Anda di halaman 1dari 8

KERACUNAN JENGKOL

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Jengkol merupakan salah satu makanan yang dikonsumsi oleh penduduk di

Asia terutama Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Pohon jengkol

mampu tumbuh setinggi 25 meter. Buah jengkol berwarna hitam keunguan yang

terdiri dari 3 sampai 8 biji jengkol setiap buah. Biji jengkol dapat dikonsumsi

dalam kondisi mentah, digoreng, dibakar, dipanggang, dan direbus. Biasanya

jengkol disajikan sebagai cemilan. Selain sebagai bahan makanan, jengkol juga

bermanfaat dalam pengobatan. Kulit batang tanaman jengkol secara tradisional

dimanfaatkan untuk mengobati sakit gigi dan daunnya digunakan sebagai obat

luka dan kudis. Biji jengkol juga digunakan sebagai terapi pada penderita diabetes

dan hipertensi. 1,2

Gambar 2.1 Buah Jengkol dan Biji Jengkol

1
Biji jengkol mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh antara lain

karbohidrat, vitamin A, vitamin B, fosfor, kalsium, dan zat besi. Kadar protein

dalam biji jengkol mencapai 23.3 gram per-100 gram yang melebihi kadar protein

tempe dengan kadar 18.3 gram protein per-100 gram. Selain nutrisi tersebut,

jengkol juga mengandung senyawa yang berpotensi menimbulkan keracunan yaitu

asam jengkolat. 3

Gambar 2.2 Molekul Asam Jengkolat dengan Ikatan Sulfur

Asam jengkolat (S,S-methyenebicysteine) termasuk asam amino yang

mengandung unsur sulfur yang menyebabkan bau yang kurang sedap. Asam

jengkolat berperan penting dalam etiopatogenisme jengkolisme yang terjadi pada

beberapa individu. Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol bervariasi

tergantung varietas da usia biji. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat

relative lebih sedikit dari biji jengkol tua yang mengandung asam jengkolat

2
sekitar 1-2% dari berat bijinya. Setiap 100 gram biji jengkol mentah mengandung

0.3-1.3 gram asam jengkolat dan sebanyak 93% merupakan asam jengkolat

bebas.3

2.2 PATOGENESIS JENGKOLISME

Mathew & George (2011) mengungkapkan bahwa jengkol merupakan

penyebab utama dari GGA akibat bahan makanan yang terjadi di Asia Tenggara.

Karbon disulfida yang terkandung dalam asam jenkolat merupakan zat yang

bersifat nefrotoksik sehingga berbahaya bagi ginjal. Karbon disulfida

menyebabkan nekrosis pada tubulus dan glomerulus ginjal. 4 Asam jengkolat akan

mengalami presipitasi di ginjal sehingga terjadi urolitiasis jengkolat yang

menyebabkan osbtruksi pada saluran urin. Oleh karena itu, konsumsi jengkol

harus dihindari oleh penderita ganguan ginjal.5

Sindrom jengkolisme secara dominan lebih banyak terjadi pada laki-laki

daripada wanita dengan rasio 7:1. Insidensi jengkolisme meningkat pada bulan

September sampai dengan Januari saat pohon jengkol berbuah. Sindrom yang

terjadi tidak serta merta muncul sesaat setelah mengkonsumsi jengkol. Laporan

kasus oleh Bunawan et al. (2014), sindrom jengkolisme muncul 2-12 jam paska

mengkonsumsi jengkol. Gejala yang muncul lebih banyak terjadi pada sistem

nefrourologi. Patogenesis terjadinya GGA akibat jengkol sampai saat ini masih

belum diketahui secara menyeluruh. 1

3
Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan dengan interaksi host dan

agent. Beberapa studi memberikan pendapat bahwa kerusakan ginjal yang terjadi

akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung asam jengkolat terhadap

parenkim ginjal, endapan metabolik jengkol, spasme ureter, atau adanya obstuksi

saluran kemih oleh kristal jengkolat (urolitiasis jengkolat). Hipersensitivitas

terhadap salah satu komponen dalam jengkol diduga berperan penting dalam

etiologi jengkolisme sehingga senyawa tersebut bisa bersifat nefrotoksik bagi

host. Studi eksperimental pada tikus dan mencit yang pernah dilakukan, tidak

memberikan kesimpulan yang berarti selain adanya nekrosis tubular akut (NTA).

Nekrosis tubular akut terjadi akibat obstruksi kristal jengkolat pada tubulus renal.

Namun, hal ini masih menjadi perdebatan karena tidak adanya bukti histologis

renal pada penderita GGA akibat jengkolat. 1

2.3 GEJALA DAN TANDA JENGKOLISME

Bunawan et al. (2014) telah membuat laporan kasus pasien penderita

jengkolisme. Gejala jengkolisme muncul 2-12 jam paska konsumsi biji jengkol

berupa nyeri kostovertebrae (flank pain), spasme vesika urinari (VU), disuria,

kolik, flatulen, muntah, dan gangguan gastrointestinal berupa diare atau

konstipasi. 3 Urin penderita pada awalnya akan berwarna putih seperti susu yang

kemudian menjadi merah akibat hematuri. Hasil urinalisis didapatkan albumin, sel

epitel, cast, eritrosit, dan terkadang ditemui kristal jengkolat yang berbentuk

4
seperti jarum. Pembentukan kristal jengkolat dipengaruhi oleh derajat keasaman

(pH) dimana asam jengkolat akan mengkristal pada suasana asam. 3

Jengkolisme memiliki 2 gambaran klinis berupa: 1) gejala ringan berupa nyeri

dan hematuria akibat obstruksi ureter oleh kristal jengkolat (ureterolitiasis) dan 2)

gejala yang berat berupa hipertensi, oligouria, dan azotemia walaupun jarang.

Jengkolisme dan anuria mampu menyebabkan kematian walaupun kasusnya

jarang. Pemeriksaan laboratorium pada anuria digunakan untuk mendukung GGA.

Diagnosis klinis berupa flank pain, mual, muntal, dan hematuria yang nyata

terjadi karena adanya obstruksi di ureter maupun uretra. Kristal melukai jaringan

ginjal sehingga menyebabkan perdarahan. Endapan metabolik juga mampu

menyebabkan obstruksi uretra sehingga menyulitkan pemasangan kateter. 4

Kejadian jengkolisme pada anak jarang terjadi. Studi kasus oleh

Vachvanichsanong & Lebel (1997) pada pasien anak yang menderita jengkolisme,

sindrom ini terjadi setelah anak tersebut mengkonsumsi jengkol 4 kali. 3 Penderita

jengkolisme dapat mengalami gangguan elektrolit dan asidosis. Urin dan nafas

penderita yang berbau sulfur juga bisa menjadi diagnosis presumtif terjadinya

intoksikasi asam jengkolat. Pemeriksaan radiologi tidak disarankan karena kristal

jengkolat tidak tampak pada hasil pemeriksaan sinar X.7

2.4 DIAGNOSA

Diagnosis keracunan jengkol tidak sulit bahkan sering enderita sendiri atau

anggota keluarganya dapat mengetahui bahwa dirinya mengalami keracunan

jengkol. Adanya riwayat makan jengkol, keluhan sakit perut, muntah, disuria,

5
udara pernafasan dan urin berbau jengkol yang khas, hematuria, disuria, atau

anuria serta ditemukan kristal asam jengkol dalam urin merupakan kriteria

diagnostik yang cukup spesifik. Pemeriksaan urin lengkap, fungsi ginjal, analisa

gas darah perlu dilakukan untuk menentukan diagnostik yang lebih adekuat.

Demikian pula pemeriksaan pencitraan ginjal dan saluran kemih, teritama bila

diduga ada tanda-tanda obstruksi akut.

2.5 PEMERIKSAAN LABOR

Untuk menemukan kristal asam jengkol diperlukan urin segar karena

kristal tersebut mudah larut bila urin menjadi alkalis. Kristal urin hanya terjadi

pada titik iso elektrik yaitu pada PH 5,5. Oleh sebab itu kristal tersebut tidak

selalu ditemukan pada pemeriksaan urin. Kristal asam jengkol berebntuk jarum

runcing dan kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan-ikatan atau “rozet”.

Hematuria ditemukan pada 72% kasus. Anemia kadang-kadang dapat terjadi,

mungkin berhubungan dengan beratnya hematuria. Uremia yang ringan(40-60 mg

%)juga seriing ditemukan. Pada kasus yang berat dengan manifestasi klinis gagal

ginjal akut kadar ureum darah dapat mencapai diatas 300 mg%. Asidosis

metabolik ditemukan sesuai dengan beratnya gagal ginjal yang menyertai. Pada

pemeriksaan USG atau pielografi intravena (PIV) dapat ditemukan pelebaran

yreter atau tanda-tanda hidronefrosis akibat obstruksi akut. 8

6
2.6 TATALAKSANA

Penanganan medik

Penanganan penderita disesuaikan dengan beratnya gejala yang

ditemukan. Usaha pengobatan ditujukan untuk melarutkan kristal asam jengkol

yang menyumbat salurran kemih. Cara sederhana yang dapat dilakukan ialah

menaikkan volume urin dan membuatnya menjadi lebih alkalis. Pada kasus ringan

cukup diberikan minuman yang banyak dengan penambahan air soda atau tabl;et

sodium bikarbonat kira-kira 1 mEq/kgBB/ hari atau sebanyak 1-2 gram/hari.

Pada kasus berat yang ditandai dengan oliguria/ anuria atau komplikasi

lain, penderita harus dirawat dan ditangani sebagai kasus gagal ginjal akut. Bila

terjadi retensi urin segera dilakukan kateterisasi urin, kemudian buli-buli dibilas

dengan larutan sodium bikarbonat 1,5 %. Tindakan ini perlu segera dilakukan

sebelum atau bersamaan dengan pemberian infus cairan. Pada penderita oliguria

diberikan campuran larutan glukosa 5% dengan garam fisiologis (NaCL 0,9%)

dengan perbandingan 3:1, tetapi pada kasus anuria sebaiknnya diberikan larutan

glukosa 5-10% dengan jumlah cairan seperti pada penatalaksanaan gagal ginjal

akut. Sodium bikarbonat diberikan 2-5 mEq/kgBB. Tetapi sebaiknya disesuaikan

dengan hasil analisa gas darah. Diuretik dapat diberikan misalnya denga

furosemid 1-2 mg/kgBB/ hari. Dengan penanganan seperti diatas, sebagian besar

kasus dapat ditangani dengan baik. Bila cara tersebut belum berhasil atau terdapat

tanda-tanda perburukan klinis maka tindakan dialisis perlu segera dilakukan.

Biasanya dipilih dialisis peritoneal karena lebih mudah dan praktis pada anak. 9,10

7
2.7 PENCEGAHAN
Mencegah terjadinya keracunan dengan melarang penggermnarnya

memakan buah jengkol sangat sulit bahkan mustahil dapat berhasil. Tidak mudah

mengubah kebiasaan makan seseorang. Anjuran utnuk mengolah(memasak, dibuat

kripik, dogoreng dan sebagainya) mungkin tidak banyak manfaatnya. Cara

memasak atau mengolah jengkolbukan merupakan faktor yang menentukan dalam

hal terjadinya keracunan jengkol. Sebaiknya dianjurkan kepada penggemar

jengkol agar minum banyak atau minum air soda/tablet sodium bikarbonat sehabis

makan jengkol.

2.8 PROGNOSA

Prognosis pada umumnya baik, penderita hanya memerluka n perawatan

beberapa hari. Motalitas dilaporkan sebesar 6%. Alatas dkk. melaporkan hanya

seorang penderita meninggal diantara 14 penderita gagal ginjal akut akibat

keracunan jengkol, sedangkan sekarwana dan singadipoera melaporkan bahwa

keenam penderita keracunan jengkol dengan komplikasi gagal ginjal akut yang

ditanganinya semuanya dapat sembuh. 10,11

Anda mungkin juga menyukai