Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan jenazah hingga jenazah tersebut dikebumikan, pada umumnya
adalah sama. Tentu didahului mengetahui dulu identitas dan kelengkapan
tubuh jenaazah, dimadikan(dibersihkan), dibajukan atau dikafani, dan
selanjutnya didoakan lalu di kebumikan. Hanya saja, terdapat beberapa detail
yang beberapa detail yang berbeda menurut kepercayaan, agama, dan adat
kebudayaan masing-masing yang perlu kita ketahui sebagai tenaga medis
mengingat ada kemungkinan bahwa jenazah tersebut adalah pasien atau klien
kita, sehingga kita masih harus bertanggungjawab dan mendampingi keluarga
dalam perawatannya.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi kematian
2. Mengetahui dan memahami tujuan autopsy
3. Mengetahui dan memahami prinsip - prinsip autopsy
4. Mengetahui dan memahami prinsip etik dalam pelaksanaan autopsy
5. Mengetahui dan memahami aspek etik dan aspek legal donor organ
6. Mengetahui dan memahami perawatan jenazah agama kristen katolik
1.3 Manfaat
mahasiswa mampu melakukan perawatan jenazah khususnya dalam ajaran
agama Kristen Katolik

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kematian

Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi dan tekanan


darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, di tandai dengan
terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.

Terdapat beberapa definisi mengenai kematian sebagai berikut :

a. Mati klinis : henti nafas dan henti sirkulasi total dengan semua aktifitas
otak terhenti tetapi tidak irreversible
b. Mati biologis : proses nekrotisasi semua jaringan dimulai dengan neuron
otak yang mengalami nekrotik diikuti oleh jantung, ginjal, paru, hati yang
menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari
c. Mati sereblal (mati korteks) : nekrosis serebrum terutama neokorteks
d. Mati otak : mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa bagian otak yang
lainnya termasuk sereelum, otak tengah dan batang otak.

2.2 Tujuan Autopsy

Berdasarkan tujuannya autopsy terdiri dari tiga jenis yaitu :

a. Autopsy klinik : Dilakukan terhadap mayat sesorang yang diduga terjadi


akibat suatu penyakit.
Autopsy klinik bertujuan untuk :
1. Menentukan sebab kematian yang pasti
2. Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan
sesuai dengan diagnosis post mortem
3. Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan
diagnosis klinis dan gejala-gejala klinik
4. Menentukan efektifitas pengobatan
5. Mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit
6. Pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.

Autopsy klinik ini mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang
bersangkutan untuk mendapatkan hasil yang terbaik adalah melakukan otopsi
klinik yang lengkap. Meliputi pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut atau

2
panggul, serta melakukan pemeriksaan terhadap seluruh alat-alat dalam atau
organ.

b. Autopsy forensik atau autopsy medikolegal dilakukan terhadap mayat


seseorang berdasarkan peraturan undang-undang, dengan tujuan
membantu dalam hal penentuan identitas mayat. Menetukan sebab pasti
kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat
kematian, mengumpulkan serta mengenali benda – benda bukti untuk
penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan.
Membuat laporan tertulis yang obyektif dan berdasarkan fakta dalam
bentuk visum et repertum melindungi orang yang tidak bersalah dan
membantu dalam penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang
yang bersalah.

Untuk melakukan autopsy ini diperlukan suatu surat permintaan


pemeriksaan atau pembuatan visum et repertum dan yang berwenang
dalam hal ini pihak penyidik, keluarga tidak diperlukan bahkan apabila ada
seseorang yang menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik yang
bersangkutan dapat dituntut berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Dalam melakukan autopsi forensik mutlak diperlukan pemeriksaan yang
lengkap seringkali perlu pula dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya,
antar lain pemeriksaan toksikologi forensik, histopatologi forensik,
serologi forensik dan sebagainya.

c. Autopsy anatomi
Dilakukan untuk keperluan pendidikan mahasiswa fakultas kedokteran.
Bahan yang dipakai adalah mayat yang dikirim ke rumah sakit dan telah
disimpan selama 2x24 jam serta tidak ada ahli waris yang mengakuinya.

2.3 Prinsip – prinsip Autopsy

Prinsip – prinsip autopsi antara lain :

1. Ada surat penyerahan jenazah forensik, ditandai dengan serah-terima


barang bukti jenazah forensik
2. Ada surat permintaan sementara dari pihak penyidik untuk korban jenazah
forensik dengan atau dilampiri surat persetujuan keluarga untuk dilakukan

3
pemeriksaan luar saja atau pemeriksaan luar dan dalam, untuk
menghindari materai 6000,00 surat pernyataan dengan kode di kiri atas
“PRO JUSTISIA”
3. Ada surat permintaan visum et repertum definitif, dilampiri surat
pernyataan pihak keluarga untuk dilakukan pemeriksaan luar saja atau
pemeriksaan luar dan dalam setiap pemeriksaan jenazah forensik hanya
luar saja:
a. Diambil darah untuk golongan darah, deteksi alkohol dan narkoba (
untuk identifikasi )
b. Ditampung cairan dari hidung dan mulut bila ada praduga
keracunan
c. Diambil jaringan pada tempat luka untuk pemeriksaan patologi
anatomi, adanya tanda – tanda intravital
d. Diambil odontologi bila jenazah tidak dikenal

2.4 Prinsip Etik dalam Pelaksanaan Autopsy

prinsip etik dalam pelaksanaan autopsy yang pertama dibolehkan melakukan


autopsy terhadap mayat selama bertujuan salah satu dari hal berikut :

a. Kepastian tuduhan yang bersifat kriminal untuk mengetahui penyebab


kematian seseorang. Hal ini apabila hakim kesulitan untuk memastikan
penyebab kematian kecuali hanya dengan jalan otopsi saja.
b. Kepastian tentang penyebab suatu penyakit yang hanya bisa dibuktiksn
lewat otopsi. Demi untuk mendapatkan kejelasan penyakittersebut serta
menemukan obat penangkalnya.
c. Untuk pengajaran kedokteran dan pembelajarannya, yaitu seperti yang
dilakukan di fakultas – fakultas kedokteran.

Kedua, apabila otopsi kedokteran dan pembelajaran, maka harus mengacu kepada
hal – hal berikut :

a. Bila jasad tersebut milik orang yang diketahui identitasnya, maka


dibutuhkan ijinnya sebelum meninggal atau ijin dari keluarga ahli
warisnya. Dan tidak boleh mengotopsi orang yang darahnya terlindungi
kecuali dalam keadaan darurat.
b. Wajib melakukan otopsi dalam kadar yang minimal atas tidak merusak
jasad mayat.

4
c. Mayat wanita tidak boleh diotopsi kecuali hanya oleh dokter wanita juga,
kecuali bila memang sama sekali tidak ada dokter wanita.

Ketiga, wajib dalam segala keadaan untuk menguburkan kembali semua jasad
mayat yang telah diotopsi.

2.5 Aspek Etik dan Aspek Legal Donor Organ

2.5.1 Dalam aspek etik

Beberapa pihak yang ikut terlibat adalah donor hidup, jenazah dan donor
mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan pelaksana lain, dan masyarakat.

1. Donor hidup
Orang yang memberikan jaringan atau orga kepada orang lain.
Sebelum memutuskan untuk menjadi donor seseorang harus
mengetahui dan mengerti resiko yang akan dihadapi setelah
mendonorkan organnya.
2. Jenazah dan donor mati
Orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan utnuk
memberikan jaringan atau organnya kepada orang yang
memerlukan setelah ia meninggal dunia.
3. Keluarga donor dan ahli waris
Kesepakatan keluarga pendonor dan keluarga resipien sangat
diperlukan untuk menciptakan rasa saling pengertian untuk
menghindari konflik setelah dilakukannya transplantasi organ.
4. Resipien
Orang yang menerima jaringan atau organ orang lain
5. Dokter dan petugas lain
Dokter dan tim pelaksana harus mendapatkan persetujuan dari
donor, resipien, serta keluarga kedua belah pihak. Dokter dan tim
pelaksana wajib untuk menjelaskan hal – hal yang mungkin akan
terjadi setelah dilakukannya transplantasi organ.

6. Masyarakat
Pemuka masyarakat, pemuka agama diperlukan untuk mendidik
masyarakatnya agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur
dilakukannya transplantasi.

2.5.2 Dalam aspek hukum

5
Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981, tentang bedah mayat klinis dan
bedah mayat anatomis serta transplantasi alat jaringan tubuh manusia.
Pokok – pokok aturan tersebut adalah :
a. Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan – ketentuan sebagai dimaksud dalam
Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan
tertulis penderita dan atau keluarga yang terdekat setelah penderita
meninggal dunia.
b. Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan
transplantasi bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal
dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga terdekat.
c. Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh
manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang
bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi,
akibat – akibat dan kemungkinan – kemungkinan yang dapat
terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon
donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya artidari
pemberitahuan tersebut.
d. Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi
e. Pasal 17
Dilarang untuk memperjual – belikan alat atau jaringan tubuh
manusia.
f. Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia
dalam semua bentuk.

2.6 Perawatan Jenazah Agama Kristen Katolik

2.6.1 Cara Merawat Jenazah

Tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi keluarga sekaligus merawat


jenazah supaya tahan lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah.

6
1) Perlengkapan memandikan jenazah :
a. Air bersih secukupnya
b. Sabun mandi untuk membersihkan
c. Sarung tangan atau handuk untuk membersihkan kotoran – kotoran
d. Lidi atau sebagainya untuk membersihkan kuku
e. Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah
selesai dimandikan
2) Cara – cara memandikan jenazah :
a. Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah dapat
didudukkan di kursi bisa didudukan dikursi
b. Seandainya jenazah perempuan maka yang memandikan
perempuan demikian juga sebaliknya
c. Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup
d. Tutup bagian auratnya
e. Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada.
f. Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga
kotorannya keluar, hal ini dialakukan dalam keadaan duduk.
g. Bersihkan rongga mulut
h. Bersihkan kuku, jari dan tangannya
i. Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali
dari kepala bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri
terus kebawah dan diulang sampai bersih
3) Cara pelaksanaan memandikan jenazah :
a. Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata
hingga bersih minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah
kanan
b. Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
c. Menyiram beberapa kali sampai bersih
d. Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering
hingga kering.
e. Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian
kesukaannya.
f. Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan.
4) Hal – hal yang diperhatikan :
a. Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap
menganiaya jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat
tubuh.
b. Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata,
hidung, mulut dan telinganya agar tidak kemasukan air.

7
c. Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan
membersihkan bagian terluka supaya hati-hati dilakukan dengan
lembut seakan memperlakukan pada waktu masih hidup.

5) Cara memformalin jenazah


Formalin yang digunakan 70% sebab dapat membunuh bakteri
dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi kekurangan air,
sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru
dipermukaan, hal ini bertujuan untuk melindungi lapisan dibawah, supaya
tahan terhadap serangan bakteri lain.
Formalin digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih
satu minggu, untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama
70%, untuk penyuntikan formalin dipercayakan kepada pihak RS atau
bidan. Jika di RS penyuntikan ini dipercayakan kepada perawat sedang di
luar RS dipercayakan kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah.
Salah satu tempatnya di bagian yang banyak mengandung air dan
berongga contohnya di bagian sela-sela iga. Formalin juga dapat
dimasukkan ke pembuluh vena saphena magna. Pembuluh ini letaknya di
atas persendian kaki supaya tidak merusak organ tubuh lainnya. Ada juga
yang disuntikkan di pelipatan paha. Namun, di dunia kedokteran sudah
menggunakan standar di kaki karena selain mencarinya mudah juga
pembuluh sudah kelihatan.
6) Pemberkatan jenazah di lakukan di gereja atau di rumah duka
7) Bila jenazah dibawa menggunakan kereta maka perarakannya dari depan :
pembawa salip dan lilin, pembawa dupa dan air suci, pemimpin upacara,
peti jenazah dan keluarga lalu rombongan pelayat yang mengiringinya.
Apabila pemakaman dilakukan dengan membawa mobil maka urutannya
adalah : mobil petugas ( polisi ) atau sepeda motor oleh kaum muda, mobil
petugas ibadat, mobil petugas bunga tabur, kemudian mobil jenazah, mobil
keluarga dan seterusnya mobil pelayat
8) Sesampainya di makan maka peti diturunkan ke dasar tanah, tabur bunga
dan tanah yang dilakukan oleh pemuka upacara terlebih dahulu setelah itu

8
keluarga dan kerabat dan yang terakhir di timbun oleh tanah sambil
dilantunkan doa atau lagu lagu agama.

9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi dan tekanan
darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, di tandai dengan
terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
Terdapat empat definisi kematian lainnya yaitu meti klinis, mati biologis, mati
serebral serta mati otak. Dari kematian tersebut maka dapat dilakukan otopsi dari
segi tujuan otopsi dapat di bagi menjadi tiga yaitu otopsi klinis, forensik serta
anatomi dalam melakukan otopsi kita harus memperhatikan dalam aspek etik serta
prinsip prinsip dilakukannya otopsi. Tindakan otopsi ini perlu dilkakukan apabila
akan melakukan transplantasi organ ( donor organ ). Dalam melakukan
transplantasi organ ( donor organ ) juga perlu memperhatikan aspek etik dan aspek
legal dalam melakukannya. Dan yang terakhir adalah cara perawatan jenazah, cara
perawatan jenazah ini setiap agama mempunyai cara yang berbeda beda sesuai
dengan ajaran dan keyakinan masing-masing. Dalam agama kristen protestan
yang perlu dilakukan adalah memandikan tubuh jenazah hingga besar lalu
memakaikannya pakaian kesukaannya yang rapi, dibawa ke ruang tengah dengan
menggunakan tikar pandan, pemberkatan dapat dilakukan di gereja maupun
rumah, perarakan jenazah menuju pemakan serta proses pemakaman.

10
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental keperawatan volume 1. Edisi 4. Jakarta:
EGC
Kozier dkk. Fundamental of nursing concepts, process and practice. Edisi 7.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi.2000. Kapita


Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua.Jakarta: Media Aesculapius
Idries, AM. Prosedur Khusus. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
Pertama. Jakarta: Binarupa Akasara
Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.1999. Jakarta:EGC

11

Anda mungkin juga menyukai