Anda di halaman 1dari 67

Laporan Kasus

Asma bronkial
persisten ringan
serangan ringan sedang
Oleh :
M. Dhendhi Pranata
1730912310070

Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Ruslan Muhyi, Sp.A (K)
Pendahuluan
Asma merupakan penyakit kronis yang sering muncul pada
anak-anak dan usia muda

Prevalensi asma bronkial pada anak-anak bervariasi antara


0-30%,

Terjadinya asma dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingku


ngan.

Tujuan tata laksana asma pada anak adalah mencapai asma


yang terkendali dengan frekuensi serangan seminimal mung
kin
Tinjauan Pustaka
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar

Definisi inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiper

reaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi.


Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu (host factor) dan faktor lingkungan.
Secara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas faktor genetik
dan faktor lingkungan
Etiologi Faktor Genetik
• Atopi/alergi
• Hipereaktivitas bronkus
• Jenis kelamin
• Ras/etnik
• Obesitas
Faktor lingkungan
• Alergen dalam rumah
• Alergen luar rumah
Faktor Lain
• Alergen makanan
• Alergen obat-obatan tertentu
• Bahan yang mengiritasi
• Asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif
• Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
• Exercise-induced asthma
• Perubahan cuaca
Epidemiologi
Asma dapat timbul pada segala umur, dimana
30% penderita bergejala pada umur 1 tahun,
sedangkan 80-90% anak yang menderita asm
a gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5
tahun. Di Indonesia, prevalensi asma pada
anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar, dan
sekitar 6,5% pada usia sekolah menengah per
tama.
Prevalensi nasional penyakit asma berdasarkan data dari Riskesdas Kemenkes RI tahun 2013 me
nunjukkan bahwa sebanyak 4,5% masyarakat Indonesia menderita asma. Terdapat 18 provinsi di In
donesia yang mempunyai prevalensi penyakit asma melebihi angka nasional, 5 provinsi dengan pre
valensi tertinggi yaitu Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan
Kalimantan Selatan
Klasifikasi
Asma merupakan penyakit yang sangat heterogen dengan variasi yang sangat luas. Atas dasar itu,
ada berbagai cara mengelompokkan asma.
• Berdasarkan umur
• Berdasarkan fenotip
• Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
• Berdasarkan derajat beratnya serangan
• Berdasarkan derajat kendali
• Berdasarkan keadaan saat ini
Klasifikasi
Tabel 2.1 Kriteria penentuan derajat asma

Derajat Asma Uraian kekerapan gejala asma

Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥ 6 minggu

Persisten ringan Episode gejala asma > 1x/bulan, ≤ 1x/minggu

Persisten sedang Episode gejala asma > 1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir setiap hari


Klasifikasi
Tabel 2.2 Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015

PNAA 2004 PNAA 2015

Episode jarang Intermiten

Episode sering Persisten ringan

Persisten Sedang
Persisten
Persisten berat
Patogenesis
Patofisiologi
Patofisiologi
Manifestasi Asma ditandai oleh sesak napas, batuk, mengi dan sesak dada terutama
pada malam hari atau di pagi hari

Klinis
Manifestasi
Klinis
Anamnesis
Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak
napas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Karakteristik yaitu
Diagnosis episodik, ada faktor pencetus, variabilitas, dan reversible.

Pemeriksaan Fisik
Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat ter
dengar wheezing, baik yang terdengar langsung (audible
wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.

Pemeriksaan Penunjang
Spirometri
Skin prick test
IgE Spesifik
Tes Provokasi bronkus
Diagnosis Gejala
Wheezing, batuk, sesak nafas, dada tertekan
Karakteristik
 Biasanya > 1 gejala respiratori
, produksi sputum  Gejala berfluktuasi seiring waktu
 Gejala memberat pada malam atau dini hari
 Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi saluran respiratori FEV rendah (<80% nilai prediksi)
FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca bronkodilator) Peningkatan FEV > 12%
Varibilitas Perbedaan PEFR harian > 13%
Diagnosis
Tujuan jangka panjang dari manajemen asma adalah :
• Untuk mencapai kontrol gejala yang baik dan mempertahankan tin
gkat aktivitas normal
Tatalaksana • Untuk meminimalkan risiko eksaserbasi di masa depan, pembatas
an aliran udara tetap dan efek samping.

Pelayanan Kesehatan Kemitraan Penyembuhan Pasien


Manajemen asma yang efektif membutuhkan pengembangan kemitr
aan antara penderita asma (atau orang tua / wali) dan penyedia laya
nan kesehatan. Ini memungkinkan penderita asma untuk mendapat
kan pengetahuan, kepercayaan diri dan keterampilan untuk menga
mbil peran utama dalam pengelolaan asma mereka.
Tatalaksana
Obat asma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obat pereda (reliever) dan obat
pengendali (controller).

Obat pereda (reliever) digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang t
imbul. Bila serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemakaian obat ini dihen
tikan.

obat pengendali (controller)digunakan untuk mencegah serangan asma. Obat ini untuk men
gatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratori kronik, sehingga tidak timbul serangan
atau gejala asma.
Tatalaksana
Pada umumnya obat asma diberikan secara inhalasi. Ada perbedaan teknik inhalasi sesuai d
engan golongan umur dan kemampuan anak, sehingga pemilihan alat inhalasi harus disesua
ikan dengan kondisi masing-masing anak.

Pemakaian spacer mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring). Hal ini menyebabkan
jumlah obat yang akan tertelan berkurang sehingga mengurangi efek sistemik. Sebaliknya,
deposisi obat dalam paru lebih baik sehingga didapatkan efek terapeutik yang baik.
Tatalaksana
Pada umumnya obat asma diberikan secara inhalasi. Ada perbedaan teknik inhalasi sesuai d
engan golongan umur dan kemampuan anak, sehingga pemilihan alat inhalasi harus disesua
ikan dengan kondisi masing-masing anak.

Pemakaian spacer mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring). Hal ini menyebabkan
jumlah obat yang akan tertelan berkurang sehingga mengurangi efek sistemik. Sebaliknya,
deposisi obat dalam paru lebih baik sehingga didapatkan efek terapeutik yang baik.
Tatalaksana
Obat Controller Asma
Steroid Inhalasi
Steroid inhalasi dapat menekan inflamasi salu
ran respiratori dan berperan penting dalam ta
ta laksana asma jangka panjang. Steroid inha
lasi merupakan obat pengendali asma yang pa
ling efektif.
Tatalaksana
Agonis β2 kerja panjang (Long acting ß2Cagonist, LABA)
Sebagai pengendali asma, agonis β2 kerja panjang tidak digunakan tunggal melainkan selalu
bersama steroid inhalasi. Kombinasi agonis β2 kerja panjang dengan steroid terbukti memper
baiki fungsi paru dan menurunkan angka kekambuhan asma.
Kombinasi agonis β2 kerja panjang steroid inhalasi juga dapat digunakan untuk menc
egah spasme bronkus yang dipicu olahraga dan mampu memproteksi lebih lama dibandingka
n agonis β2 inhalasi kerja pendek.

Anti leukotrien
Anti leukotrien terdiri dari antagonis reseptor cysteinyl leukotrien 1 (CysLT1) seperti monteluk
ast, pranlukast, dan zafirlukast, serta inhibitor 5-lipoxygenase seperti zileuton.
Jika digunakan sebagai obat pengendali tunggal, efeknya lebih rendah dibandingkan dengan
steroid inhalasi. Kombinasi steroid inhalasi dan anti leukotrien dapat menurunkan angka sera
ngan asma dan menurunkan kebutuhan dosis steroid inhalasi.
Tatalaksana
Teofilin lepas lambat
Sebagai obat pengendali asma teofilin lepas lambat dapat diberikan sebagai preparat tunggal
atau diberikan sebagai kombinasi dengan steroid inhalasi pada anak usia di atas 5 tahun.
Preparat teofilin lepas lambat lebih dianjurkan untuk pengendalian asma karena kemampuan
absorbsi dan bioavaibilitas yang lebih baik.

Anti-imunoglobulin E (Anti-IgE)
Anti-IgE (omalizumab) adalah antibody monoclonal yang mampu mengurangi kadar IgE beba
s dalam serum. Pada orang dewasa dan anak di atas usia 5 tahun, omalizumab dapat diberik
an pada pasien asma yang telah mendapat steroid inhalasi dosis tinggi dan agonis β2 kerja
panjang namun masih sering mengalami eksaserbasi dan terbukti asma karena alergi. Omali
zumab diberikan secara injeksi subkutan setiap dua sampai empat minggu. Karena adanya ri
siko anafilaksis, omalizumab seharusnya di bawah pengawasan dokter spesialis.
Tatalaksana
Tabel 2.6 Derajat kendali penyakit asma
Tatalaksana
Jenjang Pengendalian Asma
Tatalaksana
Tata laksana serangan asma
Serangan asma adalah episode peningkatan yang progresif (perburukan) dari gejal
a-gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai kombin
asi dari gejala-gejala tersebut. Tujuan tata laksana serangan asma antara lain seba
gai berikut:
• Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
• Mengurangi hipoksemia
• Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
• Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka panjang untuk mencegah
kekambuhan
Tatalaksana
Tatalaksana yang dapat dilakukan pasien/orang tua di rumah:
Jika tidak ada keadaan seperti pada gambar 2.9, berikan inhalasi agonis β2 kerja pendek, via nebulizer ata
u dengan MDI + spacer, sebagai berikut:
Jika diberikan via nebulizer
• Berikan agonis β2 kerja pendek, lihat responsnya. Bila gejala (sesak napas dan wheezing) menghilang
, cukup diberikan satu kali.
• Jika gejala belum membaik dalam 30 menit, ulangi pemberian sekali lagi
• Jika dengan 2 kali pemberian agonis β2 kerja pendek via nebulizer belum membaik, segera bawa ke fa
syankes.
Jika diberikan via MDI + spacer
• Berikan agonis β2 kerja pendek serial via spacer dengan dosis: 2-4 semprot. Berikan satu semprot oba
t ke dalam spacer diikuti 6-8 tarikan napas melalui antar muka (interface) spacer berupa mask
er atau mouthpiece. Bile belum ada respons berikan semprot berikutnya dengan siklus yang sama.
• Jika membaik dengan dosis ≤ 4 semprot,inhalasi dihentikan.
• Jika gejala tidak membaik dengan dosis 4 semprot, segera bawa ke fasyankes.
Tatalaksana
Tatalaksana
Tabel 2.7 Pilihan dan dosis steroid untuk serangan asma

Nama Generik Sediaan Dosis


Metilprednisolon Tablet 4mg, 8mg 0,5-1 mg/kgBB/hari – tiap 6 jam
Prednison Tablet 5mg 0,5-1 mg/kgBB/hari – tiap 6 jam
Metilprednisolon suksinat Vial 125mg, vial 50 30 mg dalam 30 menit (dosis tinggi)
injeksi 0mg tiap 6 jam
Hidrokortison-suksinat inj Vial 100mg 4 mg/kgBB/hari – tiap 6 jam
eksi
Deksametason injeksi Ampul 0,5-1 mg/kgBB/hari – bolus, dilanjutkan
1 mg/kgBB/ hari diberikan tiap 6-8 jam
Betametason inkesi Ampul 0,05-0,1 mg/kgBB/hari – tiap 6 jam
Tatalaksana
Tata laksana di Ruang Rawat Inap
Berikut tata laksana yang diberikan setelah pasien masuk ke ruang rawat inap: 3
Pemberian oksigen diteruskan.
• Jika ada dehidrasi dan asidosis maka berikan cairan intravena dan koreksi asidosisnya.
• Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam. Dosis steroidintravenaadalah 0,5-1 mg/kgBB/hari.
• Nebulisasi agonis β2 kerja pendek kombinasi dengan ipratropium bromida dengan oksigen dilanjutkan setiap 1-2 jam. Jika
dalam 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam.
• Aminofilin diberikan secara intravena dengan dosis: Bila pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, aminofilin dosis
awal (inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB, yang dilarutkan dalam dekstrosa atau garam fisiologis sebanyak 20 ml, dan diberik
an selama 30 menit, dengan infusion pump atau mikroburet.
• Bila, respons belum optimal dilanjutkan dengan pemberian aminofilin dosis rumatan sebanyak 0,5-1 mg/kgBB/jam.
• Jika pasien telah mendapat aminofilin (kurang dari 8 jam), dosis diberikan separuhnya, baik dosis awal (3-4 mg/kgBB)
maupun rumatan (0,25-0,5 mg/kg/jam).
• Bila memungkinkan, sebaiknya kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml.
• Pantau gejala-gejala intoksikasi aminofilin, efek samping yang sering adalah mual, muntah, takikarsi dan agitasi. Toksisitas
yang berat dapat menyebabkan aritmia, hipotensi, dan kejang.
• Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam hingga mencapai 24 jam, dan steroid serta aminofilin
diganti dengan pemberian per oral.
Tatalaksana
Agonis β2 kerja pendek
Gejala asma ringan sedang memberikan respons yang cepat terhadap inhalasi agonis β2 kerj
a pendek tunggal sehingga obat ini menjadi pilihan utama bagi serangan asma ringan sedang
yang terjadi di rumah maupun di fasilitas layanan kesehatan.
Pemberiannya dapat diulang hingga 2 kali dengan interval 20 menit, jika di rumah keadaan pa
sien belum juga membaik harus segera dibawa ke fasilitas layanan kesehatan terdekat, seda
ngkan bila pemberian 2 kali sudahdilakukan di fasyankes maka pemberian ketiga dipertimban
gkan kombinasi dengan ipratropium bromida.
Tatalaksana
Ipratropium bromida
Kombinasi agonis β2 kerja pendek dan ipratropium bromida (antikolinergik) pada
serangan asma ringan sedang menurunkan risiko rawat inap dan memperbaiki
PEF dan FEV1dibandingkan dengan β2 agonis saja.
Tatalaksana
Aminofilin intravena
Aminofilin intravena diberikan pada anak dengan serangan asma berat atau dengan ancaman
henti napas yang tidak berespons terhadap dosis maksimal inhalasi agonis β2 dan steroid sist
emik.
Dosis yang direkomendasikan yaitu dengan dosis inisial bolus pelan 6-8 mg/kgBB diberikan
dalam 20 menit dilanjutkan dengan pemberian rumatan secara drip 1 mg/kg/jam. Loading 1
mg/kg akan meningkatkan kadar aminofilin serum 2 mcg/mL. Untuk efek terapi yang maksima
l, target kadar amonifilin serum adalah 10-20 ug/mL. Oleh karena itu kadar aminofilin seru
m seharusnya diukur 1-2 jam setelah loading dose diberikan.
Tatalaksana
Steroid sistemik
Pemberian steroid sistemik dapat mempercepat perbaikan serangan dan mencegah kekambu
han, dan direkomendasikan untuk diberikan pada semua jenis serangan.
Steroid sistemik berupa prednison atau prednisolon diberikan per oral dengan dosis 1-2 mg/
kgBB/hari dengan dosis maksimum sampai 40 mg/hari, maksimal 1 kali dalam 1 bulan. Lam
a pemberian 3-5 hari tanpa tappering off.
Tatalaksana
Adrenalin
Apabila tidak tersedia obat-obatan lain, dapat digunakan adrenalin. Epinefrin (adrenalin
) intamuskular diberikan sebagai terapi tambahan pada asma yang berhubungan dengan anafi
laksis dan angioedema dengan dosis 10 ug/kgBB (0,01 ml/kgBB adrenalin 1:1.000), dengan d
osis maksimal 500 ug (0.5 ml).
Tatalaksana
Magnesium sulfat
Obat ini tidak rutin dipakai untuk serangan asma, tapi boleh sebagai alternatif, apabila pengob
atan standar tidak ada perbaikan. Pada penelitian multisenter didapatkan hasil bahwa pemberi
an magnesium sulfat (MgSO4) intravena 50 mg/kgBB (inisial) dalam 20 menit yang dilanjutkan
dengan 30 mg/kgBB/jam memunyai efektifitas yang sama dengan pemberian agonis β2.
Steroid inhalasi
Steroid nebulisasi dengan dosis tinggi (1600-2400 ug budesonide) dapat digunakan un
tuk serangan asma, namun perlu diperhatikan untuk memberi dalam dosis tinggi karena steroi
d nebulisasi dosis rendah tidak bermanfaat untuk mengatasi serangan asma.
Prognosis
Mortalitas akibat asma jumlahnya kecil. Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang
dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang jumlahnya kira-kira 10 juta pen
duduk. Angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan
terbatas.
Laporan
Kasus
Idenditas
A. Identitas Penderita
Nama : An. AN
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat& Tanggal Lahir : 24 Juli 2018
Umur : 10 tahun
B. Identitas Orang tua
Ayah Ibu
Nama : Tn.S Nama : Ny. B
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Kandangan
Anamnesis
Alloanamnesis dengan orang tua penderita, tanggal 8 September 2018 pukul 14.00 WITA.

a. Keluhan Utama : Sesak nafas

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 15 menit SMRS. Sesak nafas muncul mendadak
disertai dengan bunyi ‘ngik’. Saat sesak pasien masih bisa mengucapkan satu kalimat dan lebih suka dala
m posisi duduk. Sebelumnya pasien di bawa ke IGD sekitar 8 jam yang lalu dengan keluhan yang sama d
an telah dinebul, kondisi pasien membaik dan diperbolehkan pulang. Pasien kembali sesak sejak jam 04.0
0 WITA lalu dibawa ke IGD dan diberikan nebul sebanyak 3x, kondisi pasien membaik namun masih terde
ngar bunyi ‘ngik’. Sebelumnya pasien kehujanan, tidak lama kemudian pasien batuk dan sesak nafas, batu
k berdahak putih, badan pasien tidak panas, muntah 2x serta nyeri ulu hati. Pasien mengalami serangan a
sma 1-2x dalam setahun, dipicu oleh alergi debu dan kondisi dingin. Ibu pasien juga mempunyai riwayat s
akit yang serupa.
Anamnesis
c. Riwayat Penyakit Dahulu :Asma
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu Kandung menderita Asma
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat antenatal :
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan.
Riwayat Natal :
Spontan/tidak spontan : Spontan
Nilai APGAR : Ibu menyatakan bahwa bayi langsung menangis saat lahir.
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan lahir : Ibu lupa
Lingkar kepala : Ibu lupa
Penolong : Bidan
Tempat : Rumah pribadi
Anamnesis
f. Riwayat neonatal : Bayi tidak pernah dirawat karena sakit.
g. Riwayat Perkembangan : Tiarap : usia 4 bulan
Merangkak: usia 7 bulan
Duduk : usia 8 bulan
Berdiri : usia 12 bulan
Berjalan : usia 15 bulan
Saat ini : sesuai dengan usia
h. Riwayat Imunisasi : Imunisasi BCG usia 0 bulan,
Imunisasi Polio usia 0, 2, 4, 6 bulan,
Imunisasi Hepatitis B usia 2, 3, 6 bulan
Imunisasi DPT usia 2, 4, 6 bulan
Imunisasi Campak belum dilakukan
Anamnesis
i. Riwayat makanan : 6 bulan – 2 tahun : bubur + susu formula
2 tahun - sekarang : Nasi
j. Riwayat sosial lingkungan
Pasien tinggal bersama 4 orang dalm 1 rumah. Lingkungan rumah pasien dinilai orang tua pa
sien baik dan bersih. Ventilasi rumah pasien baik. Untuk kebutuhan sehari-hari pasien mengg
unakan air PDAM.
Riwayat Keluarga
No. Nama Umur L/P Keterangan
1. Ayah 38 tahun L Sehat
2. Ibu 34 tahun P Sehat (riw.asma)
3. Anak 10 tahun P Sakit (asma)
4. Pasien 3 tahun p Sehat
Pemeriksaan Fisik

1 Antropometri

• Berat badan : 30 kg
• Tinggi badan : 137 cm
• Lingkar Lengan Atas : 14 cm
• Lingar kepala : 44 cm

2 Tanda Vital

• Kesadaran : Composmentis GCS : E4V5M6


• Tekanan darah : 100/70 mmHg SpO2 : 99% (tanpa O2)
• Nadi : 120x/menit, kuat angkat
• Suhu : 36,5°C
• Respirasi : 26 kali/menit
Pemeriksaan Fisik
3 Kulit

• Warna kulit kecoklatan, turgor cepat kembali, kelembaban cukup.

4 Kepala

• Kepala : Normosefali, UUK dan UUB tertutup


• Rambut : Warna hitam, tipis, distribusi normal
• Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, produksi air mata normal,
secret tidak ada. RCL (+/+), RCTL (+/+) diameter pupil 3mm/3mm.
• Telinga : Serumen minimal, tidak ada nyeri.
• Hidung : Hidung berbentuk normal, simetris, tidak terdapat epistaksis, konka tidak
edem dan hiperemi, secret berlebih tidak ada,pernafasan cuping hidung (-)
• Mulut : Bentuk mulut simetris, gusi tidak mudah perdarahan.
• Lidah : normoglosi, tidak kotor, tremor (-)
• Faring : hiperemi (-), edem (-)
• Tonsil : merah muda, tidak ada pembesaran.
Pemeriksaan Fisik
5 Leher

• Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, pulsasi vena jugular tidak terlihat,

6 Thorax

Dinding dada/ paru


• Inspeksi : bentuk simetris, pernafasan thoracal
• Palpasi : Fremitus vokal simetris dextra dan sinistra
• Perkusi : sonor di semua lapang paru
• Auskultasi : bronkovesikuler,rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Jantung
• Inspeksi : iktus tidak terlihat
• Palpasi : apeks tidak teraba, thrill (-)
• Perkusi : Batas kanan: ICS 2-4 linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS 5 linea midclavicula
Batas atas : ICS 2 linea parasternal dextra sinistra
• Auskultasi : murmur (-)
Pemeriksaan Fisik
7 Abdomen
• Inspeksi : datar, ulkus (-), skars (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) Normal
• Perkusi : timpani di semua regio
• Palpasi : nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran

8
hepar dan lien, massa (-).
Ekstremitas

• Range of motion: tidak terbatas, gerak bebas, parese (-),akral hangat, kuku pucat
(-), edema (-).

9 Genitalia

• Jenis kelamin perempuan, labia mayor menutupi labia minor


Pemeriksaan Fisik
10 Neurologi

• Refleks pupil : (+/+)


• Meningeal sign : (-)
• Refleks Fisiologis : dalam batas normal, tidak mengalami peningkatan
• Refleks Patologis : Hoffmann/Tromnar (-/-) (-/-)
• Babinski (-/-)

11 Anus

• Positif, tidak ada fissura


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.2 14.0 – 22.00 g/dL
Leukosit 15.4 4 – 10.5 rb/μL
Eritrosit 4.61 3.40 – 5.50 Juta/μL
Hematokrit 36.3 35 – 50 Vol%
Trombosit 367 150 – 450 ribu/μL
RDW-CV 12.8 12.1 – 14 %
MCV.MCH.MCHC
MCV 78.7 75.0 – 96.0 Fl
Hasil pemeriksaa MCH 26.5 28.0 – 32.0 Pg
n laboratorium 8 MCHC 33.6 33.0 – 37.0 %
September 2018 HITUNG JENIS
Neutrofil % 67.1 50.0-70.0 %
Limfosit % 21.6 25.0-40.0 %
Monosit % 5.2 3.0-9.0 %
Eosinofil % 5.6 1.0-3.0 %
Basofil % 0.5 0.0-1.0 %
RETICULOSIT 1.63 0.5-20 %
Neutrofil # 10.37 2.50-4.0 Ribu/ul
Limfosit # 3.33 1.25-4.0 Ribu/ul
Monosit # 0.80 0.30-1.00 Ribu/ul
Eosinofil # 0.87 <3 Ribu/ul
Basofil # 0.07 <1 Ribu/ul
KIMIA DARAH
Glukosa darah sewaktu 116 < 200 Mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 140 136-145 Mmol/l
Kalium 3.4 3.4-5.1 Mmol/l
Clorida 107 98-107 Mmol/l
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 14 Februari 2018

X-Ray
Resume
Nama : An. AN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 10 tahun
Keluhan Utama : Sesak nafas
Uraian :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 15 menit SMRS, muncul mendadak disertai dengan bunyi ‘ngik’. Saat sesak
pasien masih bisa mengucapkan satu kalimat dan lebih suka dalam posisi duduk. Sebelumnya pasien di bawa ke IGD sekitar
8 jam yang lalu dengan keluhan yang sama dan telah dinebul, kondisi pasien membaik dan diperbolehkan pulang. Pasien kem
bali sesak lalu dibawa ke IGD dan diberikan nebul sebanyak 3x, kondisi pasien membaik namun masih terdengar bunyi ‘ngik’.
Sebelumnya pasien kehujanan, lalu pasien batuk dan sesak nafas, batuk berdahak putih, muntah 2x serta nyeri ulu hati. Pasie
n mengalami serangan asma 1-2x dalam setahun, dipicu oleh alergi debu dan kondisi dingin. Ibu pasien juga mempunyai riway
at asma.
Resume
Pemeriksaan Fisik :
Tekanan darah : 100/70 Lidah : normoglosi
Denyut nadi : 120 kali/menit Thoraks : rhonki +/+, wheezing +/+
Suhu : 36,5 °C Jantung : murmur (-), normal
Respirasi : 26 kali/menit Abdomen : tampak datar, BU (+) normal, nyeri tekan
Berat Badan : 30 kg (-)
Tinggi Badan : 137 cm Ekstremitas : akral hangat,edem (-), motorik normal
Kulit : Wana sawo matang, sianosis (-), ikterik (-) Susunan saraf : Normal
Kepala : normosefali Genetalia : Perempuan
Leher : normal Anus : Normal
Rambut : Hitam, distribusi normal
Mata : Normal
Hidung : Simetris , normal
Telinga : Normal
Mulut : simetris, normal
DIAGNOSIS
Asma Persisten Ringan Serangan Ringan Sed
ang
TATALAKSANA
IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
8 September 2018
S) Sesak(+) Batuk (+) demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 100 x/menit
Frekuensi napas : 40 x/menit
Temperatur : 36,7ºC
Sp.O2 : 97% tanpa O2
Paru : Rhonki (+/+), Wheezing (+/+), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
9 September 2018
S) Sesak(-) Batuk (+) dema (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,6ºC
Sp.O2 : 97% tanpa O2
Paru : Rhonki (+/+), Wheezing (</<), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
10 September 2018
S) Sesak(-) Batuk berkurang, demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 108 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,6ºC
Sp.O2 : 97% tanpa O2
Paru : Rhonki (</<), Wheezing (-/-), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
11 September 2018
S) Sesak(-) Batuk berkurang, demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 100 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,5 ºC
Sp.O2 : 99% tanpa O2
Paru : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
12 September 2018
S) Sesak(-) Batuk (-), demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 96 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,5 ºC
Sp.O2 : 99% tanpa O2
Paru : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Pasien diperbolehkan pulang.
Pembahasan
Pada pasien saat anamnesis didapatkan riwayat sesak nafas berulang yaitu 2x dalam 8 jam disertai buny
i ‘ngik’ disertai batuk, gejala ini muncul setelah pasien terkena hujan, pasien memang memiliki riwayat as
ma serta ibu kandung pasien juga memiliki riwayat asma, setelah dilakukan pemeriksaan napas 26 kali/m
enit, dari pemeriksaan thorax didapatkan wheezing.

Hal tersebut sesuai dengan kriteria diagnosis asma didapatkan adanya sesak nafas, batuk yang
dialami berulang dengan adanya pencetus.
Pembahasan
Pasien mengalami serangan asma 1-2x dalam setahun, dan telah mendapat serangan >1x/bulan sehingg
a dapat dikatakan asma persisten ringan.

Dilihat dari gejala serangan anak masih dapat membentuk kalimat dan suka dalam posisi duduk s
ehingga digolongkan dalam asma serangan ringan sedang
Pembahasan
Tatalaksana pada pasien diberikan waktu pertama datang ke IGD berupa nebulisasi ventolin yaitu β2 ago
nis klinis membaik lalu pasien pulang, 8 jam berselang gejala serupa muncul lagi kemudian dinebulisasi 3
x dan steroid intravena namun masih terdengar bunyi ‘ngik’.

Dari tatalaksana yang diberikan sesuai dengan teori bahwa pada keadaan gawat darurat Nebulisa
si serupa dapat diulang dua kali dengan selang waktu 20 menit dan saat serangan dapat diberika
n steroid sistemik
Pembahasan
Tatalaksana rawat inap pasien yaitu ivfd D51/2NS, nebul ventolin dan deksametason iv dimana ini sesuai
dengan terapi pada pasien asma diruang wat inap oksigen bisa diteruskan, nebulisasi β2 agonis
4-6 kali/hari dan steroid sistemik 0,5-1mg/kgBB/hari tiap 6-8jam
Penutup

Telah dilaporkan sebuah kasus An. AN/10 tahun yang di rawat degan diagnosis Asma persisten ringan ser

angan ringan sedang. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Pasien dirawat sejak tanggal 8 September 2018 dan diperbolehkan pulang tanggal

12 September 2018.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai