OAT yang diberikan pada


hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB), prinsipnya sama dengan paduan OAT
sehingga dapat menurunkan efektifitas bagi pasien TB tanpa DM dengan syarat
kontrasepsi tersebut. kadar gula darah terkontrol
• Seorang pasien TB sebaiknya • Apabila kadar gula darah tidak
mengggunakan kontrasepsi non-hormonal terkontrol, maka lama pengobatan
dapat dilanjutkan sampai 9 bulan
• Hati hati efek samping dengan
penggunaan Etambutol karena pasien
DM sering mengalami komplikasi
kelainan pada mata
• Perlu diperhatikan penggunaan
Rifampisin karena akan mengurangi
efektifitas obat oral anti diabetes
(sulfonilurea) sehingga dosisnya perlu
ditingkatkan
• Perlu pengawasan sesudah pengobatan
selesai untuk mendeteksi dini bila
terjadi kekambuhan
e. Pasien TB dengan gangguan ginjal f. Pasien TB dengan HIV
• Paduan OAT yang dianjurkan adalah pada • Penegakkan diagnosis TB paru pada
pasien TB dengan gagal ginjal atau ODHA tidak terlalu berbeda dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat: 2 orang dengan HIV negatif.
HRZE/4 HR. • Penegakan diagnosis TB pada umumnya
• H dan R diekskresi melalui empedu didasarkan pada pemeriksaan
sehingga tidak perlu dilakukan perubahan mikroskopis dahak namun pada ODHA
dosis. dengan TB seringkali diperoleh hasil
• Dosis Z dan E harus disesuaikan karena dahak BTA negatif.
diekskresi melalui ginjal. Dosis pemberian • Di samping itu, pada ODHA sering
3 x /minggu bagi Z : 25 mg/kg BB dan E : dijumpai TB ekstraparu di mana
15 mg/kg BB. diagnosisnya sulit ditegakkan karena
• Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal harus didasarkan pada hasil
atau gagal ginjal, perlu diberikan tambahan pemeriksaan klinis, bakteriologi dan
Piridoksin (vit. B6) untuk mencegah atau histologi yang didapat dari tempat
terjadinya neuropati perifer. lesi
• Hindari penggunaan Streptomisin dan • Obat TB dulu selama 2 minggu
apabila harus diberikan, dosis yang kemudian dimulai ARV
digunakan: 15 mg/kgBB, 2 atau 3 x /minggu
dengan maksimum dosis 1 gr untuk setiap
kali pemberian dan kadar dalam darah
harus selalu dipantau.
g. Pasien TB dengan kelainan hati

2) Pasien dengan kondisi berikut dapat


diberikan paduan pengobatan OAT yang
1) Pasien TB dengan hepatitis akut biasa digunakan apabila tidak ada kondisi
kronis

• Pemberian OAT pada pasien TB dengan • Pembawa virus hepatitis


hepatitis akut dan atau klinis ikterik, • Riwayat penyakit hepatitis akut
ditunda sampai hepatitis akutnya • Saat ini masih sebagai pecandu alkohol
mengalami penyembuhan. Sebaiknya • Reaksi hepatotoksis terhadap OAT
dirujuk ke fasyankes rujukan untuk
umumnya terjadi pada pasien dengan
penatalaksanaan spesialistik.
kondisi tersebut diatas sehingga harus
diwaspadai.
h. Hepatitis Imbas Obat / Hepatitis Induced OAT

Kriteria
• Bila klinis (+) [ikterik (+), gejala mual muntah (+)] → OAT dihentikan
• Bila klinis (+) dan SGOT, SGPT ≥3 kali → OAT dihentikan
• Bila klinis (-), laboratorium terdapat kelainan:
• Bilirubin >2 kali → OAT dihentikan
• SGOT, SGPT ≥5 kali → OAT dihentikan
• SGOT, SGPT ≥3 kali → teruskan pengobatan dengan pengawasan

Paduan OAT yang dianjurkan


• Hentikan OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ), berikan streptomisin dan etambutol
sambil menunggu fungsi hati membaik
• Jika keluhan dan gejala tidak hilan dan gangguan fungsi hati berat → berikan
streptomisin, etambutol, dan salah satu golongan quinolone sampai 18-24 bulan
• Jika gangguan fungsi hati teratasi → OAT dimulai kembali satu persatu, diawali dengan
rifampisin. Setelah 3-7 hari, isoniazid dapat diberikan. Sangat dianjurkan untuk
menghindari penggunaan pirazinamid.
i. Pasien TB yang perlu mendapatkan kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa
pasien seperti:
• Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak neurologis
• TB milier dengan atau tanpa meningitis
• Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi pericardial
• Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB saluran kencing (untuk mencegah
penyempitan ureter ), pembesaran kelenjar getah bening dengan penekanan pada bronkus atau
pembuluh darah.
• Hipersensitivitas berat terhadap OAT.
• IRIS ( Immune Response Inflammatory Syndrome )

Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari berat dan


ringannya
keluhan serta respon klinis.
• Predinisolon (per oral):
• Anak: 2 mg / kg BB, sekali sehari pada pagi hari
• Dewasa: 30 – 60 mg, sekali sehari pada pagi hari

Apabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosis harus
diturunkan secara bertahap (tappering off).
1. Seorang perempuan 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
batuk berdahak sejak 3 bulan. Pasien juga mengeluhkan sering
demam hilang timbul dan berat badan menurun. Pasien memiliki
riwayat pengobatan TB 5 tahun yang lalu. Pemeriksaan apakah
yang tepat dilakukan oleh dokter?

A. Kultur darah
B. Kultur sputum
C. BTA
D. Tes cepat molekuler
E. Foto thoraks
1. Seorang perempuan 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
batuk berdahak sejak 3 bulan. Pasien juga mengeluhkan sering
demam hilang timbul dan berat badan menurun. Pasien memiliki
riwayat pengobatan TB 5 tahun yang lalu. Pemeriksaan apakah
yang tepat dilakukan oleh dokter?

A. Kultur darah
B. Kultur sputum
C. BTA
D. Tes cepat molekuler
E. Foto thoraks
2. Perempuan 22 tahun datang ke Puskemas karena batuk dan sesak
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam dan
keringat dingin pada malam hari. Pasien sedang hamil trimester
kedua. Pasien tinggal bersama mertua yang sedang pengobatan TB
paru. Dokter memeriksaan dahak pasien dengan hasil BTA +/-.
Obat yang tidak boleh diberikan pada pasien ini adalah?

A. Etambutol
B. Rifampisin
C. Streptomisin
D. INH
E. Pirazinamid
2. Perempuan 22 tahun datang ke Puskemas karena batuk dan sesak
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam dan
keringat dingin pada malam hari. Pasien sedang hamil trimester
kedua. Pasien tinggal bersama mertua yang sedang pengobatan TB
paru. Dokter memeriksaan dahak pasien dengan hasil BTA +/-.
Obat yang tidak boleh diberikan pada pasien ini adalah?

A. Etambutol
B. Rifampisin
C. Streptomisin
D. INH
E. Pirazinamid
3. Seorang laki-laki 30 tahun mengeluh batuk sudah lebih dari 3
minggu, keringat malam hari, dan BB menurun. Pasien juga
mengeluh mual muntah dan nyeri perut. Tanda vital dalam batas
normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, hepar
teraba 4 jari di bawah arcus costae. Liver function test
menunjukkan peningkatan. Bagaimanakah tindakan yang tepat
dilakukan untuk pasien tersebut?

A. Tunda pemberian OAT sampai hepar pulih


B. Segera mulai OAT dengan regimen 2 SHRE/6 RH
C. Berikan OAT Kategori 1 tanpa pirazinamid
D. Berikan OAT Kategori 1 dan hepatoprotektan
E. Berikan OAT E dan S
3. Seorang laki-laki 30 tahun mengeluh batuk sudah lebih dari 3
minggu, keringat malam hari, dan BB menurun. Pasien juga
mengeluh mual muntah dan nyeri perut. Tanda vital dalam batas
normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, hepar
teraba 4 jari di bawah arcus costae. Liver function test
menunjukkan peningkatan. Bagaimanakah tindakan yang tepat
dilakukan untuk pasien tersebut?

A. Tunda pemberian OAT sampai hepar pulih


B. Segera mulai OAT dengan regimen 2 SHRE/6 RH
C. Berikan OAT Kategori 1 tanpa pirazinamid
D. Berikan OAT Kategori 1 dan hepatoprotektan
E. Berikan OAT E dan S
PNEUMONI
A
Suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).

Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis tidak termasuk.

Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh


nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi
bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut
pneumonitis.
KLASIFIKASI PNEUMONIA

Berdasarkan klinis dan


Berdasarkan bakteri penyebab
epidemiologis a.Pneumonia bakterial/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia.
a.Pneumonia komuniti
Beberapa bakteri mempunyai
(community-acquired
tendensi menyerang sesorang
pneumonia)
yang peka, misalnya Klebsiella
b.Pneumonia nosokomial pada penderita alkoholik,
(hospital-acqiured Staphyllococcus pada penderita
pneumonia / nosocomial pasca infeksi influenza.
pneumonia) b.Pneumonia atipikal,
c.Pneumonia aspirasi disebabkan
d.Pneumonia pada Mycoplasma, Legionella dan
penderita Chlamydia
Immunocompromise c. Pneumonia virus
d
d.Pneumonia jamur sering
merupakan infeksi
sekunder.
Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan
lemah (immunocompromised)
Treatment
Berdasarkan predileksi infeksi
a.Bronkopneumonia.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat
pada lapangan paru. Dapat disebabkan
oleh bakteria maupun Sering
virus.
Jarang
pada bayi dan orang tua.
dihubungkan dengan obstruksi bronkus

b.Pneumonia lobaris.
Sering pada pneumania bakterial, jarang
pada bayi dan orang tua. Pneumonia
yang terjadi pada satu lobus atau
segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi
misalnya : pada aspirasi benda bronkus
asing
atau proses keganasan

c.Pneumonia interstisial
GAMBARAN KLINIS

Anamnesis
• Gambaran klinik biasanya ditandai dengan
• Demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 0C,
• Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan
nyeri dada.

Anamnesis juga ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab


yang berhubungan dengan faktor infeksi:
• Evaluasi faktor pasien atau predisposisi : PPOK (H. influenza), penyakit kronik (kuman jamak),
kejang/tidak sadar (aspirasi Gram negatif, anaerob), penurunan imunitas (kuman Gram negatif,
Pneumocystic carinii, CMV, Leginonella, jamur, Mycobacterium), kecanduan obat bius
(Staphylococcus)
• Lokasi infeksi : CAP (Streptococcus pneumoniae, H. influenzae, M. pneumoniae), rumah jompo,
HAP (Pseudomonas, Staphylocioccus aureus, GNB)
• Usia pasien: bayi (virus), muda (M.pneumoniae), dewasa(S.pneumoniae)
• Awitan: cepat akut dengan rusty coloured sputum ( S. pneumoniae), perlahan, dengan batuk,
dahak sedikit (M.pneumoniae)
©Bimbel UKDI MANTAP
PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi
• bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas,
Palpasi
• fremitus dapat mengeras,

Perkusi
• redup,

Auskultasi
• terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial
yang mungkin disertai ronki basah
halus, yang kemudian menjadi ronki
basah kasar pada stadium resolusi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Gambaran radiologis
– Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis.
– Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan "air
broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.
TIPE PNEUMONIA

Community acquired pneumonia (CAP)

Nosocomial pneumonia
• Hospital acquired pneumonia (HAP)
• Ventilator associated pneumonia (VAP)
• Healthcare associated pneumonia (HCAP)

©Bimbel UKDI MANTAP


DIAGNOSIS HAP

Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di


rumah sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang
inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit

Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :

• Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif


• Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
• suhu tubuh > 38oC
• sekret purulen
• leukositosis
Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika

• Foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif


ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak / purulen
• Suhu tubuh > 38 0C (aksila) / riwayat demam
• Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda
konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
• Leukosit > 10.000 atau < 4500

Berdasar kelas resikonya


– PSI/ PORT
– CURB-65
©Bimbel UKDI MANTAP
1. PSI/ Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang

PORT dipakai untuk indikasi rawat inap


pneumonia komuniti adalah :
• 1. Skor PORT lebih dari 70
• 2. Bila skor PORT kurang < 70 maka
penderita tetap perlu dirawat inap bila
dijumpai salah satu dari kriteria dibawah
ini.
• Frekuensi napas > 30/menit
• Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan
bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
• Tekanan sistolik < 90 mmHg
• Tekanan diastolik < 60 mmHg
• 3. Pneumonia pada pengguna NAPZA

©Bimbel UKDI MANTAP


2. CURB-
65
Clinical Factor Points
C Confusion 1
Suggeste
U Blood urea 1 Mortality d Site-of-
nitrogen > or Total Score % Risk Level Care
= 20 mg/dL 0 0.6% Low Outpatient

R Respiratory 1 1 2.7% Low Outpatient


rate > or = 30 2 6.8% Moderate inpatient
breaths/min
3 14.0% Moderate Inpatient /
B Systolic BP < 1 to High ICU
90 mm Hg 4 or 5 27.8% High Inpatient /
or Diastolic ICU
BP < or = 60
mm Hg

65 Age > or = 65 1
Algoritma Pneumonia
(CURB-65 Score)

0-1 2-5
R.Jalan R.Inap

Comorbid (-) Comorbid (+) Non-ICU (2) ICU (≥3)

Macrolid Po Fluroquinolon Fluroquinolon Fluroquinolon


(Micin) Po IV IV(Acin) + B
(Acin) (Acin) lactam
1. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan demam,
batuk, dan sesak napas sejak 5 hari. Dahak berwarna kehijauan
dan kadang disertai darah. Pasien tidak memiliki riwayat HT
maupun DM. Pada pemeriksaan tanda vital TD 140/80 mmHg,
Nadi 100 kali/menit, RR 28 kali/menit, suhu 38,8°C. Perkusi paru
redup dan rhonki kasar di lapang paru kanan. Didapatkan infiltrat
di basal paru kanan. Apakah tatalaksana yang tepat?

A. Azithromycin
B. Levofloxacin
C. Moxifloxacin
D. Amoxicilin
E. Cefixime
1. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan demam,
batuk, dan sesak napas sejak 5 hari. Dahak berwarna kehijauan
dan kadang disertai darah. Pasien tidak memiliki riwayat HT
maupun DM. Pada pemeriksaan tanda vital TD 140/80 mmHg,
Nadi 100 kali/menit, RR 28 kali/menit, suhu 38,8°C. Perkusi paru
redup dan rhonki kasar di lapang paru kanan. Didapatkan infiltrat
di basal paru kanan. Apakah tatalaksana yang tepat?

A. Azithromycin
B. Levofloxacin
C. Moxifloxacin
D. Amoxicilin
E. Cefixime
ATELETAK
SIS
Atelektasis adalah suatu keadaan
paru atau sebagian paru yang
mengalami hambatan berkembang
secara sempurna sehingga aerasi
paru berkurang atau sama sekali
tidak berisi udara.

Atelektasis dapat diakibatkan :


• Bronkus tersumbat
• Tekanan ekstrapulmoner
• Paralisis atau paresis gerak
pernapasan
• Hambatan gerak pernafasan oleh
kelainan pleura atau trauma
toraks yang menahan sakit
Gambaran radiologis pada atelektasis adalah
• pengurangan volume paru baik lobaris,
segmental, atau seluruh paru, dengan akibat
kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan
densitas tinggi
• penarikan mediastinum ke arah atelektasis
• diafragma tertarik ke arah hemitoraks yang
atelektasis
• Emfisema kompensasi yang terkadang bisa
terjadi herniasi hemitoraks yang sehat ke arah
hemitoraks yang atelektasis.
BRONKIEKTA
SIS

Penyakit saluran napas kronik ditandai dengan dilatasi


abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding
bronkus.
GEJALA
BRONKIEKTASIS
Batuk dan produksi
sputum mukopurulen
Dispneu dan Mengi Nyeri dada pleuritik
kronis (bulan-tahun)
terutama pagi hari

Lemah dan kehilangan


Batuk darah Demam
berat badan

PEMERIKSAAN FISIK BRONKIEKTASIS


Kelainan yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik Pada auskultasi sering
Sering dijumpai jari
tergantung pada luas, dijumpai ronki basah,
tabuh.
derajat dan ada tidaknya biasanya pada basal paru
obstruksi saluran napas.
Honeycomb Appearance
TATALAKSANA

– IN STABLE BRONCHIECTASIS
• Bronchodilators
• Mucolytics
• Inhaled corticosteroid
– In exacerbation
• PLUS Antibiotics

Chronic Cough Due to Bronchiectasis :ACCP Evidence-Based Clinical


Practice Guidelines
PLEURAL
EFFUSION

• Increased hydrostatic
Normally, pressure, as in congestive
no more heart failure
than 15 mL • Increased vascular
permeability, as in pneumonia
of serous, • Decreased osmotic pressure,
relatively as in nephrotic syndrome
acellular, • Increased intrapleural
negative pressure, as in
clear fluid atelectasis
lubricates • Decreased lymphatic
the pleural drainage, as in mediastinal
carcinomatosis, thoracic duct
surface. obstruction
SIGNS & SYMPTOMS
• Symptoms Signs
• Dyspnea is the most • Dullness or decreased
common symptoms at resonance to percussion
presentation and usually • Diminished or inaudible
indicates large (>500 mL) breath sounds
effusion • Decreased tactile fremitus
• Chest pain • Egophony
• Other symptoms occurring • Pleural friction rub
with pleural effusions are
• Asymmetric expansion of
associated more closely with
the underlying disease thoracic cage
process. • Mediastinal shift
• Other findings that provide
clues to the cause of pleural
effusion
Management

• therapeutic thoracentesis
Symptomatic
pleural effusion

• Treat underlaying disease


Transudativ
e Effusion process

• Management depends on
Exudative Effusion etiology
1. Laki-laki 70 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas
sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai batuk berdahak
berwarna putih dan demam naik turun selama 2 minggu. Nafsu
makan berkurang dan kadang keringat dingin. Tidak ada riwayat
minum OAT & merokok. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
auskultasi suara paru vesikuler & terdapat ronkhi di basal. Pada
pemeriksaan radiologi tampak perselubungan homogen di lapang
bawah paru kanan yang menutupi_ sudut costophrenicus kanan
yang menunjukkan gambaran meniscus sign. Apakah diagnosis
yang tepat pada kasus ini?

A. Efusi pleura
B. Pneumonia
C. Bronkopneumonia
D. Tumor mediastinum
E. TB Paru
1. Laki-laki 70 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas
sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai batuk berdahak
berwarna putih dan demam naik turun selama 2 minggu. Nafsu
makan berkurang dan kadang keringat dingin. Tidak ada riwayat
minum OAT & merokok. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
auskultasi suara paru vesikuler & terdapat ronkhi di basal. Pada
pemeriksaan radiologi tampak perselubungan homogen di lapang
bawah paru kanan yang menutupi_ sudut costophrenicus kanan
yang menunjukkan gambaran meniscus sign. Apakah diagnosis
yang tepat pada kasus ini?

A. Efusi pleura
B. Pneumonia
C. Bronkopneumonia
D. Tumor mediastinum
E. TB Paru
2. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
demam, batuk, dan sesak nafas. Pasien mengaku dahaknya kuning
berbusa dan ada darah. TD 145/80 mmHg, Nadi 92 x/m, RR 24
x/m, Suhu 38°C. Dari pemeriksaan rontgen tampak Tram-track line
appearance. Kemungkinan diagnosisnya adalah?

A. Karsinoma paru
B. Bronchiolitis
C. Bronkitis kronik
D. TB miliar
E. Bronkiektasis
2. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
demam, batuk, dan sesak nafas. Pasien mengaku dahaknya kuning
berbusa dan ada darah. TD 145/80 mmHg, Nadi 92 x/m, RR 24
x/m, Suhu 38°C. Dari pemeriksaan rontgen tampak Tram-track line
appearance. Kemungkinan diagnosisnya adalah?

A. Karsinoma paru
B. Bronchiolitis
C. Bronkitis kronik
D. TB miliar
E. Bronkiektasis
LUNG
ABSCESS
A lung abscess is a pus-filled cavity in
the lung surrounded by inflamed tissue
and caused by an infection.
Etiology :
Aspiration of oral secretions Hematogenous seeding of the
(most common) lungs (less common)
aspiration of oral secretions by suppurative thromboembolism Endobronchial obstruction
patients with gingivitis or poor (eg, septic embolism due to IV
oral hygiene drug use)

The most
common • Peptostreptococcus,Fusobacterium, Prevotella, and Bacteroides.
anaerobic
pathogens

The most
• streptococci and staphylococci—sometimes methicillin-
common aerobic resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
pathogens
TREATMENT

IV antibiotics or, for less seriously affected patients,


oral antibiotics
• Clindamycin 600 mg IV q 6 to 8 h
• treat until the chest x-ray shows complete resolution (takes 3-6
weeks)

Percutaneous or surgical drainage


• any abscess that does not respond to antibiotics or of any
empyema
LUNG
CANCER
ETIOLOGIES

Tobacco smoking

Industrial hazards

Molecular genetics
SYMPTOMS
Central tumours
generally produce
symptoms of cough,
dyspnea, atelectasis,
postobstructive
pneumonia,
wheezing and
hemoptysis

peripheral
tumours,
in addition to causing
cough and dyspnea,
can lead to pleural
effusion and severe
pain as a result of
infiltration of parietal
pleura and the chest
wall.
OCCUPATIONAL LUNG
DISEASE
Occupational lung diseases are a broad group of diagnoses caused by the inhalation of dusts,
chemicals, or proteins. “Pneumoconiosis” is the term used for the diseases associated with
inhaling mineral dusts. The severity of the disease is related to the material inhaled and the
intensity and duration of the exposure.

Eksposur Penyakit Resiko


Silika Silikosis Pekerja pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton,
bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll).
Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di
tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang
batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga
banyak menghasilkan debu silika bebas (SiO2)

Asbes Asbestosis Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik
beratap asbes , pekerja di galangan kapal dan lain sebagainya.
Eksposur Penyakit Resiko
Kapas Bisinosis / Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik
Monday fever pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan
/ Brown lung kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas
disease / Mill atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok
fever kursi dan lain sebagainya.

Batu bara Antrakosis / Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang
Black lung batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan
disease penggunaan batubara, seperti pengumpan batubara pada tanur
besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga
batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap
berbahan bakar batubara

Berilium Beriliosis Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan


seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga
menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed
berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis
Asbestosis

Diffuse pleural thickening. Ground-glass app.


Note the overall reduction
in right lung volume.
Silicosis
Lung condition related to silicosis
Simple silicosis
Silicoproteinosis
Progressive massive fibrosis
COPD
Radiology : small round opacities,
often symmetrically distributed with
upper-zone predominance and
associated calcification of lymph
nodes. Snow storm appearance.

Silicosis is depicted as widespread nodules


measuring 2-5 mm in diameter, with a
predominance in the middle and upper lung
zones.
1. Laki-laki 66 tahun mengeluhkan sesak napas sejak 4 minggu yang
lalu. Batuk terkadang juga dirasakan. Pasien juga mengeluhkan
lengan kirinya yang terasa bengkak dan kebas. Keluhan ini disertai
juga dengan penurunan nafsu makan dan berat badan 3 bulan ini.
Riwayat pasien merupakan perokok aktif sejak kelas 1 SMP. Dari
pemeriksaaan tanda vital TD 140/80 mmHg, Nadi 90 x/m, RR
30x/menit. Konjungtiva anemis, JVP 5 + 3 cm. Diagnosis yang
paling mungkin pada kasus ini adalah?

A. Karsinoma Nasofaring
B. TB paru
C. Tumor paru
D. Tumor mediastinum
E. Pneumonicosis
1. Laki-laki 66 tahun mengeluhkan sesak napas sejak 4 minggu yang
lalu. Batuk terkadang juga dirasakan. Pasien juga mengeluhkan
lengan kirinya yang terasa bengkak dan kebas. Keluhan ini disertai
juga dengan penurunan nafsu makan dan berat badan 3 bulan ini.
Riwayat pasien merupakan perokok aktif sejak kelas 1 SMP. Dari
pemeriksaaan tanda vital TD 140/80 mmHg, Nadi 90 x/m, RR
30x/menit. Konjungtiva anemis, JVP 5 + 3 cm. Diagnosis yang
paling mungkin pada kasus ini adalah?

A. Karsinoma Nasofaring
B. TB paru
C. Tumor paru
D. Tumor mediastinum
E. Pneumonicosis
Mediastinum merupakan sebuah ruangan
dari rongga dada, yang berisikan jantung,
kelenjar timus, beberapa kelenjar getah
bening.
The Radiology Assistant : Masses differential diagnosis
2. Seorang laki-laki 50 tahun yang bekerja sebagai pekerja tambang
batu bara mengeluh batuk kering dan sesak napas 3 minggu,
disertai nyeri dada dan demam. Batuk sebenarnya sudah dirasakan
sejak 2 tahun terakhir. Kadang keluar dahak berwarna gelap. TD
130/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 24 x/m, Suhu afebris. Pada
pemeriksaan radiologi thoraks didapatkan gambaran fibrosis dan
bercak reticonodular di kedua lapang paru. Kemungkinan diagnosis
pada pasien ini adalah?

A. Farmer’s Lung Disease


B. Silicosis
C. Bagassosis
D. Black Lung Disease
E. Asbestosis
2. Seorang laki-laki 50 tahun yang bekerja sebagai pekerja tambang
batu bara mengeluh batuk kering dan sesak napas 3 minggu,
disertai nyeri dada dan demam. Batuk sebenarnya sudah dirasakan
sejak 2 tahun terakhir. Kadang keluar dahak berwarna gelap. TD
130/80 mmHg, Nadi 100 x/m, RR 24 x/m, Suhu afebris. Pada
pemeriksaan radiologi thoraks didapatkan gambaran fibrosis dan
bercak reticonodular di kedua lapang paru. Kemungkinan diagnosis
pada pasien ini adalah?

A. Farmer’s Lung Disease


B. Silicosis
C. Bagassosis
D. Black Lung Disease
E. Asbestosis

Anda mungkin juga menyukai