PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi asma pada anak masih diperdebatkan dan belum ada yang
diterima secara universal.Definisi asma yang ada pada beberapa pedoman
memasukkan gejala klinis dan karakteristiknya, serta mekanisme yang mendasari
dengan rincian yang berbeda antara satu pedoman dengan
lainnya.Global( Initiative Asthma(GINA) mendefinisikan asma sebagai suatu
penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan inflamasi kronik saluran respiratori.
Inflamasi kronik ini ditandai dengan riwayat gejala-gejala pada saluran respiratori
seperti:wheezing(mengi), sesak napas, dan batuk yang bervariasi dalam waktu
maupun intensitas, disertai dengan limitasi aliran udara ekspiratori.2
International Consensus on (ICON) Pediatric Asthma mendefinisikan
asma sebagai gangguan inflamasi kronik yang berhubungan dengan obstruksi
saluran respiratori dan hiperresponsif bronkus, yang secara klinis ditandai dengan
adanya wheezing, batuk, dan sesak napas yang berulang. UKK Respirologi IDAI
mendefinisikan, asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori
dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk,wheezing,
sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang,
reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul
jika ada pencetus.3
2.2 Epidemiologi
Asma merupakan penyakit yang dapat menyerang semua orang, baik anak
maupun dewasa, dengan gejala utamawheezing.Sejarah penyakit asma
mengindikasikan bahwa asma merupakan penyakit yang kebanyakan terjadi di
Negara yang telah berkembang dengan pendapatan tinggi(high income countries),
seperti Amerika.Diperkirakan secara global, terdapat 334 juta orang penderita
asma di dunia.Global disease burdenpenyakit asma kebanyakan terdapat di negara
berkembang dengan pendapatan yang rendah. Angka ini didapatkan dari analisis
komprehensif mutakhirGlobal Burden of Diseasestudy(GBD) yang dilakukanpada
tahun 2008-2010.4
Sebagian besar penelitian mengumpulkan data asma anak berdasarkan
hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.Para ahli epidemiologi biasanya
menanyakan tentang ada tidaknya diagnosis asma oleh dokter ataugejala
asmasepertiwheezing.kepada orang tua atau anak untuk menentukan prevalensi
yang berkaitan dengan asma anak. Pertanyaan tersebut digunakan baik untuk
menentukanlifetime prevalencedengan pertanyaan “apakah pernah didiagnosis
asma oleh dokter atau apakah pernah memunyai gejala asma” ataupuncurrent
prevalence dengan pertanyaan: “apakah dalam 12 bulan terakhir pernah
didiagnosis asma oleh dokter atau memunyai gejala asma). Jadi, tergantung dari
pertanyaan yang dipakai, penelitia-enelitian prevalens asma anak akan
melaporkan outcomeyang berbeda, seperti prevalenslifetime asthmaataucurrent
wheezeataucurrentasthma.5
Hasil penelitian menggunakan kuesioner ISAAC di beberapa kota
menunjukkan hasil yang cukup bervariasi. Prevalens berkisar antara 3% di
Bandung , sampai 8% di Palembang pada kelompok usia 6-7 tahun. Sedangkan
pada kelompok 13-14 tahun kisaran antara 2,6% di Bandung dan tertinggi di
Subang 24,4% . Tingginya prevalens asma di Subang yang dibandingkan dengan
prevalens pada kelompok sama di Jakarta (12,5%), hamper 2 kali lipat diduga
disebabkan karena tingginya angka polusi udara di Subang akibat sulfur dari
Gunung Tangkuban Perahu. Di Bandung dilakukan penelitian ulangan dengan
kuesioner yangsama, pada kelompok 13-14 tahun, setelah 5 tahun terjadi
peningkatan 2 kali lipat menjadi 5,2% . Pada tahun 2012, hasil penelitian di
daerah rural kotamadya Bandung pada anak usia 7-14 tahun mendapatkan hasil
prevalens asma sebesar 9,6% dari 332 subyek penelitian.6
2.3 Patofisiologi
Penyempitan Saluran Respiratori pada Asma
Kontraksi otot polos saluran respiratori sebagai respons terhadap
berbagai mediator bronkokonstriksi dan neurotransmitter dan merupakan
mekanisme utama dari penyempitan saluran respiratori dan sebagianbesar
normal kembali dengan bronkodilator.
Edema saluran napasdisebabkan peningkatan kebocoran mikrovaskuler
sebagai respons terhadap mediator inflamasi. Hal ini kemungkinansangat
berperan selama eksaserbasi akut.
Penebalan saluran napaskarena perubahan struktural, seringkali
disebutremodelling, mungkin penting dalam penyakit yang lebih parah dan
tidak sepenuhnya reversible dengan terapi yang ada saat ini.
Hipersekresi mukusdapat menyebabkan oklusi luminal (“mucus
plugging”) dan merupakan produk dari peningkatan sekresi mukus dan
eksudat inflamasi.1
2.4Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya
tidak ditemukan kelainan.Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat
terdengar wheezing, baik yang terdengar langsungaudible wheeze atau yang
terdengar dengan stetoskop. Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada pasien
seperti dermatitis atopi atau rhinitis alergi, dan dapat pula dijumpai tanda alergi
sepertiallergic shinersataugeographictongue.4
3. Pemeriksaan penunjang
Keterangan :
1. Acuan awal penetapan jenjang tatalaksana jangka panjang menggunakan
klasifikasi kekerapan.
2. Bila suatu jenjang dalam tatalaksana sudah berlangsung selama 6-8 minggu
dan asma belum terkendali, maka tatalaksana naik jenjang ke atasnya (step up).
3. Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah berlangsung selama 8-12 minggu
dan asma terkendali penuh, maka tatalaksana turun jenjang kebawahnya(step
down).
4. Perubahan jenjang tatalaksana harus memperhatikan aspek- aspek penghindaran
penyakit penyerta.
5. Pada Jenjang 4, jika belum terkendali, tatalaksana ditambahkan omalizumab.1