Anda di halaman 1dari 10

Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 1

Kasus GOUT Arthritis pada Pria Lansia dengan Hipertensi


Grade II

Fajar Dwi Primantoro Pasosoa, Meiliati Aminyotob


a
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia
b
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keodkteran, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Indonesia
Korespondensi : fajar.dwi14@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang : GOUT artritis merupakan penyakit progresif akibat deposisi
monosodium urat (MSU) di sendi, ginjal, dan jaringan ikat lainnya sebagai akibat
dari hiperurisemia yang berlangsung kronik. GOUT dapat berkembang menjadi
GOUT kronis, terbentuknya tofus, mengakibatkan gangguan fungsi ginjal, dan
penurunan kualitas hidup1. Kalimantan Timur memiliki prevalensi penyakit sendi
8,12% dari total seluruh Indonesia, jenis kelamin laki-laki, usia 65-74 tahun
memiliki insiden paling banyak terjadi penyakit sendi 2. Faktor risiko GOUT artritis
terkait penyakit penyerta, yaitu hipertensi, diabetes melitus, dan pada keadaan
lainnya obesitas, pola makan diet tinggi purin, minum alkohol 1,3. Kasus : pasien
laki-laki usia 57 tahun dengan GOUT artritis. Pasien tidak mengeluh keluhan
apapun. Pasien mengatakan bahwa 2 bulan sebelumnya pernah nyeri di bagian
lutut sebelah kanan paling lama 2 hari dan sedikit bengkak bersamaan dengan nyeri
di lutut. Pasien tidak rutin minum obat. Pasien memiliki riwayat hipertensi,
riwayat operasi batu ginjal, dan operasi prostat, pola makan diet tinggi purin dan
lemak, obesitas tingkat I serta kebiasaan minum alkohol. Penatalaksanaan :
Pasien diberikan Alopurinol 100 mg/hari, dan obat anti hipertensi golongan
Angiotensin Converting Enzym-Inhibitor (lisinopril 10 mg 1 kali sehari,
menghindari makanan tinggi purin dan lemak, olahraga teratur, mengurangi
konsumsi alkohol. Kesimpulan : berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang telah ditegakkan kasus GOUT artritis pada seorang laki-
laki usia 57 tahun, dengan hipertensi grade Idan Obesitas tingkat I. Terapi yang
diberikan Alopurinol 100 mg/hari 1 kali sehari, lisinopril 10 mg/hari 1 kali sehari
dan terapi non medikamentosa.
ABSTRACT
Background : GOUT arthritis is a progressive disease due to deposition of
monosodium urate (MSU) in joints, kidneys, and other connective tissues as a
result of chronic hyperuricemia. GOUT can develop into chronic GOUT, make an
formation of tofus, resulting in impaired of kidney function, and decreased quality
of life1. Prevalence GOUT in East Kalimantan is about 8,12% of the total
Indonesia, most gender in joint disease in male with range aged 65-74 years old2.
The risk factors for the incidence of joint disease are the presence of
comorbidities, exactly hypertension, diabetes mellitus, and related with obesity, a
high-purin and fat diet, and alcoholism1,3. Case : patient male, 57 years old with
GOUT arthritis. Patient did not has a complain. 2 months a go, patient had a pain in
the right knee for 2 days and was slighly swollen along with pain in the knee.
Kata Kunci : Patient does not regularly take the drugs for medication. Patient had a
Gout Artritis, hypertension, high-purin and fat diet, obesity frade I, and a habit of drinking
Usia Lanjut, alcohol. Management : patient are given allopurinol 100 mg/day once a day, and
Suku Toraja, antihypertension drugs class Angiotensin Converting Enzyme- Inhibitor Lisinopril
Hipertensi, 10 mg/day once a day, avoid high-purin and fat diet, regularly exercise, reduce
Obesitas, alcohol consumption. Conclusion : based on anamnesis, physycal examination,
Alkohol and other examintaion has confirmed a case of GOUT Arthritis in a man, 57 years
old, with Hypertension grade I and Obesity grade I. Medical treatment is
Alopurinol 100 mg/ day once a day, Lisinopril 10 mg/day once a day and non
medical treatment.
2020 JKKM – Jurnal Kedokteran Komunitas Mulawarman
Hak Cipta

1
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 2

I. PENDAHULUAN mengkonsumsi obat jika terdapat


GOUT artritis merupakan keluhan, sehingga pasien tidak
penyakit progresif akibat deposisi menghabiskan obat yang diberikan.
monosodium urat (MSU) di sendi, Keluhan lain tidak ada.
ginjal, dan jaringan ikat lainnya
Pasien sebelumnya
menyebabkan hiperurisemia yang
mengalami keluhan yang
berlangsung kronik1.
sama 1 tahun yang lalu.
Kalimantan Timur memiliki
Pasien memeriksakan asam
prevalensi penyakit sendi 8,12%,
urat 1 tahun yang lalu terukur
dengan kasus terbanyak pada jenis
8,3 mg/dl, dan pada
kelamin laki-laki, dan usia 65-74
pemeriksaan tanda vital
tahun2.
didapatkan 160/90 mmHg.
Faktor risiko GOUT artritis,
Riwayat hipertensi (+), dan
yaitu hipertensi, dan keadaan lainnya
obesitas. Pasien mendapat
obesitas, pola makan diet tinggi
penjelasan dari dokter
purin, minum alkohol1,3.
mengubah gaya hidup dengan
berolahraga, mengurangi
II. KASUS konsumsi garam 1 sendok teh

Tn. AP, 57 tahun, saat ini tidak ada setiap harinya, obat

keluhan. 2 bulan sebelumnya pasien alopurinol 100 mg/hari dan

pernah nyeri di bagian lutut kanan lisinopril 10 mg/hari.

selama 2 hari. Nyeri tumpul, terus- Fungsi keluarga mendapatkan


menerus, bertambah berat bila skor 10 (fungsi keluarga sehat) dari
beraktifitas atau kaki digerakkan atau penilaian APGAR Keluarga (Tabel
diangkat. Nyeri tidak menyebar ke 1). Perilaku hidup bersih dan sehat
bagian kaki atau persendian lain. yang diterapkan dalam keluarga
Keluhan lain berupa bengkak sudah cukup baik..
bersamaan dengan nyeri di lutut, Dalam menetapkan masalah
ketika ditekan konsistensi lunak, dan serta faktor yang mempengaruhi
terasa nyeri. Setelah minum obat digunakan konsep Mandala Of
keluhan tesebut hilang dalam 2-3 Health (Gambar 1). Diagnostik
hari. Namun, pasien hanya holistik ditegakkan pada Tabel 2 dan

2
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 3

skoring kemampuan penyelesaian masalah pada Tabel 3.

Tabel 1 APGAR Keluarga

Tabel 2 Analisa Aspek Diagnosis Holistik

3
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 4

Gambar 1 Mandala Of Health

Tabel 3 Skoring Kemampuan Penyelesaian masalah dalam Keluarga

4
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 5

III. Berdasarkan hasil penelitian


NHANES II menunjukkan bahwa
GOUT lebih banyak pada pria
dengan usia >40 tahun4. Sekitar 90%
dari metabolisme nukleotida adenin,
guanin, dan hipoxantin akan
digunakan kembali menjadi
adenosin monophospat (AMP),
inosine monophospat (IMP),
guanine monophospat (GMP), dan
Hipoxanthin Guanine Phosporybozyl
Transferase (HGRT)4. Proses
penuaan menyebabkan kualitas
hormon semakin menurun,
khususnya pada defisiensi enzim
HGRT yang menyebabkan purin
tidak dapat diubah menjadi
nukelotida purin. namun diubah oleh
xantin oksidase menjadi xantin dan
menjadi asam urat, sehingga
kandungan asam urat dalam darah
menjadi banyak. Jenis kelamin pria

PEMBAHASAN juga tidak memiliki kadar estrogen


membantu pembuangan asam urat
Studi kasus dilakukan pada
melalui urin3. Fungsi hormon
pasien Tn. AP usia 57 tahun
estrogen sebagai pelicin dinding
merupakan pasien dengan GOUT
endotel pembuluh darah dan
arthritis. GOUT artritis merupakan
memberi elastisitas pada pembuluh
penyakit metabolik peningkatan
darah, sehingga mencegah
kadar asam urat serum atau
penempelan atau pengendapan asam
hiperurisemia yang berlangsung
urat dalam darah4.
kronik, sehingga terjadi deposisi
kristal MSU di persendian1.

5
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 6

Pasien memiliki pola makan gotong royong yang tinggi, sehingga


diet tinggi lemak dan garam, masih di setiap perkumpulan atau
minum alkohol yang berisiko untuk pertemuan biasanya selalu
terjadi GOUT artritis kembali. Hasil disediakan minuman alkohol6.
penelitian WHO-ILAR Copcord Alkohol mengurangi
mengatakan bahwa di daerah pembuangan asam urat dalam urin,
Sulawesi selatan dan Manado sehingga asam urat meningkat, dan
memiliki hubungan GOUT dengan terjadi pengendapan di dalam ginjal,
pola konsumsi dan gaya hidup, dan persendian. Alkohol menjadi
diantaranya konsumsi makanan sumber purin dari pembentukan
tinggi purin dan minuman alkohol4. nukleotida adenin. ATP pecah
Purin merupakan senyawa membentuk AMP yang merupakan
basa organik yang menyusun asam prekursor asam urat. Konversi
nukleat dan termasuk kelompok alkohol menjadi asam laktat
asam amino yang merupakan unsur menyebabkan hambatan pengeluaran
pembentukan protein5. asam urat melalui mekanisme
Suku paling banyak inhibisi kompetitif oleh tubulus
menyebabkan GOUT artitis berturut- proksimal, sehingga memicu terjadi
turut di Indonesia, yaitu suku GOUT artritis6. Obstruksi tersebut
Manado, Toraja, dan Batak6. berlanjut menyebabkan penurunan
Masyarakat tersebut memiliki fungsi ginjal dan gagal ginjal7.
kebiasaan mengkonsumsi daging Metabolisme etanol menjadi acetyl-
merah (tinggi lemak), makanan CoA menjadi adenin nukleotida
tinggi purin, dan minum alkohol. meningkatkan terbentuknya AMP
Penelitian yang menyebutkan bahwa yang adalah pembentuk asam urat.
terdapat hubungan antara kebiasaan Ketidakpatuhan minum obat
minum alkohol dengan kejadian rutin pada GOUT diperkirakan
GOUT. Keberadaan alkohol yang sebanyak 17,2% di Indonesia.
mudah didapatkan, kebiasaan Tingkat kepatuhan terapi obat pada
mengkonsumsi alkohol , untuk pasien berkisar 37-64%8. Kurangnya
menghangatkan tubuh bagi peminum pengetahuan terhadap penggunaan
alkohol. Suku Toraja memilik jiwa obat mengakibatkan ketidakpahaman

6
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 7

pasien terhadap terapi, sehingga hiperurisemia. Obat aspirin dosis


menyebabkan ketidakpatuhan pasien rendah sebagai kardioprotektif juga
dalam mengkonsumsi obat. menyebakan peningkatan kadar asam
Kepatuhan pasien dalam pengobatan urat4.
kronis didapatkan hasil yang rendah. Pasien dalam keadaan
Pemahaman pasien dari regimen dan obesitas tingkat I. Penyakit GOUT
manfaatnya, efek samping yang lebh sering pada pasien dengan
potensial merupakan faktor obesitas, asupan yang masuk ke
ketidakpatuhan pasien selain sikap, tubuh juga mempengaruhi kadar
pengetahuan dan tindakan dari asam urat dalam darah3,5. Obesitas
pasien9. juga meningkatkan resistensi insulin
Pada pasien, memiliki sehingga meningkatkan reabsorpsi
riwayat penyakit hipertensi. asam urat pada ginjal melalui urate
Penelitian yang menyebutkan bahwa anion exchanger transporter-1
penyakit hipertensi, memiliki risiko (URAT-1) atau melalui sodium
terjadinya GOUT5,10. Adanya dependent anion co-transporter pada
substansi toksik lainnya dalam darah brush border pada membran ginjal
yang meningkatkan tonus pembuluh bagian tubulus proksimal. Resistensi
darah arteriol ginjal, dan insulin mengakibatkan gangguan
menyebabkan kelainan fosforilasi oksidatif sehingga kadar
mikrovaskular yang meningkatkan adenosin meningkat. Kemudian
endapan atau sintesis GOUT melalui terjadi retensi sodium, asam urat, dan
degradasi ATP menjadi adenin dan air oleh ginjal4.
xantin3,5. Konsumsi obat-obatan,
seperti diuretik memperparah IV. KESIMPULAN
terjadinya GOUT yang Berdasarkan anamnesis,
meningkatkan produksi urin, namun pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
memperparah fungsi ginjal untuk penunjang telah didiagnosa GOUT
membuang asam urat semakin artritis pada seorang laki-laki usia 57
menurun10. Obat diuretik tahun, dengan hipertensi grade I dan

meningkatkan reabsorpsi asam urat Obesitas tingkat I. Terapi yang diberikan


Alopurinol 100 mg/hari 1 kali sehari,
dalam ginjal, menyebabkan

7
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 8

lisinopril 10 mg/hari 1 kali sehari dan


terapi non medikamentosa.

V. DAFTAR PUSTAKA

1. Perhim
punan Reumatologi Indonesia.
(2018). Pedoman Diagnosis dan
Pengelolaan GOUT. Jakarta:
Perhimpunan Reumatologi
Indonesia.
2. RISKE
SDAS. (2018). Laporan Provinsi
Kalimantan TImur RISKESDAS
2018. Jakarta: Lembaga Penerbit
Badan Litbang Kesehatan 2019.
3. Afnuhazi, R. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian GOUT Pada Lansia. Jurnal Human Care, 34-41.
4. Widyanto, F. (2014). Artritis GOUT dan
Perkembangannya. E-journal UMM, 145-152.
5. Zahara, R. (2013). Artritis GOUT Metakarpal Dengan
Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat oleh Aktivitas Mekanik Pada Kepala
Keluarga dengan posisi Menggenggam Statis. Medula Unila, 67-76.
6. Bawiling, N., & Kumayas, M. (2017). Hubungan
Konsumsi Alkohol dengan Kejadian GOUT Artritis Pada Pria di Puskesmas
Motoling Kecamatan Motoling. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Manado, 61-71.
7. Krisyanella, Khasanah, H., Meinisasti, R., & Tutut, A.
(2019). Profil, kadar Asam Urat Pada Pengkonsumsi Minuman Tuak di Sengaran
Pati Kota Bengkulu. JNPH, 13-18.
8. Salsabila, N. (2017). Analisis Edukasi Dokter Mengenai
Pola Hidup PenderitaGOUT Dalam Upaya Penurunan Risiko Kambuhnya GOUT.
Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret, 1-6.
9. Suryasin. (2016). Pengaruh Tingkat Pengetahuan
Terhadap Kualitas Hidup dengan kepatuhan Penggunaan Obat sebagai Variabel
Antara pada Pasien GOUT Artritis di Depo Farmasi Rawat Jalan RS PKU
Muhammadiiyah Surakarta. Universitas Setia Budi, 1-88.
10. Wiraputra, I. (2017). GOUT Artritis. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, 1-40.
11. aputra, R., Wibisono, D., & Wahyudi, F. (2016).
Kejadian Batu Saluran Kemih pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Periode Januari 2013-Desmeber 2015 di RSUD dr. Kariadi Semarang. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 1650-1661.
Dharmawan, N., & Duarsa, G. (2018). Infeksi Saluran Kemih Berhubungan Dengan
Peningkatan Nilai Prostate Specific Antigen Pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia di
Rumah Sakit Sanglah. E-Journal Medika Udayana, 230-233

8
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis 9

12.

9
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada kasus GOUT Artritis

10

Anda mungkin juga menyukai