1. Asam Jengkolat
1.1 Buah Jengkol
Buah jengkol pithecolobium lobatum syn. Pithecolobium jiringa
Asam jengkolat relatif mudah dan cepat diabsorpsi oleh usus halus,
2-3- jam berikutnya sudah ditemukan pada urin penderita dengan bentuk yang tidak
berubah, dan dalam jumlah yang besar.
Ini menunjukkan efisiensi penyerapan yang tinggi dari usus, dan ginjal
terkesan sebagai alat ekskresi utama bagi asam jengkolat, dan bahan ini tidak
mengalami metabolisme berarti dalam hati.
Di dalam darah, asam jengkolat ditransportasikan dalam bentuk ikatan
longgar dengan albumin sehingga dengan mudah dilepaskan oleh albumin dan
lolos dari saringan glomerulus.
Asam jengkolat mampu merembes ke jaringan sekitar (imbibisi), sehingga pada
beberapa kasus keracunan jengkol yang disertai sumbatan di uretra, asam ini keluar ke
jaringan sekitar (ekstravasasi) bersama dengan air kemih dan tertimbun di jaringan
tersebut sehingga terbentuk infiltrat air kemih yang mengandung kristal asam jengkolat
pada penis, skrotum dan di daerah suprapubis.
1
Jumlah buah yang dimakan juga bervariasi untuk menimbulkan keracunan yaitu
antara 1-10 buah jengkol.
Laporan kasus oleh Bunawan et al. (2014), sindrom jengkolisme muncul 2-12 jam
paska mengkonsumsi jengkol.
Mathew & George (2011) mengungkapkan bahwa jengkol merupakan penyebab
utama dari Gagal ginjal akut akibat bahan makanan yang terjadi di Asia Tenggara.
Karbon disulfida yang terkandung dalam asam jengkolat merupakan zat yang bersifat
nefrotoksik sehingga berbahaya bagi ginjal.
Karbon disulfida menyebabkan nekrosis pada tubulus dan glomerulus ginjal.
Patogenesis terjadinya Gagal ginjal akut akibat jengkol sampai saat ini masih belum
diketahui secara menyeluruh. Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan
dengan interaksi host dan agent. Beberapa studi memberikan pendapat bahwa
kerusakan ginjal yang terjadi akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung
asam jengkolat terhadap parenkim ginjal, endapan metabolik jengkol, spasme ureter,
atau adanya obstuksi saluran kemih oleh kristal jengkolat (urolitiasis jengkolat).
Hipersensitivitas terhadap salah satu komponen dalam jengkol diduga berperan penting
dalam etiologi jengkolisme sehingga senyawa tersebut bisa bersifat nefrotoksik bagi
host.
Gambar 2.
Bentuk kristal
asam jengkolat
(Oen dkk, 1972)
2
nefrotoksik menimbulkan masalah awal melalui kerusakan jaringan, maka rasa
pegal akan mengawali keluhan.
e. Perubahan pH urin
Buah jengkol mampu menimbulkan urin yang sangat asam, walaupun asam
jengkolat bersifat amfoter dan merupakan asam lemah. Oen dkk (1972) mendapat
hasil pH 5-5,5 pada urin penderita keracunan dan orang percobaan yang
ditelitinya. Adanya kristal dalam urin, dan dengan pH isoelektrik 5,5 dari asam
jengkolat, mengajak berpikir ada saat dimana pH di bagian ginjal tertentu telah
mencapai pH 5,5, bahkan bisa lebih rendah lagi.Urin manusia memiliki pH
berkisar 4,5-8,0 dan berfluktuasi sesuai dengan kondisinya. Darah arteri memiliki
pH 7,40, dengan kisaran plus minus 0,05.Diatas 7,45 sudah terjadi alkalosis,
sedang di bawah 7,40 sudah terjadi asidosis. Untuk mempertahankan pH darah
dengan kisaran sempit ini, tubuh dilengkapi oleh berbagai sistem sistem dapar
(buffer). Ginjal juga mengemban tugas ini sebagai lini ketiga, dengan mangatur
ekskresi ion H+, ion HCO3- dan NH3 (amonia).Oen dkk (1972) mencatat pH urin
berkisar pada 5,0-5,5, suatu pH yang sangat asam, sehingga patut diduga telah
terjadi suatu masalah pada tubuh, sehingga ginjal terpacu kuat untuk
mengeluarkan banyak asam ke dalam lumen saluran kemih.Secara fisiologis
tubuh akan memakai ginjal untuk membantu membuang kelebihan asam dalam
tubuh, bila lini pertama (dapar kimiawi) dan lini kedua (dapar respirasi)
mengalami kesulitan dalam mempertahankan pH tubuh agar tetap diatas pH 7,35
(pH terendah tubuh). Ini mengindikasikan bahwa ginjal telah memperoleh sinyal
adanya kelebihan asam, baik ekstrasel maupun intrasel, sehingga segera bekerja
membuang kelebihan beban asam dalam tubuh, apapun penyebabnya.
f. Munculnya Anuria
3. Kriteria Diagnostik
6. Penatalaksanaan Jengkolisme
Reimann & Sukaton (1956) melaporkan bahwa pasien dengan jengkolisme sebagian besar
memerlukan tindakan suportif selama 3 hari. Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi
spesifik selain kontrol nyeri dan hidrasi (banyak minum). Jengkolisme berat dengan gejala
anuria dan diduga mengalami GGA memerlukan analgesik, hidrasi cepat, dan alkalinisasi urin
menggunakan sodium bikarbonat sebagai antidotum untuk meningkatkan kelarutan kristal
asam jengkolat. Dosis yang dapat diberikan 0,5 – 2 gram 4x/hari secara oral pada anak-anak
dan 4x2 gram hari pada orang dewasa.Namun, apabila tidak didapatkan sodium bikarbonat,
terapi dapat diganti menggunakan minuman berkarbonasi.Dalam kondisi keracunan penting
untuk pemantauan ketat status cairan dan elektrolit pasien karena kondisi pasien dapat
memburuk secara tiba-tiba dan berat. Bila telah terjadi gagal ginjal akut atau komplikasi dari
4
gagal ginjal akut maka berikan terapi sesuai gagal ginjal akut atau komplikasi yang muncul,
tidak ada antidotum yang spesifik. Seperti tabel dibawah ini:
Terapi konservatif yang dilakukan pada jengkolisme berat dengan anuria terkadang tidak
berespon secara maksimal sehingga memerlukan tindakan operasi. Laporan kasus yang
dilakukan oleh Wong et al. bahwa obstruksi pada saluran kemih akibat endapan metabolik dan
kalkuli dari kristal jengkolat perlu dilakukan irigasi uretra, kateterisasi, atau pemasangan stent
dan bypass untuk mengurangi obstruksi.Pencegahan kejadian jengkolisme sulit dilakukan
karena kejadian dan pola kerentanan individu terhadap asam jengkolat yang berbeda.
Insidensinya sangat langka. Sindrom jengkolisme sangat beragam, bahkan tidak tergantung
dari prosedur pengolahannya. Tidak semua individu dapat terkena jengkolisme dengan
memakan olahan jengkol dengan prosedur pengolahan yang sama. Kerentanan individu
terhadap GGA juga tidak tergantung dari frekuensi konsumsinya.
Namun demikian, untuk meminimalisir terjadinya keracunan akibat mengkonsumsi
jengkol, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
- Hindari mengkonsumsi jengkol pada saat perut kosong (sebelum makan) dan/atau
jangan disertai makanan/ minuman lain yang besifat asam.
- Hindari mengkonsumsi jengkol dalam keadaan mentah. Sebaiknya jengkol dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi agar kandungan asam jengkolatnya dapat
berkurang. Jengkol mentah mengandung asam jengkolat lebih banyak daripada jengkol
yang sudah dimasak.
- Biji jengkol dapat dipendam dahulu di dalam tanah sebelum dimasak agar kandungan
asam jengkolatnya dapat berkurang.
- Jangan mengkonsumsi jengkol secara berlebihan, terutama bagi individu yang
mengalami gangguan ginjal.
5
6