Asma bronkial
persisten ringan
serangan ringan sedang
Oleh :
M. Dhendhi Pranata
1730912310070
Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Ruslan Muhyi, Sp.A (K)
Pendahuluan
Asma merupakan penyakit kronis yang sering muncul pada
anak-anak dan usia muda
Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥ 6 minggu
Persisten sedang Episode gejala asma > 1x/minggu, namun tidak setiap hari
Persisten Sedang
Persisten
Persisten berat
Patogenesis
Patofisiologi
Patofisiologi
Manifestasi Asma ditandai oleh sesak napas, batuk, mengi dan sesak dada terutama
pada malam hari atau di pagi hari
Klinis
Manifestasi
Klinis
Anamnesis
Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak
napas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Karakteristik yaitu
Diagnosis episodik, ada faktor pencetus, variabilitas, dan reversible.
Pemeriksaan Fisik
Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat ter
dengar wheezing, baik yang terdengar langsung (audible
wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.
Pemeriksaan Penunjang
Spirometri
Skin prick test
IgE Spesifik
Tes Provokasi bronkus
Diagnosis Gejala
Wheezing, batuk, sesak nafas, dada tertekan
Karakteristik
Biasanya > 1 gejala respiratori
, produksi sputum Gejala berfluktuasi seiring waktu
Gejala memberat pada malam atau dini hari
Gejala timbul bila ada pencetus
Obat pereda (reliever) digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang t
imbul. Bila serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemakaian obat ini dihen
tikan.
obat pengendali (controller)digunakan untuk mencegah serangan asma. Obat ini untuk men
gatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratori kronik, sehingga tidak timbul serangan
atau gejala asma.
Tatalaksana
Pada umumnya obat asma diberikan secara inhalasi. Ada perbedaan teknik inhalasi sesuai d
engan golongan umur dan kemampuan anak, sehingga pemilihan alat inhalasi harus disesua
ikan dengan kondisi masing-masing anak.
Pemakaian spacer mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring). Hal ini menyebabkan
jumlah obat yang akan tertelan berkurang sehingga mengurangi efek sistemik. Sebaliknya,
deposisi obat dalam paru lebih baik sehingga didapatkan efek terapeutik yang baik.
Tatalaksana
Pada umumnya obat asma diberikan secara inhalasi. Ada perbedaan teknik inhalasi sesuai d
engan golongan umur dan kemampuan anak, sehingga pemilihan alat inhalasi harus disesua
ikan dengan kondisi masing-masing anak.
Pemakaian spacer mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring). Hal ini menyebabkan
jumlah obat yang akan tertelan berkurang sehingga mengurangi efek sistemik. Sebaliknya,
deposisi obat dalam paru lebih baik sehingga didapatkan efek terapeutik yang baik.
Tatalaksana
Obat Controller Asma
Steroid Inhalasi
Steroid inhalasi dapat menekan inflamasi salu
ran respiratori dan berperan penting dalam ta
ta laksana asma jangka panjang. Steroid inha
lasi merupakan obat pengendali asma yang pa
ling efektif.
Tatalaksana
Agonis β2 kerja panjang (Long acting ß2Cagonist, LABA)
Sebagai pengendali asma, agonis β2 kerja panjang tidak digunakan tunggal melainkan selalu
bersama steroid inhalasi. Kombinasi agonis β2 kerja panjang dengan steroid terbukti memper
baiki fungsi paru dan menurunkan angka kekambuhan asma.
Kombinasi agonis β2 kerja panjang steroid inhalasi juga dapat digunakan untuk menc
egah spasme bronkus yang dipicu olahraga dan mampu memproteksi lebih lama dibandingka
n agonis β2 inhalasi kerja pendek.
Anti leukotrien
Anti leukotrien terdiri dari antagonis reseptor cysteinyl leukotrien 1 (CysLT1) seperti monteluk
ast, pranlukast, dan zafirlukast, serta inhibitor 5-lipoxygenase seperti zileuton.
Jika digunakan sebagai obat pengendali tunggal, efeknya lebih rendah dibandingkan dengan
steroid inhalasi. Kombinasi steroid inhalasi dan anti leukotrien dapat menurunkan angka sera
ngan asma dan menurunkan kebutuhan dosis steroid inhalasi.
Tatalaksana
Teofilin lepas lambat
Sebagai obat pengendali asma teofilin lepas lambat dapat diberikan sebagai preparat tunggal
atau diberikan sebagai kombinasi dengan steroid inhalasi pada anak usia di atas 5 tahun.
Preparat teofilin lepas lambat lebih dianjurkan untuk pengendalian asma karena kemampuan
absorbsi dan bioavaibilitas yang lebih baik.
Anti-imunoglobulin E (Anti-IgE)
Anti-IgE (omalizumab) adalah antibody monoclonal yang mampu mengurangi kadar IgE beba
s dalam serum. Pada orang dewasa dan anak di atas usia 5 tahun, omalizumab dapat diberik
an pada pasien asma yang telah mendapat steroid inhalasi dosis tinggi dan agonis β2 kerja
panjang namun masih sering mengalami eksaserbasi dan terbukti asma karena alergi. Omali
zumab diberikan secara injeksi subkutan setiap dua sampai empat minggu. Karena adanya ri
siko anafilaksis, omalizumab seharusnya di bawah pengawasan dokter spesialis.
Tatalaksana
Tabel 2.6 Derajat kendali penyakit asma
Tatalaksana
Jenjang Pengendalian Asma
Tatalaksana
Tata laksana serangan asma
Serangan asma adalah episode peningkatan yang progresif (perburukan) dari gejal
a-gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai kombin
asi dari gejala-gejala tersebut. Tujuan tata laksana serangan asma antara lain seba
gai berikut:
• Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
• Mengurangi hipoksemia
• Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
• Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka panjang untuk mencegah
kekambuhan
Tatalaksana
Tatalaksana yang dapat dilakukan pasien/orang tua di rumah:
Jika tidak ada keadaan seperti pada gambar 2.9, berikan inhalasi agonis β2 kerja pendek, via nebulizer ata
u dengan MDI + spacer, sebagai berikut:
Jika diberikan via nebulizer
• Berikan agonis β2 kerja pendek, lihat responsnya. Bila gejala (sesak napas dan wheezing) menghilang
, cukup diberikan satu kali.
• Jika gejala belum membaik dalam 30 menit, ulangi pemberian sekali lagi
• Jika dengan 2 kali pemberian agonis β2 kerja pendek via nebulizer belum membaik, segera bawa ke fa
syankes.
Jika diberikan via MDI + spacer
• Berikan agonis β2 kerja pendek serial via spacer dengan dosis: 2-4 semprot. Berikan satu semprot oba
t ke dalam spacer diikuti 6-8 tarikan napas melalui antar muka (interface) spacer berupa mask
er atau mouthpiece. Bile belum ada respons berikan semprot berikutnya dengan siklus yang sama.
• Jika membaik dengan dosis ≤ 4 semprot,inhalasi dihentikan.
• Jika gejala tidak membaik dengan dosis 4 semprot, segera bawa ke fasyankes.
Tatalaksana
Tatalaksana
Tabel 2.7 Pilihan dan dosis steroid untuk serangan asma
1 Antropometri
• Berat badan : 30 kg
• Tinggi badan : 137 cm
• Lingkar Lengan Atas : 14 cm
• Lingar kepala : 44 cm
2 Tanda Vital
4 Kepala
• Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, pulsasi vena jugular tidak terlihat,
6 Thorax
8
hepar dan lien, massa (-).
Ekstremitas
• Range of motion: tidak terbatas, gerak bebas, parese (-),akral hangat, kuku pucat
(-), edema (-).
9 Genitalia
11 Anus
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.2 14.0 – 22.00 g/dL
Leukosit 15.4 4 – 10.5 rb/μL
Eritrosit 4.61 3.40 – 5.50 Juta/μL
Hematokrit 36.3 35 – 50 Vol%
Trombosit 367 150 – 450 ribu/μL
RDW-CV 12.8 12.1 – 14 %
MCV.MCH.MCHC
MCV 78.7 75.0 – 96.0 Fl
Hasil pemeriksaa MCH 26.5 28.0 – 32.0 Pg
n laboratorium 8 MCHC 33.6 33.0 – 37.0 %
September 2018 HITUNG JENIS
Neutrofil % 67.1 50.0-70.0 %
Limfosit % 21.6 25.0-40.0 %
Monosit % 5.2 3.0-9.0 %
Eosinofil % 5.6 1.0-3.0 %
Basofil % 0.5 0.0-1.0 %
RETICULOSIT 1.63 0.5-20 %
Neutrofil # 10.37 2.50-4.0 Ribu/ul
Limfosit # 3.33 1.25-4.0 Ribu/ul
Monosit # 0.80 0.30-1.00 Ribu/ul
Eosinofil # 0.87 <3 Ribu/ul
Basofil # 0.07 <1 Ribu/ul
KIMIA DARAH
Glukosa darah sewaktu 116 < 200 Mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 140 136-145 Mmol/l
Kalium 3.4 3.4-5.1 Mmol/l
Clorida 107 98-107 Mmol/l
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 14 Februari 2018
X-Ray
Resume
Nama : An. AN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 10 tahun
Keluhan Utama : Sesak nafas
Uraian :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 15 menit SMRS, muncul mendadak disertai dengan bunyi ‘ngik’. Saat sesak
pasien masih bisa mengucapkan satu kalimat dan lebih suka dalam posisi duduk. Sebelumnya pasien di bawa ke IGD sekitar
8 jam yang lalu dengan keluhan yang sama dan telah dinebul, kondisi pasien membaik dan diperbolehkan pulang. Pasien kem
bali sesak lalu dibawa ke IGD dan diberikan nebul sebanyak 3x, kondisi pasien membaik namun masih terdengar bunyi ‘ngik’.
Sebelumnya pasien kehujanan, lalu pasien batuk dan sesak nafas, batuk berdahak putih, muntah 2x serta nyeri ulu hati. Pasie
n mengalami serangan asma 1-2x dalam setahun, dipicu oleh alergi debu dan kondisi dingin. Ibu pasien juga mempunyai riway
at asma.
Resume
Pemeriksaan Fisik :
Tekanan darah : 100/70 Lidah : normoglosi
Denyut nadi : 120 kali/menit Thoraks : rhonki +/+, wheezing +/+
Suhu : 36,5 °C Jantung : murmur (-), normal
Respirasi : 26 kali/menit Abdomen : tampak datar, BU (+) normal, nyeri tekan
Berat Badan : 30 kg (-)
Tinggi Badan : 137 cm Ekstremitas : akral hangat,edem (-), motorik normal
Kulit : Wana sawo matang, sianosis (-), ikterik (-) Susunan saraf : Normal
Kepala : normosefali Genetalia : Perempuan
Leher : normal Anus : Normal
Rambut : Hitam, distribusi normal
Mata : Normal
Hidung : Simetris , normal
Telinga : Normal
Mulut : simetris, normal
DIAGNOSIS
Asma Persisten Ringan Serangan Ringan Sed
ang
TATALAKSANA
IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
8 September 2018
S) Sesak(+) Batuk (+) demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 100 x/menit
Frekuensi napas : 40 x/menit
Temperatur : 36,7ºC
Sp.O2 : 97% tanpa O2
Paru : Rhonki (+/+), Wheezing (+/+), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
9 September 2018
S) Sesak(-) Batuk (+) dema (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,6ºC
Sp.O2 : 97% tanpa O2
Paru : Rhonki (+/+), Wheezing (</<), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
10 September 2018
S) Sesak(-) Batuk berkurang, demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 108 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,6ºC
Sp.O2 : 97% tanpa O2
Paru : Rhonki (</<), Wheezing (-/-), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
11 September 2018
S) Sesak(-) Batuk berkurang, demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 100 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,5 ºC
Sp.O2 : 99% tanpa O2
Paru : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Follow Up
12 September 2018
S) Sesak(-) Batuk (-), demam (-)
O) Kesadaran : Kompos mentis
Frekuensi nadi : 96 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Temperatur : 36,5 ºC
Sp.O2 : 99% tanpa O2
Paru : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), vesikuler simetris
A) Asma persisten ringan serangan ringan sedang
P) IVFD D5 ½ NS 12 tpm (1700cc/24 jam)
Inj. Dexa methason 3x7.5 mg
Nebul Ventolin 1 amp + NS 1cc (setiap 4 jam)
Pasien diperbolehkan pulang.
Pembahasan
Pada pasien saat anamnesis didapatkan riwayat sesak nafas berulang yaitu 2x dalam 8 jam disertai buny
i ‘ngik’ disertai batuk, gejala ini muncul setelah pasien terkena hujan, pasien memang memiliki riwayat as
ma serta ibu kandung pasien juga memiliki riwayat asma, setelah dilakukan pemeriksaan napas 26 kali/m
enit, dari pemeriksaan thorax didapatkan wheezing.
Hal tersebut sesuai dengan kriteria diagnosis asma didapatkan adanya sesak nafas, batuk yang
dialami berulang dengan adanya pencetus.
Pembahasan
Pasien mengalami serangan asma 1-2x dalam setahun, dan telah mendapat serangan >1x/bulan sehingg
a dapat dikatakan asma persisten ringan.
Dilihat dari gejala serangan anak masih dapat membentuk kalimat dan suka dalam posisi duduk s
ehingga digolongkan dalam asma serangan ringan sedang
Pembahasan
Tatalaksana pada pasien diberikan waktu pertama datang ke IGD berupa nebulisasi ventolin yaitu β2 ago
nis klinis membaik lalu pasien pulang, 8 jam berselang gejala serupa muncul lagi kemudian dinebulisasi 3
x dan steroid intravena namun masih terdengar bunyi ‘ngik’.
Dari tatalaksana yang diberikan sesuai dengan teori bahwa pada keadaan gawat darurat Nebulisa
si serupa dapat diulang dua kali dengan selang waktu 20 menit dan saat serangan dapat diberika
n steroid sistemik
Pembahasan
Tatalaksana rawat inap pasien yaitu ivfd D51/2NS, nebul ventolin dan deksametason iv dimana ini sesuai
dengan terapi pada pasien asma diruang wat inap oksigen bisa diteruskan, nebulisasi β2 agonis
4-6 kali/hari dan steroid sistemik 0,5-1mg/kgBB/hari tiap 6-8jam
Penutup
Telah dilaporkan sebuah kasus An. AN/10 tahun yang di rawat degan diagnosis Asma persisten ringan ser
angan ringan sedang. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pasien dirawat sejak tanggal 8 September 2018 dan diperbolehkan pulang tanggal
12 September 2018.
Thank you