TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
mampu tumbuh setinggi 25 meter. Buah jengkol berwarna hitam keunguan yang
terdiri dari 3 sampai 8 biji jengkol setiap buah. Biji jengkol dapat dikonsumsi
jengkol disajikan sebagai cemilan. Selain sebagai bahan makanan, jengkol juga
dimanfaatkan untuk mengobati sakit gigi dan daunnya digunakan sebagai obat
luka dan kudis. Biji jengkol juga digunakan sebagai terapi pada penderita diabetes
1
Biji jengkol mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh antara lain
karbohidrat, vitamin A, vitamin B, fosfor, kalsium, dan zat besi. Kadar protein
dalam biji jengkol mencapai 23.3 gram per-100 gram yang melebihi kadar protein
tempe dengan kadar 18.3 gram protein per-100 gram. Selain nutrisi tersebut,
asam jengkolat. 3
mengandung unsur sulfur yang menyebabkan bau yang kurang sedap. Asam
tergantung varietas da usia biji. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat
relative lebih sedikit dari biji jengkol tua yang mengandung asam jengkolat
2
sekitar 1-2% dari berat bijinya. Setiap 100 gram biji jengkol mentah mengandung
0.3-1.3 gram asam jengkolat dan sebanyak 93% merupakan asam jengkolat
bebas.3
penyebab utama dari GGA akibat bahan makanan yang terjadi di Asia Tenggara.
Karbon disulfida yang terkandung dalam asam jenkolat merupakan zat yang
menyebabkan nekrosis pada tubulus dan glomerulus ginjal. 4 Asam jengkolat akan
menyebabkan osbtruksi pada saluran urin. Oleh karena itu, konsumsi jengkol
daripada wanita dengan rasio 7:1. Insidensi jengkolisme meningkat pada bulan
September sampai dengan Januari saat pohon jengkol berbuah. Sindrom yang
terjadi tidak serta merta muncul sesaat setelah mengkonsumsi jengkol. Laporan
kasus oleh Bunawan et al. (2014), sindrom jengkolisme muncul 2-12 jam paska
mengkonsumsi jengkol. Gejala yang muncul lebih banyak terjadi pada sistem
nefrourologi. Patogenesis terjadinya GGA akibat jengkol sampai saat ini masih
3
Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan dengan interaksi host dan
agent. Beberapa studi memberikan pendapat bahwa kerusakan ginjal yang terjadi
akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung asam jengkolat terhadap
parenkim ginjal, endapan metabolik jengkol, spasme ureter, atau adanya obstuksi
terhadap salah satu komponen dalam jengkol diduga berperan penting dalam
host. Studi eksperimental pada tikus dan mencit yang pernah dilakukan, tidak
memberikan kesimpulan yang berarti selain adanya nekrosis tubular akut (NTA).
Nekrosis tubular akut terjadi akibat obstruksi kristal jengkolat pada tubulus renal.
Namun, hal ini masih menjadi perdebatan karena tidak adanya bukti histologis
jengkolisme. Gejala jengkolisme muncul 2-12 jam paska konsumsi biji jengkol
berupa nyeri kostovertebrae (flank pain), spasme vesika urinari (VU), disuria,
konstipasi. 3 Urin penderita pada awalnya akan berwarna putih seperti susu yang
kemudian menjadi merah akibat hematuri. Hasil urinalisis didapatkan albumin, sel
epitel, cast, eritrosit, dan terkadang ditemui kristal jengkolat yang berbentuk
4
seperti jarum. Pembentukan kristal jengkolat dipengaruhi oleh derajat keasaman
dan hematuria akibat obstruksi ureter oleh kristal jengkolat (ureterolitiasis) dan 2)
gejala yang berat berupa hipertensi, oligouria, dan azotemia walaupun jarang.
Diagnosis klinis berupa flank pain, mual, muntal, dan hematuria yang nyata
terjadi karena adanya obstruksi di ureter maupun uretra. Kristal melukai jaringan
Vachvanichsanong & Lebel (1997) pada pasien anak yang menderita jengkolisme,
sindrom ini terjadi setelah anak tersebut mengkonsumsi jengkol 4 kali. 3 Penderita
jengkolisme dapat mengalami gangguan elektrolit dan asidosis. Urin dan nafas
penderita yang berbau sulfur juga bisa menjadi diagnosis presumtif terjadinya
2.4 DIAGNOSA
Diagnosis keracunan jengkol tidak sulit bahkan sering enderita sendiri atau
jengkol. Adanya riwayat makan jengkol, keluhan sakit perut, muntah, disuria,
5
udara pernafasan dan urin berbau jengkol yang khas, hematuria, disuria, atau
anuria serta ditemukan kristal asam jengkol dalam urin merupakan kriteria
diagnostik yang cukup spesifik. Pemeriksaan urin lengkap, fungsi ginjal, analisa
gas darah perlu dilakukan untuk menentukan diagnostik yang lebih adekuat.
Demikian pula pemeriksaan pencitraan ginjal dan saluran kemih, teritama bila
kristal tersebut mudah larut bila urin menjadi alkalis. Kristal urin hanya terjadi
pada titik iso elektrik yaitu pada PH 5,5. Oleh sebab itu kristal tersebut tidak
selalu ditemukan pada pemeriksaan urin. Kristal asam jengkol berebntuk jarum
%)juga seriing ditemukan. Pada kasus yang berat dengan manifestasi klinis gagal
ginjal akut kadar ureum darah dapat mencapai diatas 300 mg%. Asidosis
metabolik ditemukan sesuai dengan beratnya gagal ginjal yang menyertai. Pada
6
2.6 TATALAKSANA
Penanganan medik
yang menyumbat salurran kemih. Cara sederhana yang dapat dilakukan ialah
menaikkan volume urin dan membuatnya menjadi lebih alkalis. Pada kasus ringan
cukup diberikan minuman yang banyak dengan penambahan air soda atau tabl;et
Pada kasus berat yang ditandai dengan oliguria/ anuria atau komplikasi
lain, penderita harus dirawat dan ditangani sebagai kasus gagal ginjal akut. Bila
terjadi retensi urin segera dilakukan kateterisasi urin, kemudian buli-buli dibilas
dengan larutan sodium bikarbonat 1,5 %. Tindakan ini perlu segera dilakukan
sebelum atau bersamaan dengan pemberian infus cairan. Pada penderita oliguria
dengan perbandingan 3:1, tetapi pada kasus anuria sebaiknnya diberikan larutan
glukosa 5-10% dengan jumlah cairan seperti pada penatalaksanaan gagal ginjal
dengan hasil analisa gas darah. Diuretik dapat diberikan misalnya denga
furosemid 1-2 mg/kgBB/ hari. Dengan penanganan seperti diatas, sebagian besar
kasus dapat ditangani dengan baik. Bila cara tersebut belum berhasil atau terdapat
Biasanya dipilih dialisis peritoneal karena lebih mudah dan praktis pada anak. 9,10
7
2.7 PENCEGAHAN
Mencegah terjadinya keracunan dengan melarang penggermnarnya
memakan buah jengkol sangat sulit bahkan mustahil dapat berhasil. Tidak mudah
jengkol agar minum banyak atau minum air soda/tablet sodium bikarbonat sehabis
makan jengkol.
2.8 PROGNOSA
beberapa hari. Motalitas dilaporkan sebesar 6%. Alatas dkk. melaporkan hanya
keenam penderita keracunan jengkol dengan komplikasi gagal ginjal akut yang