Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

INTOKSIKASI ASAM JENGKOLAT

1. Asam Jengkolat
1.1 Buah Jengkol
Buah jengkol  pithecolobium lobatum syn. Pithecolobium jiringa

1.2 Kandungan Zat Dalam Biji Jengkol


Biji jengkol mengandung nutrisi antara lain karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin
B, fosfor, kalsium, dan besi.
Selain kandungan nutrisi tersebut terdapat kandungan senyawa dalam jengkol yang
berisiko dapat menimbulkan keracunan yaitu asam jengkolat.
Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-methylene bicysteine)  senyawa sejenis
asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur (menyebabkan asam jengkolat
dapat menghasilkan bau yang kurang sedap).

Gambar 1. Struktur asam jengkolat

Asam jengkolat relatif mudah dan cepat diabsorpsi oleh usus halus,
2-3- jam berikutnya sudah ditemukan pada urin penderita dengan bentuk yang tidak
berubah, dan dalam jumlah yang besar.
Ini menunjukkan efisiensi penyerapan yang tinggi dari usus, dan ginjal
terkesan sebagai alat ekskresi utama bagi asam jengkolat, dan bahan ini tidak
mengalami metabolisme berarti dalam hati.
Di dalam darah, asam jengkolat ditransportasikan dalam bentuk ikatan
longgar dengan albumin sehingga dengan mudah dilepaskan oleh albumin dan
lolos dari saringan glomerulus.
Asam jengkolat mampu merembes ke jaringan sekitar (imbibisi), sehingga pada
beberapa kasus keracunan jengkol yang disertai sumbatan di uretra, asam ini keluar ke
jaringan sekitar (ekstravasasi) bersama dengan air kemih dan tertimbun di jaringan
tersebut sehingga terbentuk infiltrat air kemih yang mengandung kristal asam jengkolat
pada penis, skrotum dan di daerah suprapubis.

2.2 Farmakodinamik Asam Jengkolat dan Patogenesa Jengkolisme


faktor utama penyebab kejadian keracunan akibat jengkol tergantung pada daya
tahan tubuh seseorang, dalam hal ini kondisi lambungnya, jumlah jengkol yang
dikonsumsi, atau cara memasaknya.
Seseorang yang mengkonsumsi jengkol dalam kondisi lambung yang asam akan
lebih berisiko mengalami keracunan.

1
Jumlah buah yang dimakan juga bervariasi untuk menimbulkan keracunan yaitu
antara 1-10 buah jengkol.
Laporan kasus oleh Bunawan et al. (2014), sindrom jengkolisme muncul 2-12 jam
paska mengkonsumsi jengkol.
Mathew & George (2011) mengungkapkan bahwa jengkol merupakan penyebab
utama dari Gagal ginjal akut akibat bahan makanan yang terjadi di Asia Tenggara.
Karbon disulfida yang terkandung dalam asam jengkolat merupakan zat yang bersifat
nefrotoksik sehingga berbahaya bagi ginjal.
Karbon disulfida menyebabkan nekrosis pada tubulus dan glomerulus ginjal.

Patogenesis terjadinya Gagal ginjal akut akibat jengkol sampai saat ini masih belum
diketahui secara menyeluruh. Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan
dengan interaksi host dan agent. Beberapa studi memberikan pendapat bahwa
kerusakan ginjal yang terjadi akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis langsung
asam jengkolat terhadap parenkim ginjal, endapan metabolik jengkol, spasme ureter,
atau adanya obstuksi saluran kemih oleh kristal jengkolat (urolitiasis jengkolat).
Hipersensitivitas terhadap salah satu komponen dalam jengkol diduga berperan penting
dalam etiologi jengkolisme sehingga senyawa tersebut bisa bersifat nefrotoksik bagi
host.

Gambar 2.
Bentuk kristal
asam jengkolat
(Oen dkk, 1972)

c. Hematuria Pada Keracunan Jengkol


Salah satu gejala pada keracunan jengkol adalah hematuria, dan selama ini
diyakini ditimbulkan oleh tajamnya kristal yang menggores dinding sistem
perkemihan.

d. Keluhan Nyeri Pinggang


Salah satu keluhan yang menonjol adalah nyeri pinggang, baik yang disebut kolik
maupun sakit pinggang. Untuk rasa nyeri ini, kolik akan lebih dominan bila ada
sumbatan pada ureter, dan rasa pegal akan lebih dominan bila reseptor nyeri pada
kapsul ginjal terangsang. Perlu dicatat disini bahwa frekuensi kolik dan pegal
terjadi sama banyak pada penderita yang dirawat.
Bila asam jengkolat mebimbulkan masalah awal melalui pembentukan kristal
yang menyumbat ureter, kolik akan mengawali segala keluhan. Bila bahan

2
nefrotoksik menimbulkan masalah awal melalui kerusakan jaringan, maka rasa
pegal akan mengawali keluhan.

e. Perubahan pH urin
Buah jengkol mampu menimbulkan urin yang sangat asam, walaupun asam
jengkolat bersifat amfoter dan merupakan asam lemah. Oen dkk (1972) mendapat
hasil pH 5-5,5 pada urin penderita keracunan dan orang percobaan yang
ditelitinya. Adanya kristal dalam urin, dan dengan pH isoelektrik 5,5 dari asam
jengkolat, mengajak berpikir ada saat dimana pH di bagian ginjal tertentu telah
mencapai pH 5,5, bahkan bisa lebih rendah lagi.Urin manusia memiliki pH
berkisar 4,5-8,0 dan berfluktuasi sesuai dengan kondisinya. Darah arteri memiliki
pH 7,40, dengan kisaran plus minus 0,05.Diatas 7,45 sudah terjadi alkalosis,
sedang di bawah 7,40 sudah terjadi asidosis. Untuk mempertahankan pH darah
dengan kisaran sempit ini, tubuh dilengkapi oleh berbagai sistem sistem dapar
(buffer). Ginjal juga mengemban tugas ini sebagai lini ketiga, dengan mangatur
ekskresi ion H+, ion HCO3- dan NH3 (amonia).Oen dkk (1972) mencatat pH urin
berkisar pada 5,0-5,5, suatu pH yang sangat asam, sehingga patut diduga telah
terjadi suatu masalah pada tubuh, sehingga ginjal terpacu kuat untuk
mengeluarkan banyak asam ke dalam lumen saluran kemih.Secara fisiologis
tubuh akan memakai ginjal untuk membantu membuang kelebihan asam dalam
tubuh, bila lini pertama (dapar kimiawi) dan lini kedua (dapar respirasi)
mengalami kesulitan dalam mempertahankan pH tubuh agar tetap diatas pH 7,35
(pH terendah tubuh). Ini mengindikasikan bahwa ginjal telah memperoleh sinyal
adanya kelebihan asam, baik ekstrasel maupun intrasel, sehingga segera bekerja
membuang kelebihan beban asam dalam tubuh, apapun penyebabnya.

f. Munculnya Anuria

3. Kriteria Diagnostik

4. Gejala dan Tanda Jengkolisme


Sindrom jengkolisme secara dominan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita
dengan rasio 7:1. Insidensi jengkolisme meningkat pada bulan September sampai dengan
Januari saat pohon jengkol berbuah. Sindrom yang terjadi tidak serta merta muncul sesaat
setelah mengkonsumsi jengkol. Sindrom jengkolisme muncul 2-12 jam paska mengkonsumsi
jengkol. Gejala yang muncul lebih banyak terjadi pada sistem nefrourologi.
Bunawan et al. (2014) telah membuat laporan kasus pasien penderita jengkolisme. Gejala
jengkolisme muncul 2-12 jam paska konsumsi biji jengkol berupa nyeri kostovertebrae (flank
pain), spasme vesika urinari (VU), disuria, kolik, flatulen, muntah, dan gangguan
gastrointestinal berupa diare atau konstipasi.Dimana bila dipersenkan, gejala-gejala dominan
yang muncul adalah nyeri kolik abdomen 70%, disuria 66%, oligouria 59%, hematuria55%dan
hipertensi 36%.
Urin penderita pada awalnya akan berwarna putih seperti susu yang kemudian menjadi
merah akibat hematuri. Hasil urinalisis didapatkan albumin, sel epitel, cast, eritrosit, dan
terkadang ditemui kristal jengkolat yang berbentuk seperti jarum. Pembentukan kristal
jengkolat dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH) dimana asam jengkolat akan mengkristal
pada suasana asam.
Jengkolisme memiliki 2 gambaran klinis berupa: 1) gejala ringan berupa nyeri dan
hematuria akibat obstruksi ureter oleh kristal jengkolat (ureterolitiasis) dan 2) gejala yang berat
3
berupa hipertensi, oligouria, dan azotemia walaupun jarang. Jengkolisme dan anuria mampu
menyebabkan kematian walaupun kasusnya jarang. Pemeriksaan laboratorium pada anuria
digunakan untuk mendukung gagal ginjal akut. Diagnosis klinis berupa flank pain, mual,
muntal, dan hematuria yang nyata terjadi karena adanya obstruksi di ureter maupun uretra.
Kristal melukai jaringan ginjal sehingga menyebabkan perdarahan. Endapan metabolik juga
mampu menyebabkan obstruksi uretra sehingga menyulitkan pemasangan kateter.
Kejadian jengkolisme pada anak jarang terjadi. Studi kasus oleh Vachvanichsanong & Lebel
(1997) pada pasien anak yang menderita jengkolisme, sindrom ini terjadi setelah anak tersebut
mengkonsumsi jengkol 4 kali.Penderita jengkolisme dapat mengalami gangguan elektrolit dan
asidosis. Urin dan nafas penderita yang berbau sulfur juga bisa menjadi diagnosis presumtif
terjadinya intoksikasi asam jengkolat.

5. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang


Pada jengkolisme dapat dilakukan laboratorium rutin dan pemeriksaan penunjang berupa
Faal ginjal (kadar ureum, kreatinin), urinalisa (untuk menentukan kadar eritrosit dalam urine),
pemeriksaan urin dan sedimen (Untuk menentukan PH urin dan ada atau tidaknya kristal asam
jengkol), histopatologi ginjal, radiologi (foto polos abdomen, BNO) dan USG
Abdomen.Parameter untuk menyatakan bahwa seseorang keracunan jengkol dapat dinilai dari
pemeriksaan urin. 1). Terjadinya hematuria mikroskopik atau makroskopik dan 2). Terdapat
kristal asam jengkolat dalam urin. yang diperiksa melalui pemeriksaan mikroskopik
pembesaran 10 x 45. Kristal masih dapat ditemukan bila contoh urin segar kita ambil, tetapi
beberapa lama kemudian kristal akan menghilang bila urin disimpan lama. Khusus untuk butir
eritrosit, bila ditemukan eritrosit dalam urin, dilakukan pemeriksaan mikroskopik lanjutan
memakai fase kontras. Biasanya ditemukan bentuk eritrosit yang isomorfik. Selain itu dari urin
juga dapat dinilai Warna dan kekeruhan urin yang dilihat secara kasat mata, bau dengan
menciumnya dan menentukan pH dengan kertas lakmus Merck pH 0 - 14.
Pada pemeriksaan faal ginjal dapat ditemukan kadar kreatinin yang normal atau dapat juga
meningkat. Untuk mengetahui adanya obstruksi akibat spasme atau kelainan pada sistem
saluran kemih dapat dibuktikan dengan penunjang radiologis seperti foto polos abdomen atau
BNO.Pada pemeriksaan USG abdomen dapat ditemukan adanya hidronefrosis
ginjal.Pemeriksaan histiopatologis (biopsi) ginjal dan saluran kemih dapat ditemukan adanya
hiperemi pada ginjal dan hemoragi pada uretra.Sagasothy dkk (1995) tidak menemukan adanya
kerusakan pada glomerulus namun terjadi nekrosis yang luas pada tubulus. Pemeriksaan biopsi
ginjal oleh Alatas (1994), menemukan adanya kerusakan epitel pada tubulus daerah proksimal.
Namun, biopsi masih diperdebatkan penggunaanya karena pasien jengkolisme biasanya datang
dengan kondisi akut.

6. Penatalaksanaan Jengkolisme
Reimann & Sukaton (1956) melaporkan bahwa pasien dengan jengkolisme sebagian besar
memerlukan tindakan suportif selama 3 hari. Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi
spesifik selain kontrol nyeri dan hidrasi (banyak minum). Jengkolisme berat dengan gejala
anuria dan diduga mengalami GGA memerlukan analgesik, hidrasi cepat, dan alkalinisasi urin
menggunakan sodium bikarbonat sebagai antidotum untuk meningkatkan kelarutan kristal
asam jengkolat. Dosis yang dapat diberikan 0,5 – 2 gram 4x/hari secara oral pada anak-anak
dan 4x2 gram hari pada orang dewasa.Namun, apabila tidak didapatkan sodium bikarbonat,
terapi dapat diganti menggunakan minuman berkarbonasi.Dalam kondisi keracunan penting
untuk pemantauan ketat status cairan dan elektrolit pasien karena kondisi pasien dapat
memburuk secara tiba-tiba dan berat. Bila telah terjadi gagal ginjal akut atau komplikasi dari
4
gagal ginjal akut maka berikan terapi sesuai gagal ginjal akut atau komplikasi yang muncul,
tidak ada antidotum yang spesifik. Seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2. Pengobatan Suportif pada Gagal Ginjal Akut

Terapi konservatif yang dilakukan pada jengkolisme berat dengan anuria terkadang tidak
berespon secara maksimal sehingga memerlukan tindakan operasi. Laporan kasus yang
dilakukan oleh Wong et al. bahwa obstruksi pada saluran kemih akibat endapan metabolik dan
kalkuli dari kristal jengkolat perlu dilakukan irigasi uretra, kateterisasi, atau pemasangan stent
dan bypass untuk mengurangi obstruksi.Pencegahan kejadian jengkolisme sulit dilakukan
karena kejadian dan pola kerentanan individu terhadap asam jengkolat yang berbeda.
Insidensinya sangat langka. Sindrom jengkolisme sangat beragam, bahkan tidak tergantung
dari prosedur pengolahannya. Tidak semua individu dapat terkena jengkolisme dengan
memakan olahan jengkol dengan prosedur pengolahan yang sama. Kerentanan individu
terhadap GGA juga tidak tergantung dari frekuensi konsumsinya.
Namun demikian, untuk meminimalisir terjadinya keracunan akibat mengkonsumsi
jengkol, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
- Hindari mengkonsumsi jengkol pada saat perut kosong (sebelum makan) dan/atau
jangan disertai makanan/ minuman lain yang besifat asam.
- Hindari mengkonsumsi jengkol dalam keadaan mentah. Sebaiknya jengkol dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi agar kandungan asam jengkolatnya dapat
berkurang. Jengkol mentah mengandung asam jengkolat lebih banyak daripada jengkol
yang sudah dimasak.
- Biji jengkol dapat dipendam dahulu di dalam tanah sebelum dimasak agar kandungan
asam jengkolatnya dapat berkurang.
- Jangan mengkonsumsi jengkol secara berlebihan, terutama bagi individu yang
mengalami gangguan ginjal.

5
6

Anda mungkin juga menyukai