Oleh :
1610070100102
Preseptor :
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dan segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Case yang berjudul
“Aspirasi Pneumonia” ini dengan sebagaimana mestinya.
Case ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Anak RS M. Natsir Solok. Case ini menyajikan beserta kasusnya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Gustin Sukmarini Indang,
Sp.A (K) yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan case ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan case ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................2
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
2.1 Definisi.....................................................................................................................3
2.2 Epidemiologi.............................................................................................................3
2.3 Etiologi.....................................................................................................................3
2.4 Faktor Resiko............................................................................................................4
2.5 Daya tahan traktus respiratorius..............................................................................4
2.6 Patogenesis..............................................................................................................6
2.7 Diagnosis..................................................................................................................8
BAB 3 : LAPORAN KASUS..................................................................................................14
3.1 Identitas pasien......................................................................................................14
3.2 Anamesis................................................................................................................14
Keluhan utama.........................................................................................................14
3.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................................15
BAB 4 : BAB V KESIMPULAN.............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
gangguan pertukaran gas setempat disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang
berasal dari dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita. Peradangan akut
parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi disebut sebagai
pneumonia Insiden pneumonia pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi.1 Di Indonesia,
sebesar 0,22% pada tahun 2017 menjadi 0,34%. Pada tahun 2017, Angka
kematian akibat Pneumonia pada kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,56%
pada tahun 2017. Pneumonia apirasi biasanya disebabkan oleh aspirasi isi
lambung, Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap
asam lambung, sebagian lagi bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami
1
dimana terinhalasinya baik benda solid maupun cair. Aspirasi ini dapat
menyebabkan dua hal yakni pneumonia aspirasi dan peumonitis aspirasi. Jadi
pada paru-paru yang terjadi akibat terinhalasinya benda padat maupun cair. Bahan
aspirasi yang paling sering menyebabkan hal tersebut di atas adalah isi lambung
dan bakteri (flora normal yang ada di mulut dan lambung).1 Beberapa studi
dipertimbangkan sebagai penyakit yangpaling sering, namun tak ada statistik yang
pasien yang rawat jalan dan meningkat hingga 25% pada pasien yang diopname.
2
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda untuk menjalankan
M. Natsir Solok.
3
BAB 2 :
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Aspirasi pneumonia merupakan proses terbawanya bahan yang ada di
orofaring maupun isi lambung pada saat respirasi ke saluran napas bawah
paru tersebut akan mengakibatkan akumulasi cairan di alveolus sebagai hasil dari
reaksi inflamasi yang terjadi, hal ini akan menyebabkan gangguan pertukaran
oksigen dan carbondioksida di dalam alveoli, pada akhirnya akan terjadi gangguan
perfusi oksigen ke berbagai sel tubuh sebagai sumber utama untuk proses
metabolisme.3
2.2 Epidemiologi
Insiden penyakit aspirasi pneumonia pada negara berkembang termasuk
Indonesia hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko
angka 13% dari seluruh penyakit pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden
aspirasi pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus per 100
anak per tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus per 100 anak per
tahun. aspirasi pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian pertahun pada
2.3 Etiologi
Terdapat 3 macam penyebab pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam lambung
mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia.5
4
2.4 Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko yang menyebakan meningkatnya kejadian dan derajat
aspirasi pneumonia antara lain pada antenatal aspirasi meconium, pada perinatal
malnutrisi, gizi buruk (Z skor kurang dari -2 SD), anemia, hipoglikemi, kurangnya
orang tua
(RSV)
b. Pada bayi :
Cytomegalovirus
c. Pada anak-anak
5
b. Jaringan limfoid di nasoorofaring
d. Refleks batuk
terinfeksi.
regional.
2.6 Patogenesis
Pneumonia adalah invasi pada saluran pernapasan bagian bawah, di bawah
laring oleh patogen baik melalui inhalasi, aspirasi, invasi epitel pernapasan, atau
6
struktur anatomi (rambut hidung, turbinat, epiglotis, silia), dan imunitas humoral
dan seluler. Jika penyaringan ini gagal, maka infeksi, baik oleh penyebaran
menyebabkan peradangan dan cedera atau kematian epitel pada alveoli dan
sekitarnya. Hal ini pada akhirnya disertai dengan migrasi sel inflamasi ke tempat
oksigenasi.7
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan.
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host)
hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
7
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
semula.
8
2.7 Diagnosis
Diagnosis aspirasi pneumonia dapat ditegakkan dari anamnesis,
sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi), dan nyeri
dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit.
9
Usia 2 bulan- 5 bulan
kadar CRP <1 mg/L, dan kadar CRP bisa meningkat sampai 100
kali lipat kadar normal pada kasus inflamasi akut seperti infeksi,
10
2.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan Umum
2. Pemberian oksigen
b. Penatalaksanaan Khusus
tinggi, takikardi.
manifestasi klinis.
11
a. Neonates – 2 bulan : ampisilin + gentamisin
b. > 2 bulan :
2.9 Prognosis
cenderung sembuh tanpa pengobatan. Gejala sisa jangka panjang jarang terjadi,
pada pneumonia stafilokokus memiliki hasil yang baik pada anak-anak. Setiap
tahun, sekitar 3 juta anak meninggal karena pneumonia dengan faktor resiko
12
2. 10 Indikasi Rawat Inap
Bayi:
Anak :
3) Distress pernafasan
4) Grunting
13
BAB 3 :
LAPORAN KASUS
Nama : By. Q
No MR :-
3.2 Anamesis
Keluhan utama : Pasien datang ke IGD RSUD M.Natsir rujukan dari RSPB
sesak nafas yang meningkat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
• Bayi batuk sejak 8 hari SMRS, batuk dirasakan semakin memberat, terus
• Bayi sesak sejak 5 hari SMRS, disertai batuk, menangis kuat tidak mau
minum asi dan badan membiru perlahan lahan mereda. Jam 10 pasien
14
• mual (-) muntah (-)
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien
15
Kesan : Sesuai masa kehamilan
Selama 5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien minum ASI kurang
Status Generalisata
Suhu : 37,5 C
Kepala
Ukuran : Normochepal
Mata
16
Posisi : Simetris kanan dan kiri
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Pergerakan : aktif
17
Thorak
di suprasternal
Abdomen
Mamae
Kulit
Lanugo : tipis
18
Vernik caseosa : tidak ada
Ekstermitas
polidaktil
Tulang-tulang:
Refleks
Moro : melemah
Rooting : melemah
Isap : melemah
Pegang : melemah
19
20
• BBL : 3020 gram
• PB : 50 cm
• LK : 32,5 cm
• BB/U: 2 sd -2
• TB/U: 2 sd -2
• BB/TB: 2 sd -2
21
3. Cara pemberian :
Fungsi oromotor normal Oral
4. Penentuan jenis makanan:
Usia :
5. Pemantauan dan evaluasi :
- Reaksi simpang tidak ada: tidak ada mual, muntah, BAB normal
- Pertambahan BB: Selama di rawat tidak ada penambahan BB
Down score
Pemeriksaan laboratorium
● MCHC : 34.8g/dL
● RDW-CV :15.3 %
22
● Basofil : 0%
● Eosinofil : 0% (L)
23
Diagnosis
Tatalaksana
- CPAP 6/30
- ASI 8x 50 cc
24
BAB 4 :
Analisa Kasus
Aspirasi bisa asimtomatik atau muncul dengan gejala dan tanda yang
hebat, seperti wheezing, sesak napas, sianosis, dan hipoksia.12 Klinisi harus
mempertimbangkan diagnosis pneumonia aspirasi jika seorang pasien memiliki
gambaran klinis disertai faktor risiko dan gambaran infiltrat pada foto toraks yang
mengarah pada pneumonia aspirasi. Lokasi infiltrat tergantung pada posisi pasien
ketika terjadi aspirasi.13
Anamnesis
Pasien mengalami sesak sejak 5 hari SMRS disertai batuk keras, menangis
kuat, tidak mau minum asi dan ektremitas membiru. Berdasarkan anamnesis ini
sejalan dengan terori aspirasi pneumonia di temukan pasien dengan keluhan batuk
keras disertai sesak dan ditemukan adanya sianosis pada pasien. Pasien juga
ditemukan demam 1 hari SMRS, berkeringat, tidak mengigil, hilang timbul, tidak
disertai kejang
25
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran CMC, frequensi nafas
62x/i, SpO2 97%, suhu 37,5C, nafas cuping hidung, retraksi dinding dada,
sianosis pada bibir dan ekstremitas. Hal ini sesuai dengan teori aspirasi
pneumonia dengan gejala respiratori seperti batuk, napas cepat (tachypnoe/ fast
breathing), napas sesak retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air
hunger dan sianosis.14
Kejadian aspirasi yang diketahui merupakan bukti dari pneumonia aspirasi
dengan dokumenasi partikel makanan atau isi saluran cerna dalam tracho-
bronchial tree. Sering kali pneumonia aspirasi merupakan suatu penyakit eksklusi,
dimana etiologi lain dari hipoksia, seperti edema paru, emboli paru, community
acquired pneumonia (CAP) atau hospital acquired pneumonia (HAP) sudah
disingkirkan.12 Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebaiknya mengarah
pada gambaran klinis pasien.
Pada pemerikasan foto toraks pasien ditemukan adanya persulbungan
homogen pada apex paru kanan. Hal ini sesuai dengan teori diagnosis aspirasi
pneumonia ditegakkan dengan adanya gambaran foto toraks biasanya
menunjukkan infiltrat atau perselubungan homogen dengan atau tanpa kavitasi
pada salah satu segmen paru (misalnya segmen posterior lobus paru bagian atas,
segmen superior lobus paru bagian bawah). Hilangnya volume paru pada lobus
tertentu mengindikasikan ada obstruksi (misalnya pada aspirasi partikel makanan
atau benda asing) di bronkus.12
26
Pada rawatan hari ke 3 pasien sudah menunjukan perubahan yang sudah
signifikan dimana pasien sudah tidak Sesak dan retraksi dinding dada dengan
frequensi nafas 45x/i sudah teratasi dengan pemasangan CPAP PEP 7 dan FiO2
30%. Pada penggunaan CPAP, pernapasan spontan dengan tekanan positif
dipertahankanselama siklus respirasi, hal ini yang disebut disebut dengan
continuous positive airwaypressure. Pada mode ventilasi ini, pasien tidak perlu
menghasilkan tekanan negatif untukmenerima gas yang diinhalasi. Hal ini
dimungkinkan oleh katup inhalasi khusus yangmembuka bila tekanan udara di
atas tekanan atmosfer.15 hari rawatan ke 4 pasien sudah tidak membutuhkan Cpap
dengan indikasi frequensi nafas 35x/i , retraksi dinding dada tidak ada.
27
DAFTAR PUSTAKA
Textbook of Pediatrics 1861-1869. 1st ed. India: the health sciences, 2015.
1861-1869.
Edisi 1. Jakarta
05: 198–206.
28
9. Marzony I, Yani FF, Ilmu D, et al. Uji Diagnostik C-Reactive Protein pada
11. Rudan I, O’Brien KL, Nair H, et al. Epidemiology and etiology of childhood
underlying risk factors and causative pathogens for 192 countries. J Glob
AHA; 2012.
16. Son YG, Shin J, Ryu HG. Pneumonitis and pneumonia after aspiration. J Dent
from: https://err.ersjournals.com/content/errev/14/95/45.full.pdf
29