Anda di halaman 1dari 38

TATALAKSANA KEMATIAN

NARAPIDANA DI PENJARA

Noor Hijriyati S. (1910017060)


Sepriani Indriati A. (1910017054)
Sayyid M. Sahil Haikal (1910017068) Pembimbing : dr. Kristina Uli, Sp.FM
Soleha Adiphinastika P. (1910017057)
LATAR BELAKANG
•Penjara : pembatasan kebebasan seorang terpidana dengan memasukkannya ke
sebuah Rumah Tahanan Negara (Rutan) atau Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan
kewajiban mereka untuk menaati semua peraturan dan tata tertib yang berlaku
(Prayitno, 2006)
•Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, Nomor: M.01-PR.07.03 Tahun
1985  mengembalikan fungsi narapidana untuk menjadi seorang yang dapat hidup
secara normal sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
•Jika narapidana mengalami kekerasan selama di tahanan atau penjara maka bukti-
bukti tanda kekerasan disertai dengan data rekam medis kesehatan narapidana dapat
mempermudah ahli forensik untuk memberikan kesimpulan penyebab kematian.
KASUS

Guy Oprey seorang tahanan yang ditahan di HMP Frankland sejak tahun 1996.
Ia dihukum penjara seumur hidup masuk penjara dengan beberapa penyakit
yang sudah diderita sebelumnya, seperti COPD.
Tn. Oprey memiliki riwayat penyalahgunaan zat dan perokok & mendapatkan
pemeriksaan rutin dan pemantauan obat dari tenaga kesehatan pada sarana
tersebut.
Maret 2019, tenaga kesehatan menemukan adanya massa pada abdomen Tn.
Oprey. Mereka mengajukan surat rujukan karena mencurigai kemungkinan
kanker.
Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan, rumah sakit mengkonfirmasi bahwa
Tn. Oprey menderita kanker hati.
Tim kesehatan penjara melakukan monitoring terhadap Tn. Oprey.
Pada bulan Juli 2019, RS menyatakan bahwa kanker yang diderita oleh Tn.
Oprey tidak dapat dioperasi dan tidak dapat dilakukan kemoterapi. (hanya bisa
paliatif).
Pada 12 Agustus 2019, Tn. Oprey mengatakan bahwa ia merasakan nyeri
abdomen yang parah. Tn. Oprey kemudian dibawa ke Rumah Sakit Royal
Worcester dengan ambulan dan dirawat di rumah sakit tersebut
Kondisi Tn. Oprey semakin memburuk hingga ia meninggal pada
30 Agustus 2019 pukul 22.30 waktu setempat.
Dokter rumah sakit menyatakan kematiannya pada 31 Agustus
2019 pukul 00.25 waktu setempat.
Pemeriksaan post-mortem tidak dilakukan, petugas forensik
menerima penyebab kematian yang disampaikan oleh dokter
rumah sakit yaitu hepatocellular carcinoma, hepatitis B dan C,
serta COPD.
DEFINISI TAHANAN
Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam rumah tahanan.
Tahanan juga sering disebut dengan narapidana. Secara bahasa dalam KBBI arti
dari narapidana adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena telah
melakukan suatu tindak pidana.
Dalam KUHAP tercantum pada Pasal 1 ayat 32, terpidana adalah seseorang yang
dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

(Peraturan pemerintah RI nomor 58 tahun 1999)


DASAR HUKUM MENGENAI TAHANAN
PENJARA
(PERATURAN PEMERINTAH NO. 58
TAHUN 1999 )
1. Hak dan kewajiban perawat tahanan (pasal 3 dan 4)
a) Berwenang melakukan penerimaan, pendaftaran, penempatan dan pengeluaran tahanan.
b) Berwenang mengatur tata tertib dan pengamanan RUTAN/ Cabang RUTAN.
c) Berwenang melakukan pelayanan dan pengawasan.
d) Berwenang menjatuhkan dan memberikan hukuman disiplin bagi tahanan yang rnelanggar
peraturan tata tertib.
e) Bertugas melaksanakan program perawatan, menjaga agar tahanan tidak melarikan diri dan
membantu kelancaran proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan.
f) Wajib memperhatikan perlindungan terhadap hak asasi manusia, asas praduga tak
bersalah dan asas pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan dan
pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, terjaminnya hak tahanan
untuk tetap berhubungan dengan keluarganya atau orang tertentu, serta hak-hak lain
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
2. Hak seorang tahanan 3. Hak Tersangka Untuk Tidak Disiksa
a) Menghubungi dan didampingi penasihat
a) Hak untuk beribadah (pasal 11-13) hukum.
b) Hak perawatan jasmani dan rohani b) Segera diperiksa oleh penyidik setelah 1 hari
(pasal 14-19) ditahan.
c) Menghubungi dan menerima kunjungan pihak
c) Hak mendapat pendidikan dan
keluarga atau orang lain untuk kepentingan
pengajaran (pasal 20)
penangguhan penahanan atau usaha mendapat
d) Hak mendapat pelayanan kesehatan bantuan hukum.
dan makanan (pasal 21-33) d) Meminta atau mengajukan penangguhan
e) Hak untuk memberikan keluhan (pasal penahanan.
34) e) Menghubungi atau menerima kunjungan
dokter pribadinya untuk kepentingan
f) Hak mendapatkan bahan bacaan dan kesehatan.
siaran media massa (pasal 35-36) f) Menghubungi atau menerima kunjungan sanak
g) Hak untuk mendapatkan kunjungan keluarga.
(pasal 37-40) g) Mengirim surat atau menerima surat dari
penasehat hukum dan sanak keluarga.
h) Hak-hak lain seperti hak politik dan h) Menghubungi dan menerima kunjungan
keperdataan sesuai undang-undang rohaniawan.
yang berlaku (pasal 41)
i) Bebas dari rasa takut, paksaan dan tekanan.
PERAWATAN TAHANAN
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999)
Tujuan perawatan tahanan di RUTAN/ Cabang RUTAN atau LAPAS/ Cabang
LAPAS atau di tempat tertentu:
1. Memperlancar proses pemeriksaan baik pada tahap penyidikan maupun pada
tahap penuntutan dan pemeriksaan dimuka pengadilan.
2. Melindungi kepentingan masyarakat dari pengulangan tindak kejahatan yang
dilakukan oleh pelaku tindak pidana yang bersangkutan.
3. Melindungi pelaku tindak pidana dan ancaman yang mungkin akan dilakukan
oleh keluarga korban atau kelompok tertentu yaitu terkait dengan tindak pidana
yang dilakukan.
KETENTUAN UMUM PERAWATAN
TAHANAN
Pasal 1

1. Perawatan tahanan adalah proses pelayanan tahanan yang dilaksanakan mulai


dari penerimaan sampai dengan
2. Pengeluaran tahanan dari Rumah Tahanan Negara (RUTAN)
3. Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam RUTAN/
Cabang RUTAN.
4. Petugas RUTAN/ Cabang RUTAN adalah Petugas Pemasyarakatan yang diberi
tugas untuk melakukan perawatan
5. Tahanan di RUTAN/ Cabang RUTAN.
6. Menteri adalah Menteri yang lingkup, tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang Perawatan Tahanan.
KETENTUAN UMUM PERAWATAN
TAHANAN
Pasal 4 Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Kepala RUTAN/ Cabang RUTAN, Kepala dalam melaksanakan tugasnya wajib
LAPAS/ Cabang LAPAS dan pejabat yang memperhatikan:
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) beserta 1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia;
petugas RUTAN/ Cabang RUTAN, LAPAS/ 2. Asas praduga tak bersalah; dan
Cabang LAPAS dan tempat penahanan 3. Asas pengayoman, persamaan perlakuan dan
tertentu bertugas: pelayanan, pendidikan dan pembimbingan,
penghormatan harkat dan martabat manusia,
1. Melaksanakan program perawatan;
terjaminnya hak tahanan untuk tetap
2. Menjaga agar tahanan tidak melarikan diri; dan berhubungan dengan keluarganya atau orang
tertentu, serta hak-hak lain yang ditentukan
3. Membantu kelancaran proses penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan. dalam peraturan perundang-undangan
BAGIAN 1: PENERIMAAN

Pasal 5
Setiap penerimaan tahanan di RUTAN/ Cabang RUTAN, LAPAS/ Cabang LAPAS atau
tempat tertentu wajib:
1. Didaftar
2. Dilengkapi surat penahanan yang sah yang dikeluarkan oleh pejabat yang
bertanggung jawab secara yuridis atas tahanan yang bersangkutan sesuai dengan
tingkat pemeriksaan.
Penerimaan tahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku bagi tahanan sipil.
BAGIAN 2: PENDAFTARAN
Pasal 6
Pendaftaran meliputi:
1. Pencatatan
2. Surat perintah atau surat penetapan penahanan
Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a harus dilakukan dalam 3. Jati diri
buku register yang disediakan sesuai 4. Barang dan uang yang dibawa.
dengan tingkat pemeriksaannya.
5. Pemeriksaan kesehatan
6. Pembuatan pasphoto
7. Pengambilan sidik jari
8. Pembuatan Berita Acara Serah Terima Tahanan.
BAGIAN 3: PENEMPATAN
Pasal 7
Penempatan tahanan ditentukan berdasarkan penggolongan:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Jenis tindak pidana
4. Tingkat pemeriksaan perkara
5. Untuk kepentingan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan.
BAGIAN 4: TATA CARA
PENERIMAAN, PENDAFTARAN DAN
PENEMPATAN
Pasal 8
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerimaan, pendaftaran dan
penempatan tahanan di RUTAN/ Cabang RUTAN, LAPAS/ Cabang LAPAS
dan tempat tertentu diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
BAGIAN 5: PROGRAM PERAWATAN

Pasal 9
Perawatan tahanan meliputi perawatan jasmani dan rohani yang dilaksanakan
berdasarkan program perawatan.

Pasal 10
1. Program perawatan bagi tahanan harus sesuai dengan bakat, minat, dan bermanfaat
bagi tahanan dan masyarakat.
2. Program perawatan bagi tahanan dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) jam sehari.
3. Program perawatan tahanan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
BERAKHIRNYA MASA
PERAWATAN TAHANAN
Pasal 48
Perawatan tahanan berakhir karena: Tahanan yang telah berakhir masa
1. Adanya putusan hakim yang membebaskan perawatannya sebagaimana dimaksud
atau melepaskan terdakwa dari segala dalam ayat (1) wajib:
tuntutan hukum. 1. Dikeluarkan dari RUTAN/ Cabang
2. Adanya putusan hakim yang berkekuatan RUTAN atau LAPAS/ Cabang LAPAS.
hukum tetap dan terhadap terdakwa telah 2. Dicatat dalam buku register.
diaksekusi untuk menjalani pidana di
LAPAS. 3. Diambil sidik jarinya.
3. Masa penahanan habis atau perpanjangan
penahanannya telah habis.
4. Meninggal dunia.
Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b meliputi:
1. Putusan hakim yang membebaskan atau melepaskan terdakwa, putusan hakim
yang menjatuhkan pidana.
2. Terdakwa diperintahkan menjalani pidana, Keputusan Kepala RUTAN/ Cabang
RUTAN atau LAPAS/ Cabang LAPAS.
3. Yang membebaskan terdakwa atau surat keterangan kematian yang dibuat oleh
dokter.
4. Jati diri.
5. Berita acara
PENYEBAB KEMATIAN
TAHANAN DI PENJARA
HIV/AIDS
Penggunaan obat suntik tanpa ketersediaan jarum steril
1. Sakit Risiko hepatitis B/C  penggunaan bersama, tato, tindik
Hubungan seksual tak terlindungi; prostitusi, perkosaan
Akses kesehatan yang terbatas
Kurangnya keamanan peralatan medis

Kebanyakan negara di Eropa dan Asia Tengah, tingkat


infeksi HIV dikalangan orang yang di penjara lebih besar
dibandingkan dengan populasi umum
TUBERCULOSIS (TB)
Kelebihan kapasitas penjara
1. Sakit Tidak tersedianya layanan kesehatan yang layak
Penundaan pemberian layanan kesehatan
Terbatasnya mobilitas tahanan di dalam penjara

- Laju penularan TB MDR pada tahanan > populasi umum


- Epidemi TB di penjara sudah dilaporkan sejak tahun
1990-an
PENGGUNAAN OBAT-OBATAN
Injecting Drug User (IDU)  penularan HIV dan penyakit menular
1. Sakit lainnya
Terapi substitusi > terapi detoksifikasi
Terapi substitusi  pecandu heroin

Sebanyak 70-98% orang yang dipenjara akibat kejahatan yang


berhubungan dengan obat-obatan dan tidak mendapatkan tatalaksana akan
relaps dalam jangka waktu setahun setelah keluar dari penjara
KESEHATAN MENTAL
1. Sakit Over populasi, bullying, marginalisasi, stigma, diskriminasi
Gangguan kepribadian, gangguan psikotik

400.000/2.000.000 tahanan Eropa menderita gangguan mental


signifikan, dan lebih banyak lagi menderita gangguan mental
lainnya (cemas, depresi)
WOMEN’S HEATLH
Tahanan wanita membawa serta permasalahan yang kompleks  ancaman
kesehatan meningkat
1. Sakit
80% dari wanita di penjara memiliki gangguan mental yang dapat
teridentifikasi  PTSD (2/3), percobaan bunuh diri sebelum dipenjara
(1/10)
Tahanan wanita lebih cenderung untuk melukai diri sendiri dan mencoba
bunuh diri dibanding tahanan pria.

Sekitar 10.000 bayi dan anak di Eropa diperkirakan


terpengaruh akibat ibu mereka yang dipenjara
Resiko bunuh diri tahanan > populasi umum
2. Bunuh  Banyak korban bunuh diri adalah pelaku kejahatan tanpa kekerasan
Diri  Penangkapan dengan kekerasan dan hukuman penjara yang lama merupakan
stressor yang mungkin terjadi
Perkelahian, kekerasan benda tumpul dan tajam
Hampir seluruh penghuni lapas mengalami kekerasan, baik dalam bentuk
3. dibentak, dipukul, ditampar, disetrum, ataupun bentuk-bentuk kekerasan
Pembunuhan lainnya
Penyiksaan yang dilakukan menjadi faktor terjadinya pembunuhan di
dalam penjara
Sekelompok orang berkumpul bersama untuk melakukan tindak
kekerasan, biasanya sebagai tindak balas terhadap perlakuan yang
4. Kerusuhan dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu
Penyebab kerusuhan  kondisi hidup yang buruk, penindasan, serta
konflik
DASAR HUKUM PENANGANAN
KEMATIAN NARAPIDANA DI
TAHANAN
Prosedur penanganan kematian narapidana di dalam tahanan diatur oleh
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan tahanan, yaitu
pada paragraf 4 tentang Pelayanan Kesehatan dan Makanan, dalam pasal 25,
26 dan 27
PASAL 25
1) Dalam hal ada tahanan yang meninggal dunia karena sakit, maka Kepala
RUTAN/Cabang RUTAN atau LAPAS/Cabang LAPAS segera
memberitahukan kepada pejabat instansi yang menahan dan keluarga tahanan
yang meninggal, kemudian dimintakan surat keterangan kematian dari dokter
serta dibuatkan berita acara.
2) Apabila penyebab meninggalnya tidak wajar, maka Kepala RUTAN/Cabang
RUTAN atau LAPAS/Cabang LAPAS segera melapor kepada kepolisian
setempat guna penyelidikan dan penyelesaian visum et repertum dari dokter
yang berwenang dan memberitahukan kepada pejabat instansi yang menahan
serta keluarga dari tahanan yang meninggal.
PASAL 26
1) Jenazah tahanan yang tidak diambil keluarganya dalam waktu 2 x 24 (dua kali
dua puluh empat) jam sejak meninggal dunia, dan telah diberitahukan secara
layak kepada keluarga atau ahli warisnya, maka penguburannya dilaksanakan
oleh RUTAN/Cabang RUTAN atau LAPAS/Cabang LAPAS dengan dibuatkan
berita acara.
2) Pengurusan jenazah dan pemakamannya harus diselenggarakan secara layak
menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
3) Segala biaya pemakaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditanggung oleh
negara.
PASAL 27
1) Barang-barang milik tahanan yang meninggal dunia, harus segera diserahkan
kepada keluarga atau ahli warisnya dengan dibuatkan Berita Acara
Penyerahan.
2) Apabila barang-barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam
tenggang waktu 6 (enam) bulan tidak ada yang menerima, maka barang
tersebut menjadi milik negara atau dimusnahkan.
3) Dalam hal barang-barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mengandung bibit penyakit yang berbahaya, segera dimusnahkandengan
dibuat berita acara.
PENANGANAN
TAHANAN YANG
MENINGGAL DI
PENJARA
• Pemeriksaan sistematik post-mortem kepada semua tahanan yang meninggal atau
baru saja dibebaskan karena alasan apapun.
•Semua pemeriksaan post-mortem dilakukan oleh patologis forensik yang sesuai
dengan standar internasional.
•Apapun kasus kematian dalam tahanan:
a) Mintakan investigasi secara mandiri dan netral
b) Mintakan pemeriksaan autopsi yang dilakukan secara terpisah
c) Memberitahukan keluarga tentang hak mereka; yakinkan mereka untuk
melakukan pemeriksaan post-mortem
d) Hindari pemakaman dini terhadap jenazah
e) Yakinkan mereka untuk mengembalikan jenazah kepada keluarga.
f) Berkas pembuktian
•Pernyataan atau isu.
•Otorisasi untuk investigasi tempat tahanan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai