Anda di halaman 1dari 3

Etiologi

Varicella zoster virus (VZV) adalah herpesvirus yang merupakan penyebab dari 2 penyakit
berbeda yaitu varicella (juga dikenal cacar air) dan herpes zoster (juga dikenal sebagai shingles/cacar
ular/cacar api/dompo). Varicella zoster merupakan anggota dari keluarga Herpesviridae, seperti
Herpes Simplex Virus (HSV tipe 1 dan 2) Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr virus (EBV), Human
Herpes Virus 6 (HHV-6), Human Herpes Virus 7 (HHV-7), dan Human Herpes Virus 8 (HHV-8)
(Erdina,2014).

Gambar 6… Morfologi dan struktur virus Varicella zoster


Virus Varicella zoster adalah virus DNA, α-herpesvirus dengan besar genom 125.000 bp,
berselubung/berenvelop, dan berdiameter 80120 nm (Gambar 6…). Virus mengkode kurang lebih 7080
protein, salah satunya enzim thymidine kinase yang rentan terhadap obat antivirus karena
memfosforilasi acyclovir sehingga dapat menghambat replikasi DNA virus. Virus menginfeksi sel
human diploid, sel limfosit T teraktivasi, sel epitel dan sel epidermal in vivo untuk replikasi produktif,
serta sel neuron. Virus Varicella zoster dapat membentuk sel sinsitia dan menyebar secara langsung
dari sel ke sel (Erdina,2014).

Faktor Resiko
Faktorfaktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit Herpes Zoster dan reaktivasi virus
Varicella Zoster adalah (Erdina,2014) :
1. Pajanan Varicella zoster sebelumnya (cacar air, vaksinasi)
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung.
Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses
penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan keatas
gelembung/lepuh yang pecah. Seseorang yang telah mengalami cacar air kemudian sembuh,
VZV akan menetap laten di ganglion saraf dorsalis, infeksi ini akan menimbulkan kekebalan
seluler. Namun, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuh melainkan bersembunyi
didalam sel ganglion dorsalis system saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (imun)
melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk herpes zoster dimana gejala yang
ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah
mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella zoster maka tidak langsung mengalami
penyakit herpes akan tetapi mengalami cacar air telebih dahulu (Erdina,2014).
2. Usia lebih dari 50 tahun
Immunosenescence merupakan suatu proses kompleks yang ditandai dengan
penurunan fungsi sistem imun seseorang seiring dengan bertambahnya usia. Menurunnya
imunitas seluler spesifik terhadap Varicella zoster juga menyebabkan meningkatnya insidensi
nyeri prodromal, meningkatnya keparahan Herpes Zoster dan peningkatan insiden NPH atau
Neuralgia Post Herpes (Erdina,2014).
3. Keadaan imunokompromais
Disfungsi imunitas seluler pada pasien immunokompromais merupakan pemicu Herpes Zoster
yang potensial. Pasien dengan supresi imun memiliki risiko 20-100 kali lebih besar dibanding
pasien imunokompeten (Lia, 2015). Sehingga insiden Herpes Zoster meningkat pada pasien-
pasien immunokompromais sebagai berikut:
- Gangguan limfoproliferati
- Kanker
- Pemberian kemoterapi
- Transplantasi organ dan sumsum tulang
- Defisiensi imunitas seluler
- Infeksi HIV
- Penyakit Hodgkin’s
- Limfoma nonHodgkin’s
- Leukemia
- Penyakit otoimun seperti sistemik lupus eritematosus
- Pemakaian obatobat immunosupresif
- Infeksi HIV/ AIDS merupakan penyebab terbanyak reaktivasi HZ. Pada penderita HIV
bisa terjadi serangan rekuren dari HZ (Erdina,2014). Pada penderita imunokompromais
dengan VZV infeksi /reaktivasi ditemukan keadaan sebagai berikut:
 Infeksi Varisela dengan penyebaran visceral
 Herpes Zoster dengan diseminasi kutan
 Herpes Zoster dengan diseminasi visceral dan kutan
 Reaktivasi penyebaran VZV infeksi dengan diseminasi Hematogenous
 Herpes Zoster yang persisten pada infeksi dermatom
 VZV infeksi kronik dikulit setelah penyebaran hematogenous.
4. Terapi steroid jangka panjang
Terapi steroid jangka panjang dapat menyebabkan imunoccompromised, karena obat
golongan steroid sifatya menekan imun, sehingga imun akan menurun. Apabila sistem imun
tubuh manusia maka hal itu akan menyebabkan tubuh seseorang tersebut mudah terinfeksi
VZV melalui droplet transmission atau menyebabkan reaktivasi VZV yang telah dorman di
gangion dorsalis (Lia, 2015).
5. Stres psikologis
Respon stres sebagai sarana untuk menanggapi ancaman atau perubahan kondisi
lingkungan melalui penyesuaian fisiologis, diarahkan untuk mempertahankan
homeostasis.Satu jalur di mana respons ini terjadi adalah aktivasi di otak aksis hipotalamus-
pituitari-adrenal oleh persepsi stres. Saat stres medula adrenal yang diatur oleh sistem saraf
simpatik untuk menginduksi perlawanan respon stres jangka pendek akan mengeluarkan
hormon Epinefrin (EPI) dan katekolamin. Pada respon stres jangka panjang akan diinduksi
oleh kortisol yang berikatan dengan reseptor glukokortikoid (GCR) untuk mengatur
metabolisme dan penekanan sistem kekebalan tubuh (Suniti,2018).
Reseptor hormon stres diekspresikan pada saraf sensosrik dan simpatik yaitu reseptor
adrenergik atau ARs untuk hormon epineprin serta reseptor glukokortikoid (GCR) untuk
hormon kortisol sedangkan yang dapat meningkatkan terjadinya replikasi VZV pada saraf
simpatiknya. Respon imunseluler mengurangi kemampuan tubuh mengontrol sistem imun.
Jalur sistem imun yang berkaitan dengan stres mencakup sistem saraf pusat (SSP), endokrin
dan sistem imun. Neurotransmitter dilepaskan oleh SSP yang distimulasi oleh stres, dapat
meningkatkan regulasi pelepasan hormon imun modulasi. Hormon endokrin
mempresentasikan peningkatan konsentrasi sitokin spesifik dan atau menekan aktivitas sel
sistem imun esensial. Molekul-molekul sinyal spesifik yang dikeluarkan pada fase stres akut
dan kronik antara lain epinephrine, Il-1, Il-6, Cyclic Adenosine Monophosphate (cAMP),
glukokortikoid dan prostaglandin sehingga berimplikasi terjadinya reaktivasi penyakit Herpes
zoster dan rekuren (Suniti, 2018).

Sumber :
Suniti, Riani Setiadhi. 2018. Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 Rekuren dengan Faktor Predisposisi
Stres Emosional. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad, vol.30, no. 3, hh. 207-214.
Ayuningati L K, Diah M I. 2015. Studi Retrospektif: Karakteristik Pasien Herpes Zoster. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, vol. 27, no. 3, hh.211.
Pusponegoro E H, Hanny N,et al. 2014. Buku Panduan Herpes Zoster Di Indonesia 2014. Jakarta:
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai