Zulia Ahmad B
2012
Kolestasis intrahepatik pada bayi dan Anak
Pendahuluan
Kolestasis pada bayi secara fisiologis didefinisikan sebagai
hambatan sekresi dan atau aliran empedu yang biasanya terjadi
dalam
bulan
pertama
kehidupan.
Akibatnya
akan
terjadi
disekresikan
melalui
"flippase,"
protein
multidrug
penentu
molekuler
pembentukan
empedu
tetapi
juga
menyebabkan pemahaman yang lebih tentang bagaimana prosesproses fisiologis dapat ditekan oleh mutasi atau perubahan dalam
ekspresi gen dan aktivitas protein. 2
Yang menarik secara klinis adalah perbedaan molekular
antara aliran empedu asam di hepatosit dan ekspor terkonjugasi
bilirubin, meskipun secara klinis keduanya umumnya dianggap
peristiwa terkait selama kolestasis. Tetapi karena kedua zat
diangkut oleh transporter berbeda dengan substrat yang berbeda
afinitas dan pengaturan, tentu ada situasi di mana seorang dapat
menjadi
kolestasis
dan
memiliki
adalah
penanda
bilirubin
aliran
ketika bilirubin
untuk
gangguan
bilirubin
terkonjugasi
ekspresi
MRP2
aliran
dari
zat
terlarut,
pembentukan
empedu
beberapa
sarana
transportasi
melintasi
membran
Transporter ini
dengan
cotransporting
garis
putus-putus.
NTCP,
polypeptide;OATP,organic
polypeptide;OST,organic
solute
Na+/taurocholate
acid
transporting
transporter;MRP,multidrug
gene
designations:
FIC1
(ATP8B1),
BSEP
dengan penemuan
dalam
hepatosit
pembentukan
yang
bertanggung
terpolarisasi,
jawab
untuk
empedu.
adalah
sintesis
Hati,
dan
jaringan
dan
khususnya
utama
yang
pengangkutan
asam
terhambat baik
P450
sinusoidal.
berdasarkan
Retensi
menyebabkan
pada
mekanisme
berkepanjangan
aktivasi
sel
oleh
atau
ekspor
asam
empedu
akan
sel
stellata,
and
Kupfer,
asam
empedu
.tapi
sedikit
yang
diketahui
tentang
dengan
pendekatan
yang
terkoordinasi
yang
senyawa
transkripsi(terutama
asing.
reseptor
posttranscriptional,terlibat
Beberapa
nuklir
dalam
[NR]
hepatosit,
proses,
baik
dimediasi)
dan
dengan
konsep
(FXR),
konstitutif
androstane
reseptor
(CAR),
dan
kebanyakan
melibatkan
mutasi
pada
transporter
yang
Osler
merupakan
salah
satu
yang
pertama
untuk
coba
menyebabkan
berkelanjutan
dalam
aliran
penurunan
empedu.
yang
Efek
ini
cepat
dan
tampaknya
perubahan
sinyal
sel
yang
mengarah
pada
dan
memulihkan
prioritas
fungsi
homeostasis
hati
dan
sebagai
membantu
substansi
dalam
perbaikan
cedera
homeostasis
(misalnya
protease
inhibitor),
dikarenakan
oleh
degradasi
dan
perpindahan
dari
akibat obat
dan
nekrosis,
gangguan
dalam
transportasi
asam
konsentrasi
supersaturating
agen
tertentu
didalam
sepenuhnya
dipahami
tetapi
tampaknya
melibatkan
ulang
dari
transkripsi
dalam
nukleus.
Selain
10
ada efek mendalam pada sinyal sel dan integritas membran dan
struktur subselular. Sebagai bahan pembersih, asam empedu,
mempengaruhi fluiditas membran dan struktur protein, sedangkan
sebagai sinyal molekul sel, asam empedu mempengaruhi jalur
kinase, memulai apoptosis, dan mengubah ekspresi gen, antara
lain kritis fungsi sel. Selama beberapa tahun terakhir, komponen
penting dari respon hepatosit untuk retensi asam empedu adalah
dikoordinasikan untuk mengurangi impor sinusoidal dan sintesis,
meningkatkan ekspor canalicular, dan engage jalur sitokrom P450
berbasis xenobiotik metabolisme (hidroksilasi dan konjugasi) untuk
mengurangi konsentrasi intraseluler dan toksisitas. Selain itu, bukti
terbaru menunjukkan bahwa setidaknya dua sinusoidal transporter
diaktifkan untuk mengekspor asam empedu yang disimpan di
membran
sinusoidal.
Respon
ini
pada
asam
empedu
yang
penelitian
yang
menunjukkan
bahwa
secara
11
dan
transporter
serta
protein.
Proses
keseluruhan
Ditunjukkan
beberapa
gen
target
dan
anggota
12
namun
belum
diketahui
bagaimana
CMV
dapat
intrahepatal
pada
anak
dan bayi
karena
adanya
untuk
memecah
galaktosa
menjadi
glukosa.
Dalam
13
Ada
tiga
galaktosemia
tipe
klasik,
galaktosemia
defisiensi
yang
diketahui
galaktokinase
dan
yaitu
defisiensi
Galaktosa-1-fosfat
uridil
transferase
(GALT
14
15
Metabolisme galaktosa
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
Galaktokinase
Galaktosa-1-fosfat uridil transferase
UDP galaktosa 4-epimerase
UDP glukosa pirofosforilase
Galaktosa-1-fosfat Uridil Transferase merubah galaktosa-1fosfat menjadi glukosa-1- fosfat, jika terjadi defisiensi maka akan
terjadi penumpukan galaktosa-1-fosfat yang bersifat hepatotoksik
sehingga
terbentuk
hepatosit-hepatosit
psedoasinger.
Selain
16
Pengobatan
Apabila gejala klinis mengarah kepada galaktosemia, maka
pemberian susu yang mengandung galaktosa dihentikan, diganti
dengan
pemberian
infus
glukosa
sampai
dibuktikan
adanya
galaktosa
dalam
makanan
akan
memperbaiki
17
(AAT)
merupakan
enzim
penghambat
fibrinolisis,
dan
inflamasi
dengan
menghambat
18
diketahui.
Penggabungan
ini
dihubungkan
dengan
kerusakan
hepatosit
hanya
17
dengan
antitripsin
sekitar
neonatus
Telah
dapat
diidentifikasi
dan
dikloning
gen
dari
di
amerika.
Mekanismeny
melalui
pengurangan
atau
19
guanin
manjadi
timidin,
dan
perubahan
triptofan
termasuk
m-RNA
dan
aktivitas
enzimatik
yang
terapi
farmokologi
metabolisme
pertama
tirosin
melalui
pada
HT.
inhibisi
Zat
ini
dari
4-
dikenal
sebagai
NTBC)
dengan
dosis
0,1-0,6
hati,
dapat
20
anak
untuk
mendiagnosis
dini
karena
penatalaksanaan
menngkatkan prognosis.
Jalur sintesa asam empedu merupakan suatu langkah yang
komplek,
perubahan
chebodioksicholic.
kolesterol
Banyak
menjadi
enzim
yang
garam
wajib
empedu
pada
dan
katalisis
diketahui
adalah
steroiddehidrogenase/isomerase
kerusakan
pada
hati
mulai
(3HSD).
dari
hidroksi-c27
Yang
hepatitis
mengakibatkan
fulminan
sampai
21
pasien
membutuhkan
terapi
tambahan
dengan
harus
Persentase
ditangani
yang
dengan
optimal
terapi
agresif
dan
gizi.
distribusi
keuntungan
secara
normal,
gizi.
dan
Karbohidrat
suplemen
dapat
harus
meningkatkan
keseluruhan
defisit
vitamin
Kegagalan
memiliki
untuk
gejala
memperbaiki
sisa
kekurangan
substansial,
dan
vitamin
evaluasi
Mekanisme Seluler
Empedu dibentuk dalam hati, bagian utama dari hati untuk
sekresi empedu sedikitnya terdiri dari 2 sel hepatosit yang
berdekatan. Bagian yang berperan adalah membran kanalikulus
dengan protein carriernya, organel intra seluler dan sistoskleton
hepatosit. Pembentukan empedu memerlukan asam empedu dan
22
ion organik dan ion anorganik lain melalui membran sinusoid yang
ditransportasikan melalui sel hati ke kanalikulus biliaris melalui
membran kanalikulus.5,14
Pada mekanisme seluler ini banyak sekali peran transporter
kompleks. Transporter ini ditemukan
pada
membran sinusoid
kolestasis
yang
berkepanjangan
terjadi
kerusakan
7,14
melalui
plasma
membran
permukaan
terganggu.
b. Transformasi dan konyugasi dari obat dan zat toksik
23
sinusoid
protein
seperti
alkali
fosfatase
dan
GGT,
akan
edema,
Oleh
karena
vasokonstriksi,
diekskresi
24
dan
diurin
progresifitas
maka
dapat
dengan
medikamentosa
operasi
pada
pada
kolestasis
kolestasis
obstruktif
hepatoseluler
yang
dan
dapat
diobati
b. Menstimulasi aliran empedu dengan:
Fenobarbital : bermanfaat sebagai antipruritus dan dapat
mengurangi kuning. Mekanisme kerjanya yaitu meningkatkan
aliran
empedu
dengan
menginduksi
enzim
glukuronil
25
dua dosis.
Asam ursodeoksilat : merupakan asam empedu tersier yang
mempunyai sifat lebih hidrofilik serta tidak hepatotoksik bila
dibandingkan dengan asam empedu primer atau sekunder
dan merupakan competitive binding terhadap asam empedu
toksik. Khasiat lainnya sebagai hepatoprotektor karena dapat
menstabilkan dan melindungi membran sel hati serta sebagai
bile flow inducer karena meningkatkan regulasi sintesis dan
aktivitas transporter pada membran sel hati. Dosis : 10 30
mg/kgBB/hari.
Kolestiramin : dapat menyerap asam empedu yang toksik
sehingga juga akan menghilangkan gatal. Dosis : 0,25 0,5
g/kgBB/hari
Rifampisin : dapat meningkatkan aktivitas mikrosom serta
menghambat ambilan asam empedu oleh sel hati dan
merubah metabolismenya, sehingga dapat menghilangkan
gatal
pada
50%
kasus.
Efek
sampingnya
adalah
26
vit E
vit K1
: 25 50 IU/kgBB/hari,
: 2,5 5 mg/2 7 x/mgg,
atau 2 5 mg intramuskuler setiap 4 minggu.
Mineral dan trace element : Ca, P, Mn, Zn, Selenium, Fe
3. Terapi komplikasi yang sudah terjadi, misalnya hiperlipidema /
xantelasma dengan kolestipol, dan pada gagal hati dan pruritus
yang tidak teratasi dengan transplantasi hati.
4. Support psikologik dan edukasi keluarga terutama untuk
penderita
kelainan
hati
yang
progresif
yang
memerlukan
27
Daftar Pustaka
naresuan
University.
Thammasat
medical
journal
vol.8;4:487-96.
4. Uppuluri R, Shah I. Cytomegalovirus Infection and liver disease in
neonates. Pediatric liver clinic, B. J. Wadia Hospital for children,
Mumbai. Diakses dari www.google.com
5. Bisanto J. Kolestasis intrahepatik pada bayi dan anak. Dalam:
Juffrie M, Soenarto SS, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS,
penyunting. Buku ajar gastroentero-hepatologi jilid 1; edisi 1.
Badan Penerbit IDAI; 2010.h.365-383
6. The New Jersey Department of Health and Senior Services.
Galactosemia. Last updated on March 2005. Diakses dari
www.google.com
7. Balisteri WF. Cholestasis. In: Berhman RE, Kliegman RM, Jenson
HB, eds. Nelson Text Book of Pediatrics, 17 th ed. Philadelphia :
WB Saunders, 2004; 1203-7.
8. Horslen S. Disorder of carbohydrate metabolism. In: Kleinman,
Goulet, Mieli, Vergani, Sanderson, Sherman, Shneider. Walkers
Pediatric
gastrointestinal
disease.
2008;927-39.
28
Hamilton:
BC
Decker,
gejala
kuning.
Jakarta
pendidikan
kedokteran
:Polin
Saunders;
13.
RA,
editor.
Gastroenterology
and
nutrition.
.p. 135-40
29