Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Sub Bagian Gizi dan Penyakit Metabolik Kepada Yth:………….

dr. Irwandi

Memprediksi pengeluaran energi pada sepsis: Harris Benediktus dan shofield equations
versus Weir Derivation

Latar belakang
Nutrisi yang optimal merupakan aspek penting dalam perawatan secara terintegrasi di
ruang perawatanan intensif karena dukungan nutrisi yang adekuat sangat membantu
mempercepat weaning pasien yang menggunakan ventilasi mekanik, mempercepat
penyembuhan luka, mempercepat waktu perawatan di ruangan intensif, mengurangi lama
perawatan, menurunkan insiden ulkus karena stres, dan menurunkan angka kematian.

Mengukur total energi expenditure (TEE) menggunakan indirect calorimetry, berdasarkan


persamaan regresi sangat kompleks dan tidak realistik digunakan dalam praktek sehari-hari
di ruang perawatan intensif, sehingga banyak dokter yang menggunakan perhitungan
berdasarkan rumus Harris Benedict dan Schofield (predictive equation) dan Weir derivation.
Sampai saat ini belum ada studi yang membandingkan predictive equations dengan weir
derivation

Tujuan penelitian
Membandingkan nilai TEE secara weir derivation (MEE “measured energi expenditure”)
dengan perhitungan TEE menggunakan Harris Benedict (TEE HBE) dan rumus Schofield
(TEESCH). Mengingat bahwa katabolisme meningkat dengan memburuknya sepsis, maka
ditarik suatu hipotesis bahwa perhitungan secara weir deivation lebih akurat untuk
memperkirakan pengeluaran energi pada pasien dengan sakit kritis dan sepsis.

Metode
Penelitian melakukan studi prospektif dari Juni 2009 sampai Mei 2010 di beberapa ICU
rumah sakit metropolitan di mana perhitungan TEE adalah suatu hal yang rutin dihitung
dalam perawatan pasien. Peneliti menilai pasien dengan tingkat keparahan sepsis yang
berbeda dengan membandingkan TEEHBE dan TEE SCH dengan MEE. Peneliti menganalisis
subjek penelitian dalam 3 cohorts: 1. A SIRS Group, 2. Grup sepsis berat dan 3. Grup shock
septik. Peserta adalah pasien dengan usiaa > 18 tahun, diagnosis sepsis, membutuhkan
ventilasi mekanik dirawat di ICU > 48 jam, dan mendapatkan nutrisi,

TEE dihitung dengan predictive equation (TEEHBE dan TEESCH) dibandingkan dengan MEE yang
dihitung dengan weir derivation. Penelitian ini mengukur VCO2 dari end tidal CO2 dan
menetapkan VO2 berdasarkan respiratoryquotient 0.8381

Statistik

Variable continue dinilai dengan menggunakan mean, standar derivation, median dan range,
dan variable kategorik yang ditampilkan menggunakanan proporsi (jumlah dan persentase).
Data demografik (jenis kelamin, dan umur), dan karakteristik lain (skor APACHE II dan III,
tipe sepsis dan skor SOFA) direkam. Kekuatan hubungan antara metode predictive vs weir

1
Jurnal Sub Bagian Gizi dan Penyakit Metabolik Kepada Yth:………….
dr. Irwandi

derivation dianalisis dengan kearl pearson correlation ® atau koefisien determinasi (R2). A
priori calculation ditampilkan untuk 60 pasien berdasarkan perbandingan nilai Ttest TEE HBE
dan TEE SCH dengan MEE values. Perbedaan 697.2 kl/hari antara MEE dan TEE HBE dan
671.1k/hari antara MEE dan TEE sch dipertimbangkan untuk menjadi signifikansi statistik.

Hasil
13 pasien meninggal dalam rawatan ICU. Noradrenalin digunakan untuk 45 pasien,
adrenalin digunakan sebagai inotropic ke dua pada 9 pasien dan vasopressin pada 3 pasien.
22 pasien menderita gangguan ginjal (GFR <60 ml/’) dan 4 pasienmembutuhkan terapi
pengganti ginjal terus menerus

Rata- rata dimulainya asuhan nutrisi adalah 29.5+ 16.9 jam (median, 24 jam). 51 pasien
menerima nutrisi enteral, 8 pasien menerima nutrisi parenteral, dan 1 pasien mendapatkan
keduanya. Pengukuran pertama VCO2 pasien menggunakan ETCO2 segera diukur setelah
pasien mendapatkan nutrisi enteral atau parenteral. 51 pasien yang mendapatkan nutrisi
enteral mendapatkan target kebutuhan makanan yang diharapkan.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran TEE antara Weir ataupun
predictive equation. ETCO2 yang berasal dari nilai MEE memilki korelasi yang kuat dengan
TEEHBE (R2=0.39 untuk MEE(mean bland-atman bias of -149.9kl/hari dan dengan TEE SCH
(R2=0.34(mean bland-altman bias pf -310 kl/hari)

Terdapata korelasi yang kuat antara MEE dan predicted pada pasien dengan skor APACHE II
<25 dibandingkan skor APACHE II > 25 dan pasien dengan SIRS atau sepsis dibandingkan
denan pasien shock septik.

DISKUSI
Terdapat korelasi yang lemah antara nilai MEE dan TEE HBE dan TEESCH berdasarkan keparahan
penyakit. Perbedaan median antara MEE TEEHBE dan TEESCH adalah -591.5 kJ/hari pada pasien
dengan sepsis berat dan 761 kJ/hari pada shock septic. Hal ini kemungkinan terjadi karena
kehilangan fat free mass sehingga terjadi penurunan dalam pengeluaran energi. Hal ini akan
meningktkan resiko overfeeding dalam perhitungan energi yang dibutuhkan
Perbedaan yang besar antara MEE (berdasarkan weir derivation) dan TEE (berdasarkan predictive
equation) pada pasien dengan shock septic atau dengan skor APACHE >25 mungkin dikarenakan
hiperkatabolisme. Respon hipermetabolik sesuai pada sepsis berat, membutuhkan asupan energi
yang lebih, dan memerlukan substrate untuk sintesisi protein pada fase akut, perkembangan sistem
imun dan penyembuhan luka.

Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan sebelumnya yang diteliti oleh Kreymann dan
colleagues dan Houtchens dan Westenskow. Pada penelitianny, mereka menemukan
indirect calorimetric lebih rendah pada pasien dengan shick septic. Penurunan konsumsi
oksigen perifer adalah alasan utama untuk kegagalan multi organ. Meskipun sirkulasi
hiperdinamik, total VO2 tubuh dank arena itu REE terbukti normal, meningkat tajam, atau
pernah subnormal pada pasien dengan shock septik. Alas an mengapa studi oleh Kreymann

2
Jurnal Sub Bagian Gizi dan Penyakit Metabolik Kepada Yth:………….
dr. Irwandi

colleagus dan penelitian ini tidak menunjukkan variasi yang lebar antara MEE dan predictive
TEE belum diketahui pasti.

Keterbatasan penelitian ini adalah pertama, tidak ada validasi ETCO2 yang diukur pada MEE
dengan gold standar (indirect calorimetric). Kedua, penelitian ini memperkirajan RQ untuk
semua pasien adalah 0.8381. Studi sebelumnya menyatakan penggunaan RQ 0.8381,
memiliki nilai error yang besar sekitar 25% lebih rendah dari RQ 1.2 dan 19% lebih tinggi
untuk RQ 0.67.

Ketiga, variasi dan kesalahan ini berhubungan dengan status antropometri, dimana pada
penelitian ini tidak dinilai. Terakhir penelitian ini tidak menilai semua pasien seperti pasien
dengan luka bakar, dan trauma, karena pada pasien ini akan tejadi hipermetabolisme
sehingga akan lebih baik untuk mengulang meneliti dengan melibatkan semua pasien.

Penelitian ini meyakini nilai ETCO2 yang diukur dengan MEE dapat digunakan sebaagai
standar rutin umtu memperkirakan asuahan kebutuhan energy harian. Telah banyak
ventilator modern saat ini yang mampu menilai VCO2 sera continue.

Kesimpulan
1. Pngukuran menggunakan rumus harris benedict, schofield, dan weir belum
divalidasi secar comparative untuk pasien dengan sepsis dan hiperkatabolisme
2. TEE yang didapat dengan predictive equation memiliki korelasi yang baik dengan
MEE
3. Korelasi terbaik ditemukan pada pasien dengan nilai skor APACHE II <25 dab pasien
dengan sepsis berat.
4. Pengukuran VCO2 berdasarkan MEE lebih rendah dibandingkan dengan TEE dari
predictive equation, dan diyakini nilai MEE dapat digunakan untuk asuhan nutrisi
sehari-har.
5. Indirect calorimetric tetap sebagai gold standar.

Anda mungkin juga menyukai