Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

ILMU KESEHATAN ANAK


"ASMA BRONKIALE"
Pembimbing :
dr. Retno Wisanti D., Sp. A

Jocelyn Christabella20200420055
Kenny Robert Tan20200420099
Laura Patricia Winarno 20200420105
Maulana Muchammad Aunun N.20200420114
Md. Ayu Mira Cynthia Dewi20200420115
DEFINISI

Penyakit inflamasi kronis yang terjadi pada


saluran pernafasan sehingga terjadi
penyempitan pada saluran pernafasan yang
sering ditandai dengan gejala episodik
berulang seperti mengi, sesak napas, batuk,
dan rasa tertekan di dada terutama pada
malam hari
EPIDEMIOLOGI
• Berdasarkan WHO dan GINA, jumlah penderita asma di
dunia mencapai 300 juta orang, angka ini diperkirakan
akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun
2025.

• WHO pada tahun 2018 menyatakan asma membunuh


1000 orang setiap harinya dan mempengaruhi sebanyak
339 juta orang di dunia.
ETIOLOGI
• Menurut Canadian Lung Association, asma dapat
timbul karena faktor pencetus yang menyebabkan
penyempitan dan menyebabkan inflamasi atau
reaksi hipersensitivitas pada saluran napas.
FAKTOR RESIKO
• Genetik : riwayat atopi ayah atau ibu, berat lahir rendah
• Non-genetic : polusi udara, asap rokok, obesitas, infeksi, stress
Klasifikasi

• Asma bayi-baduta (bawah dua • Asma tercetus infeksi virus


tahun) • Asma tercetus aktivitas (exercise
• Asma balita (bawah lima tahun) induced asthma)
• Asma usia sekolah (5-11 tahun) • Asma tercetus alergen
• Asma remaja (12-17 tahun) • Asma terkait obesitas
• Asma dengan banyak pencetus
(multiple triggered asthma)

• Asma serangan ringan-sedang • Asma terkendali penuh (well controlled)


• Asma serangan berat - Tanpa obat pengendali: pada asma intermiten
• Serangan asma dengan ancaman - Dengan obat pengendali: pada asma persisten (ringan/
henti napas sedang/berat)
• Asma terkendali sebagian (partly controlled)
• Asma tidak terkendali (uncontrolled)
PATOFISIOLO
GI

1. Obstruksi saluran respiratori


• Obstruksi saluran respiratori menyebabkan keterbatasan aliran
udara yang dapat kembali baik secara spontan maupun setelah
pengobatan.
• Perubahan fungsional yang terjadi dihubungkan dengan gejala
khas pada asma, yaitu batuk, sesak, wheezing, dan
hiperreaktivitas saluran respiratori terhadap berbagai
rangsangan.
• Batuk disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris pada saluran
respiratori oleh mediator inflamasi.
PATOFISIOLO
GI
PATOFISIOLO
GI
• Penyebab utama penyempitan saluran respiratori adalah kontraksi otot polos
bronkus yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi.
• Kontraksi otot polos saluran respiratori diperkuat oleh penebalan dinding
saluran respiratori akibat edema akut, infiltrasi sel-sel inflamasi dan
remodeling, hiperplasia dan hipertrofi kronik otot polos, vaskular, dan sel-sel
sekretori, serta deposisi matriks pada dinding saluran respiratori.
• hambatan saluran respiratori juga bertambah akibat produksi sekret yang
banyak, kental, dan lengket oleh sel goblet dan kelenjar submukosa, protein
plasma yang keluar melalui mikrovaskular bronkus, dan debris selular
PATOFISIOLO
GI
PATOFISIOLO
GI
2. Hiperreaktivitas saluran repiratori
• Penyempitan saluran respiratori secara berlebihan merupakan
patofisiologi yang secara klinis paling relevan pada penyakit asma.
Mekanisme pasti terhadap reaktivitas yang berlebihan atau
hiperreaktivitas ini belum diketahui.
• kemungkinan berhubungan dengan perubahan otot polos saluran
respiratori (hiperplasi dan hipertrofi)  menyebabkan perubahan
kontaktilitas.
• Hiperreaktivitas bronkus secara klinis sering diperiksa dengan
memberikan stimulus aerosol histamin atau metakolin yang dosisnya
dinaikkan secara progresif, kemudian dilakukan pengukuran
perubahan fungsi paru (PFR atau FEV1). Dikatakan hiperreaktif bila
dengan cara pemberian histamin didapatkan penurunan FEV1 20%
pada konsentrasi histamin kurang dari 8 mg%.
TANDA & GEJALA
Asma dapat ditandai dengan gejala yang beragam. Gejala tersebut dapat berlangsung
secara terus-menerus, hilang timbul, atau hanya terjadi di waktu tertentu, misalnya saat
sedang berolahraga. Tingkat keparahan gejalanya juga bervariasi, mulai ringan hingga berat.
Gejala utama asma adalah gangguan pernapasan, yang dapat meliputi:
• Sulit bernapas
• Batuk
• Dada terasa sesak, nyeri, dan seperti tertekan
• Mengi atau bengek
TANDA & GEJALA
Keluhan di atas dapat menyerupai gejala dari penyakit lain. Namun, keluhan
tersebut dapat dicurigai disebabkan oleh asma bila memiliki karakteristik
berikut:
• Bertambah buruk di pagi atau malam hari
• Hilang timbul di hari yang sama
• Timbul atau bertambah buruk saat penderita terinfeksi virus, seperti pilek
• Dipicu oleh olahraga, alergi, udara dingin, atau napas berlebihan saat
tertawa atau menangis
DIAGNOSIS
MANIFESTASI KLINIK

• Gejala timbul secara episodik/berulang


• Timbul bila terdapat pencetus :
– Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk,
suhu dingin, udara kering, dan makanan minuman dingin.
– Alergen: debu, tungau debu rumah, bulu hewan, serbuk sari.
– Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common cold,
rinofaringitis.
– Aktivitas fisik: berlarian, berteriak, menangis atau tertawa
berlebihan.
• Ada riwayat alergi pada pasien atau keluarga
• Variabilitas gejala : intensitas gejala bervariasi dari waktu
ke waktu, gejala lebih berat pada malam hari.
• Reversibilitas gejala : Gejala membaik secara spontan atau
dengan pemberian obat pereda asma.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Spirometri
• Untuk mendeteksi adanya obstruksi jalan
napas pada pasien berusia diatas 5 tahun dan
dewasa. Patokan FEV/FVC pada anak adalah
<0.90 maka dapat didiagnosis asma.
Peningkatan FEV1 >12% setelah pemberian
bronkodilator. Ukur FEV1 10-15 menit setelah
pemberian 200-400 mcg Salbutamol,
bandingkan dengan hasil sebelum diberi
bronkodilator.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Uji fungsi paru 3. Pemeriksaan
dengan peak Fractional Exhaled
expiratory flow (PEF) Nitric Oxide (FeNO)
• Variabilitas diurnal PEF >13% dianggap mengarah • Uji FeNO merupakan biomarker non-invasif dari
kepada diagnosis asma. Pengukuran variabilitas PEF inflamasi (kebanyakan yang disebabkan oleh
dapat dilakukan selama 2 minggu eosinofil), Hasil FeNO >35 ppb pada anak dapat
diklasifikasikan adanya inflamasi pada saluran
pernapasan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

4. Uji Provokasi Bronkus


• Asma ditandai dengan hiperensposif saluran pernafasan. Uji provokasi
bronkial meliputi inhalasi methacholine, histamine, mannitol, alergen/
penggunaan stimuli seperti latihan, inhalasi udara dingin dan
hiperventilasi dengan udara yang kering
Kriteria Diagnosis
Gejala Karakteristik

Wheezing Batuk Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori


Sesak nafas Intensitas gejala berfluktuasi seiring waktu
Dada terasa tertekan
Gejala memberat pada malam atau dini hari
Produksi sputum
Gejala timbul bila ada pencetus

Konfrimasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi

Gambaran obstruksi saluran respiratori FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)


FEV1/FVC ≤ 90%

Uji reversibilitas (pasca bronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%

Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%

Uji provokasi Penurunan FEV1 >20% atau PEFR >15%


TATALAKSANA AWAL
Asma serangan ringan Asma serangan berat Serangan asma dengan
sedang ancaman henti napas
 Bicara dalam kalimat  Bicara dalam kata  Mengantuk
 Duduk bertopang lengan  Letargi
 Lebih senang
duduk daripada  Gelisah  Suara nafas tak
terdengar
berbaring  Frekuensi nafas
 Tidak gelisah meningkat
 Frekuensi nadi
 Frekuensi meningkat
nafas meningkat  Retraksi jelas
 Frekuensi nadi
meningkat  SpO2 (udara kamar)
<90%
 Retraksi minimal
 PEF ≤ 50% prediksi
 SpO2 (udara kamar): 90-
atau terbaik
95%
 PEF >50% prediksi atau
terbaik
TATALAKSANA AWAL
SERANGAN ASMA DI RUMAH
β2 agonis kerja
β2 agonis kerja pendek via MDI +
pendek via nebulizer spacer
• Jika gejala menghilang setelah • Pemberian β2 agnois kerja pendek serial via
pemberian β2 agnois kerja pendek, spacer dengan dosis: 2-4 semprot. Berikan
cukup diberikan satu kali. Bila gejala satu semprot obat ke spacer diikuti 6-8 tarikan
belum membaik dalam waktu 30 nafas. Bila belum ada respons, berikan
menit, ulangi pemberian sekali lagi. semprot berikutnya dengan siklus yang sama.
Segera bawa ke fasyankes apabila Jika gejala membaik dengan dosis ≤ 4
gejala belum mebaik setelah 2 kali semprot, inhalasi dihentikan. Apabila gejala
pemberian. tidak membaik dengan 4 semprot, segera bawa
ke fasyankes.
TATALAKSANA AWAL SERANGAN
ASMA DI FASKES PRIMER
TATALAKSANA AWAL SERANGAN
ASMA DI FASKES PRIMER
TATALAKSANA SERANGAN ASMA
PADA BALITA
TATALAKSANA JANGKA
PANJANG
  Klasifikasi derajat kekerapan gejala
asma
Intermiten Persiste
n
Ringan Sedang Berat
Rekomendasi langkah inisiasi terapi
Usia 0-4 tahun Jenjang 1 Jenjang 2 Jenjang 3 Kortikosteroid
inhalasi
dosis sedang
Usia 5-11 tahun Jenjang 3 Jenjang 3 atau
4
Usia ≥ 12 tahun
Jenjang 3 Jenjang 3 atau
dan 4
Pertimbangka Pertimbangka
n n
kortikosteroid kortikosteroid
sistemik sistemik
jangka jangka
pendek pendek
Klasifikasi Derajat Kendali
Asma
Asma terkendali Asma terkendali sebagian Asma tidak terkendali

 Pertahankan jenjang  Tingkatkan jenjang  Pertimbangkan


terapi yang sekarang. terapi asma (1 tingkat) kortikosteroid oral
 Follow up reguler
dan evaluasi kembali jangka pendek
setiap
dalam 2-  Tingkatkan jenjang
1-6 bulan terapi
 Pertimbangkan untuk  6Apabila
minggu tidak ada asma (1-2 tingkat) dan
menurunkan perbaikan gejala evaluasi kembali
jenjang terapi apabila dalam 4-6 minggu, dalam 2 minggu
asma terkendali pertimbangkan  Apabila tidak ada
dengan baik selama diagnosis alternatif perbaikan gejala
paling tidak 3 bulan dan ganti terapi dalam 4-6 minggu,
pertimbangkan
diagnosis alternatif
dan
ganti terapi
Jenjang Terapi Anak Berdasarkan NIH Asthma
 
0-4 tahun
Guideline
Jenjang 1
SABA prn
Jenjang 2
ICS dosis
Jenjang 3
ICS dosis
Jenjang 4
ICS dosis
Jenjang 5
ICS dosis
Jenjang 6
ICS dosis
rendah sedang sedang + + tinggi +
tinggi
 
LABA LABA LABA
 
atau
atau   atau
ICS dosis ICS dosis ICS dosis
sedang + tinggi + tinggi +
LTRA LTRA LTRA
dan

Kortikosteroid oral
5-11 SABA prn ICS dosis ICS dosis ICS dosis ICS dosis ICS dosis
tahun rendah rendah + sedang + + tinggi +
tinggi
LABA, LABA LABA LABA
LTRA, atau
dan Kortikosteroid
theophylline
oral
atau
ICS dosis
tahun   rendah rendah + sedan + tinggi + tinggi +
sedang g
 ≥ 12 SABA prn  ICS dosis LABA
ICS dosis ICS
LABAdosis  ICS
LABA dosis ICS
LABA dosis
    atau     dan dan
    ICS Dosis     Omalizumab Omalizumab
Obat pilihan Keterangan

 Obat pengendali asma yang paling efektif


Kortikosteroid inhalasi
 Tidak mempengaruhi tinggi badan dan densitas tulang

 Dosis budesonide 100-200 µg/hari mengurangi kekambuhan dan memperbaiki fungsi


paru
 Dosis:

Beclometasone propionate inhalasi pada anak usia ≥ 6 tahun 100 mcg dibagi menjadi

2-4 dosis, dosis maksimal 200 mcg/hari


Agonis β2 kerja panjang (Long  Kombinasi agnois β2 kerja panjang dengan inhalasi
acting β2 agonist, kortikosteroid menurunan angka kekambuhan asma
LABA)

 Antileukotrien memiliki efek bronkodilatasi


Antileukotrien

 Kombinasi inhalasi kortikosteroid dan antileukotriene menurunkan angka serangan

asma dan menurunkan kebutuhan dosis inhalasi kortikosteroid

Teophyline lepas lambat  Kombinasi teophyline dan inhalasi kortikosteroid diberikan pada anak usia diatas 5
tahun.
 Efek samping theophyline berupa palpitasi, aritmia, nyeri perut, diare muncul
pada pemberian dosis tinggi (diatas 10
mg/kgBB/hari).

Anti-imunoglobulin E (Anti-  Omalizumab diberikan pada anak diatas 5 tahun dan orang dewasa.
IgE)  Omalizumab diberikan secara injeksi subkutan setiap dua sampai 4 minggu.
 Omalizumab diberikan pada asma persisten sedang dan berat
TATALAKSANA NON-
MEDIKAMENTOSA
• Tatalaksana non medikamentosa berupa komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) yang bertujuan untuk memberi
informasi dan pelatihan yang sesuai pada pasien dan
keluarganya.
• Penghindaran pencetus asma. Serangan asma terjadi akibat
kegagalan tatalaksana farmakologi jangka panjang dan
kegagalan menghindari faktor pencetus.
KOMPLIKA
SI PROGNOSIS PREVENTIF
● Suara serak ● Asma tidak dapat ● Peningkatan nutrisi
● Meningkatkan disembuhkan tetapi pada anak terutama
risiko infeksi jamur dapat dikontrol saat 1000 hari
● Disfungsi dengan manajemen kehidupan
metabolik yang tepat sehingga ● Melakukan antenatal
● Obstructive sleep memiliki prognosis care dengan rutin
apnea yang baik ● Konsumsi vitamin D
● Gastroesophageal ● Pengendalian
reflux lingkungan
● Perbaikan ventilasi dan
sanitasi
KESIMPULAN
• Asma merupakan penyakit saluran pernapasan yang membuat terjadi penyempitan pada
saluran pernafasan yang ditandai dengan gejala episodik berulang seperti mengi, sesak napas,
batuk dan rasa tertekan di dada terutama malam hari.
• Prevalensi asma telah meningkat. Penelitian International Study of Asthma dan Allergies in
Childhood (ISAAC) menunjukkan bahwa prevalensi gejala asma berkisar dari 1.6-27.2% pada
anak usia 6-7 tahun, dan 1.9-35.5% pada anak usia 13-14 tahun. Sedangkan prevalensi asma
anak di Indonesia sekitar 10% pada anak usia 6-7 tahun dan sekitar 6,5% pada anak usia <14
tahun.
• Faktor risiko asma dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko endogen yang meliputi genetic, atopi,
jenis kelamin, etnis, obesitas. Sedangkan faktor risiko eksogen meliputi paparan alergen,
infeksi virus, diet, dan polusi udara
• Patofisiologi asma ditandai dengan adanya inflamasi saluran nafas. Inflamasi ini menyebabkan
penebalan dinding ssaluran nafas karena edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.
Remodeling saluran nafas disebabkan oleh paparan inflamasi jangka panjang pada asma
kronik, berat, dan penyembuhan yang lama.
KESIMPULAN

• Diagnosis asma berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan


penunjang diperlukan untuk memastikan diagnosis asma.
• Untuk tatalaksana : penghindaran pencetus dan pereda dilakukan. Setelah
itu ,diagnosis untuk klasifikasi kekerapan gejala dibuat untuk rencana terapi
jangka panjang pasien. Kemudian setelah 6 minggu terapi jangka panjang,
diagnosis derajat kendali asma ditegakkan untuk menentukan terapi
selanjutnya. Tatalaksana asma dibagi menjadi dua yaitu tatalaksana untuk
serangan dan jangka panjang.
• Tatalaksana non medikamentosa yang meliputi KIE dan penghindaran
pencetus perlu untuk diinformasikan kepada pasien dan keluarganya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai